Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukti-bukti keilahian Kristus

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Bukti-bukti keilahian Kristus.

1) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit atau secara jelas menyatakan Yesus sebagai Allah.
Ada 12 ayat Kitab Suci yang secara explicit / jelas menyatakan Yesus sebagai Allah, yaitu Yes 9:5 Yoh 1:1 Yoh 1:18 Yoh 20:28 Kis 20:28 Ro 9:5 Fil 2:5b-7 Tit 2:13 Ibr 1:8 2Pet 1:1 1Yoh 5:20 Wah 1:8.
Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.
Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.
Yoh 1:18 (TDB): “satu-satunya allah yang diperanakkan”.
Yoh 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.
Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
Catatan: kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada.
Jadi kata ‘Nya’ menunjuk kepada kata ‘Allah’, tetapi pada saat yang sama pasti menunjuk kepada Yesus, karena adanya kata ‘darah’. Jadi, ayat ini menyatakan Yesus sebagai Allah.
Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

BACA JUGA: 10 BUKTI KEILAHIAN YESUS KRISTUS

Kata ‘Ia’ jelas menunjuk kepada ‘Mesias’ / Yesus. Jadi ayat ini menunjukkan Yesus sebagai Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.
Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.
Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita) Yesus Kristus”.
Catatan: tanda kurung dari saya.
Ibr 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.
Kata ‘tentang’ seharusnya adalah ‘kepada’.
2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Adanya 12 ayat Kitab Suci yang secara jelas dan explicit menyatakan Yesus sebagai Allah ini tidak menyebabkan Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai keilahian Yesus. Ada 2 cara yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk membantah ayat-ayat ini.
Cara pertama:
Sekalipun ada banyak ayat Kitab Suci yang menyebut Yesus dengan sebutan ‘Allah’, tetap saja Saksi-Saksi Yehuwa menolak keilahian Yesus. Mereka berkata bahwa dalam Kitab Suci kata ‘allah’ / ‘Allah’ sering diberikan kepada yang bukan Allah, baik itu malaikat, manusia, dewa / berhala, atau setan. Jadi pada waktu Yesus disebut ‘Allah’ itu tidak membuktikan bahwa Ia adalah Allah.
Tanggapan saya:
Pertama-tama perlu diperhatikan adalah: sekalipun dalam Kitab Suci kata ‘allah’ memang bisa digunakan untuk malaikat, setan, dan bahkan manusia, tetapi kata-kata itu tidak pernah digunakan SESERING kata itu digunakan terhadap Yesus.
Kedua, pada saat Kitab Suci menyebut seseorang yang bukan Allah yang sesungguhnya dengan sebutan ‘allah’, Kitab Suci SELALU menunjukkan secara jelas bahwa orang-orang itu disebut ‘allah’ bukan dalam arti seperti biasanya / yang sesungguhnya.
Contoh:
a. Kel 7:1 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (ELOHIM) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu”.
Perhatikan bahwa sekalipun ayat ini menyebut Musa sebagai ‘Allah’, tetapi ada tambahan kata-kata ‘bagi Firaun’. Dan ini jelas menunjukkan bahwa Musa bukanlah Allah dalam arti yang sesungguhnya.
b. Kel 12:12 - “Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah (ELOHEY = gods of / allah-allah dari) di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN”.
Jelas bahwa kata ‘allah’ di sini tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, karena dikatakan bahwa Allah yang sejati itu akan menghukum ‘semua allah’ ini. Jadi di sini kata itu menunjuk kepada dewa-dewa sembahan Mesir, yang sering berupa binatang, khususnya sapi. Pada saat Tuhan menghukum Mesir dengan membunuh semua anak sulung, maka anak binatang (dewa / allah mereka) juga ikut dibunuh / dihukum.
c. Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah (ELOHIM) lain di hadapanKu”.
Adanya kata-kata ‘lain’ dan ‘di hadapanKu’, membuat ayat ini jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ‘allah’ bukanlah Allah yang sebenarnya.
Selain dalam ayat ini, dalam banyak ayat-ayat lain, kata ‘allah’ digunakan untuk menunjuk kepada dewa / berhala dari bangsa-bangsa kafir, dan kontextnya selalu menunjukkan secara jelas bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sesungguhnya, tetapi hanya dewa / berhala yang dalam Kitab Suci dikatakan tidak mempunyai existensi (1Kor 8:4-6).
d. Hak 5:8 - “Ketika orang memilih allah (ELOHIM) baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel”.
Kata-kata dari ayat ini yang mengatakan bahwa ‘orang memilih allah baru’, sudah menunjukkan bahwa kata ‘allah’ ini tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang Israel memilih dewa / berhala baru (sambil meninggalkan YAHWEH), dan sebagai akibatnya terjadilah bencana seperti perang dan sebagainya.
e. 1Sam 28:13b: “Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu yang ilahi (ELOHIM) muncul dari dalam bumi.’”.
KJV: ‘gods’ (=allah-allah).
RSV/NWT: ‘a god’ (=suatu allah).
NIV: ‘a spirit’ (=suatu roh).
NASB: ‘a divine being’ (=suatu makhluk yang ilahi).
Kata Ibrani yang dipakai adalah ELOHIM.
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
• Kata ELOHIM menunjuk kepada penampilan yang supranatural / gaib.
• Kata ELOHIM digunakan karena ‘arwah’ itu boleh dikatakan merupakan allah dari si dukun yang memanggilnya.
Tidak peduli mana arti yang benar, yang jelas ayat itu sendiri secara menyolok menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ELOHIM di sini bukanlah Allah yang sesungguhnya. Ada yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah roh Samuel, tetapi saya yakin bahwa itu salah, dan bahwa ini hanyalah setan yang menyamar sebagai roh Samuel. Jika saudara mau mempelajari hal ini secara mendetail, bacalah buku saya yang berjudul ‘Penginjilan Terhadap Orang Mati’.
f. Maz 82:1-8 - “(1) Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (Ibrani: ELOHIM) Ia menghakimi: (2) ‘Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4) Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!’ (5) Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman: ‘Kamu adalah allah (Ibrani: ELOHIM), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. - (7) Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.’ (8) Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa”.
Yang disebut ELOHIM (‘allah-allah’) dalam ay 1 dan ay 6 itu jelas adalah hakim-hakim yang lalim / tidak adil pada saat itu. Sekalipun mereka disebut ‘allah-allah’ (ELOHIM), tetapi mereka jelas bukan Allah dalam arti yang sesungguhnya, dan itu terlihat dari:
• mereka ini bukan satu orang tetapi sekelompok orang, sehingga tidak mungkin mereka adalah Allah semua, karena akan menimbulkan polytheisme.
• mereka dihakimi oleh Allah (ay 1).
• mereka menghakimi dengan tidak adil (ay 2-4), dan hidup dalam kegelapan (ay 5).
• mereka akan mati sebagai manusia (ay 7).
g. Maz 95:3 - “Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah (ELOHIM)”.
Dalam ayat ini yang disebut ‘allah’ (ELOHIM) juga adalah sekelompok orang. Ada yang menganggap mereka ini sebagai dewa-dewa, dan ada juga yang menganggap mereka ini sebagai malaikat-malaikat. Bahwa mereka ini sekelompok, bukan tunggal, dan bahwa TUHAN dikatakan mengatasi mereka semua, jelas menunjukkan bahwa pada saat kata ‘allah’ (ELOHIM) diterapkan kepada mereka, kata itu tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya.
h. Maz 96:4-5 - “Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah (ELOHIM). Sebab segala allah (ELOHIM) bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit”.
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa yang disebut ‘allah’ di sini adalah berhala-berhala / dewa-dewa.
i. Maz 97:7,9 - “(7) Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah (ELOHIM) sujud menyembah kepadaNya. ... (9) Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah (ELOHIM).”.
Calvin dan banyak penafsir lain menafsirkan bahwa kata ‘allah’ (ELOHIM) dalam 2 ayat ini menunjuk kepada malaikat-malaikat. Apapun arti yang diberikan kepada kata ‘allah’ di sini, jelas bahwa kalimatnya menunjukkan bahwa ‘allah’ dalam kedua ayat ini bukan betul-betul ‘Allah’!
j. Maz 138:1 - “Aku hendak bersyukur kepadaMu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah (ELOHIM) aku akan bermazmur bagiMu”.
Calvin menganggap bahwa kata ELOHIM di sini menunjuk atau kepada malaikat-malaikat atau kepada raja-raja; Calvin lebih condong pada arti pertama. Siapapun yang disebut sebagai ELOHIM di sini, jelas sekali bahwa mereka bukanlah Allah dalam arti sesungguhnya, karena dalam ayat ini Allah yang sesungguhnya disebut ‘Mu’, kepada siapa Daud bersyukur dan bermazmur.
k. 1Kor 8:5-6 - “(5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’ (THEOI =gods / allah-allah), baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ (THEOI) dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.

BACA JUGA: YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN DAN ALLAH

Apakah yang disebut dengan ‘allah’ dalam ay 5 itu, malaikat atau berhala, tidak jadi soal. Yang jelas kata-kata tambahan dalam ay 6nya menunjukkan bahwa ‘allah’ dalam ay 5 itu bukan betul-betul Allah.
l. Kis 12:22 - “Dan rakyatnya bersorak membalasnya: ‘Ini suara allah (THEOU) dan bukan suara manusia!’”.
Jelas bahwa ini tidak menunjuk kepada Allah yang benar, karena kata-kata ini ditujukan kepada Herodes.
m. 2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘ilah’ di sini adalah HO THEOS (=the God / sang Allah)! Jelas bahwa di sini kata itu tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, tetapi menunjuk kepada setan.
n. 2Tes 2:4 - “yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah (THEON). Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah (TOU THEOU)”.
Kontext menunjukkan bahwa ini sama sekali tidak menunjuk kepada Allah yang sebenarnya, tetapi mungkin ini menunjuk kepada Antikristus.
Jadi, dengan banyak contoh (dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) saya sudah menunjukkan bahwa kalau kata ‘Allah’ digunakan untuk menunjuk kepada yang bukan Allah, maka selalu diberi penjelasan yang secara jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sejati.
Tetapi pada waktu kata ‘Allah’ digunakan untuk Yesus, Kitab Suci tidak memberi petunjuk apapun bahwa kata itu digunakan bukan dalam arti yang sesungguhnya, tetapi sebaliknya bahkan memberikan keterangan yang menunjukkan bahwa Ia memang adalah Allah yang sejati.
A. H. Strong: “It is sometimes objected that the ascription of the name ‘God’ to Christ proves nothing as to his absolute deity, since angels and even human judges are called gods, as representing God’s authority and executing his will. But we reply that, while it is true that the name is sometimes so applied, it is always with adjuncts and in connections which leaves no doubt of its figurative and secondary meaning. When, however, the name is applied to Christ, it is, on the contrary, with adjuncts and in connections which leaves no doubt that it signifies absolute Godhead” (=Kadang-kadang diajukan keberatan yang mengatakan bahwa pemberian nama ‘Allah’ kepada Kristus tidak membuktikan apa-apa berkenaan dengan keilahianNya yang mutlak, karena malaikat-malaikat dan bahkan hakim-hakim manusia disebut allah-allah, karena mewakili otoritas Allah dan melaksanakan kehendakNya. Tetapi kami menjawab bahwa sekalipun memang benar bahwa nama itu kadang-kadang diterapkan seperti itu, itu selalu disertai dengan tambahan / keterangan dan dalam hubungan yang membuang semua keragu-raguan tentang arti kiasan dan arti sekundernya. Tetapi pada waktu nama itu diterapkan kepada Kristus, sebaliknya itu disertai dengan tambahan / keterangan dan dalam hubungan yang membuang semua keragu-raguan bahwa itu menunjukkan keAllahan yang mutlak) - ‘Systematic Theology’, hal 307.
Contoh:
• Yoh 1:1c, yang mengatakan bahwa ‘Firman (Yesus) itu adalah Allah’, didahului oleh kata-kata ‘Pada mulanya adalah Firman’, yang menunjukkan kekekalan dari Firman itu, dan lalu dilanjutkan dengan Yoh 1:3, yang menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu adalah Pencipta segala sesuatu!
Yoh 1:1-3 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (2) Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. (3) Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.
• Ro 9:5, yang menyatakan Yesus sebagai Allah, juga menambahkan bahwa Ia ada di atas sesuatu, dan harus dipuji selama-lamanya.
Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
• Ibr 1:8, selain menyebut Anak sebagai Allah, juga mengatakan bahwa Ia mempunyai takhta yang kekal, dan masih disusul lagi oleh Ibr 1:10-12 yang menyatakan Anak sebagai Tuhan, dan sebagai Pencipta, yang kekal dan yang tidak pernah berubah.
Ibr 1:8-12 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.
• Wah 1:8, selain menyebut Yesus sebagai ‘Tuhan Allah’, juga menyebutNya dengan sebutan ‘Yang Mahakuasa’ dan ‘Alfa dan Omega’.
Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”