Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NERAKA (1)

Oleh:Pdt.Budi Asali, M.Div.
NERAKA (1)

Roma 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”.

Ini bukan hanya merupakan akibat / hukuman terhadap dosa Adam saja, tetapi dosa setiap orang, karena Ro 6:23a berbunyi: “Sebab upah dosa ialah maut. ‘Maut’ dalam Ro 6:23 ini tidak hanya menunjuk pada kematian biasa, tetapi menunjuk pada kematian kedua / penghukuman kekal di neraka.

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

Hal-hal yang perlu diketahui tentang neraka.

I) Neraka diajarkan paling banyak / sering oleh Yesus Kristus sendiri!

William G. T. Shedd: “Jesus Christ is the Person who is responsible for the doctrine of Eternal Perdition.” [= Yesus Kristus adalah Pribadi yang bertanggung jawab untuk doktrin tentang Hukuman kekal.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 680.

Alan Cole (Tyndale) tentang Mark 9:43,45,47: “No man ever spoke stronger words about hell than the loving Son of God;” [= Tidak ada orang yang pernah berbicara tentang neraka dengan kata-kata yang lebih kuat / keras dari pada Anak Allah yang penuh kasih;] - hal 153.

Pulpit Commentary (tentang Mark 9:43-48): “The passage from which these few words are chosen is stern and severe; yet it was uttered by the gentle Teacher who would not break the bruised reed.” [= Text dari mana kata-kata ini dipilih merupakan text yang keras; tetapi itu diucapkan oleh Guru yang lembut yang tidak akan mematahkan buluh yang terkulai.] - hal 30.

Kalau kita membaca ayat-ayat tentang neraka dalam Alkitab, maka memang mayoritas dari ayat-ayat itu diucapkan langsung oleh Yesus sendiri!

Saya berikan beberapa contoh:
1.   Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.
2.   Mat 11:23 - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.”.
Catatan: kata-kata ‘dunia orang mati’ dikontraskan dengan langit / surga, dan karena itu di sini kata itu harus diartikan sebagai ‘neraka’. Orang yang pergi ke surga sering dinyatakan sebagai ‘naik’ / ‘diangkat’ (seperti Elia, Yesus, dan juga Paulus dalam 2Kor 12:2,4, dsb), dan sebaliknya orang yang masuk neraka sering dinyatakan dengan kata ‘turun / diturunkan’ seperti dalam Mat 11:23 ini.
3.   Mat 13:42 - “Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.
4.   Mat 13:50 - “lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.
5.   Mat 22:13 - Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.
6.   Mat 25:41 - “Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.
7.   Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, ...”.
8.   Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan berma­ta satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) dimana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.”.
9.   Luk 16:22-26 - “(22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”.
Catatan: kata-kata ‘alam maut’ dalam ay 23 diterjemahkan dari kata Yunani HADES, dan di sini jelas harus diartikan sebagai ‘neraka’.
10. Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.
11. Wah 19:20b - “Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.”.
12. Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
13. Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”.

Catatan: kitab Wahyu merupakan firman dari Yesus kepada Yohanes, jadi tetap merupakan ajaran langsung dari Yesus sendiri.

Kalau Yesus paling banyak / sering mengajar tentang neraka, maka jangan pernah mengatakan bahwa mengajarkan / berkhotbah tentang neraka merupakan suatu tindakan yang tidak kasih!

II) Sejarah / asal usul kata ‘neraka’.

Dalam Perjanjian Lama tidak ada kata yang secara khusus berarti ‘neraka’. Biasanya digunakan kata Ibrani SHEOL. Kata ini bisa berarti ‘keadaan kematian’, ‘kuburan’, atau ‘neraka’, dan kontext harus menentukan arti mana yang dipilih. Dalam Perjanjian Baru padan-katanya adalah HADES, yang juga bisa berarti seperti itu.

Tetapi dalam Perjanjian Baru ada kata khusus untuk ‘neraka’, yaitu Gehenna. Dalam Mark 9:43-48 kata ini muncul 3 x, yaitu dalam ay 43,45,47. Hendriksen (hal 365) mengatakan bahwa kata GEHENNA diturunkan dari kata bahasa Ibrani Ge-Hinnom (Yos 15:8  18:16).
Yos 15:8 - “Kemudian batas itu naik ke lembah Ben-Hinom, di sebelah selatan sepanjang lereng gunung Yebus, itulah Yerusalem; kemudian batas itu naik ke puncak gunung yang di seberang lembah Hinom, di sebelah barat, di ujung utara lembah orang Refaim.”.
Yos 18:16 - “Selanjutnya batas itu turun ke ujung pegunungan yang di tentangan lebak Ben-Hinom, di sebelah utara lembah orang Refaim; kemudian turun ke lebak Hinom, sepanjang lereng gunung Yebus, ke selatan, kemudian turun ke En-Rogel.”.

Kata Ge-Hinnom ini merupakan singkatan dari Ge ben-Hinnom, yang berarti ‘the valley of the son of Hinnom’ [= lembah dari anak Hinnom].
Ini merupakan suatu tempat di sebelah selatan Yerusalem, dan di tempat itu Ahas (ayah dari Hizkia) dan Manasye (anak dari Hizkia) mempersembahkan anak-anak mereka sebagai korban kepada dewa Molokh (2Raja 16:3  21:6  2Taw 28:3  33:6).
Raja Yosia yang saleh (cucu dari Manasye) menyatakan tempat itu sebagai tempat yang najis (2Raja 23:10), dan Yeremia juga memberikan kutukan terhadap tempat itu, dan menjadikannya sebagai kuburan (Yer 7:32  19:6).
2Raja 23:10 - “Ia menajiskan juga Tofet yang ada di lembah Ben-Hinom, supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh.”.
Yer 7:32 - “Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa orang tidak akan mengatakan lagi ‘Tofet’ dan ‘Lembah Ben-Hinom’, melainkan ‘Lembah Pembunuhan’; orang akan menguburkan mayat di Tofet karena kekurangan tempat,”.
Yer 19:6 - “Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa tempat ini tidak akan disebut lagi: Tofet dan Lembah Ben-Hinom, melainkan Lembah Pembunuhan.”.

Tentang kata Gehenna, William Barclay berkata: “It is a word with a history. It is a form of the word HINNOM. The valley of Hinnom was a ravine outside Jerusalem. It had an evil past. It was the valley in which Ahaz, in the old days, had instituted fire worship and the sacrifice of little children in the fire. ‘He burned incense in the valley of the son of Hinnom, and burned his sons as an offering.’ (2Chronicles 28:3). That terrible heathen worship was also followed by Manasseh (2Chronicles 33:6). The valley of Hinnom, Gehenna, therefore, was the scene of one of Israel’s most terrible lapses into heathen customs. In his reformations Josiah declared it an unclean place. ‘He defiled Topheth, which is in the valley of the sons of Hinnom, that no one might burn his son or his daughter as an offering to Molech.’ (2Kings 23:10). When the valley had been so declared unclean and had been so desecrated it was set apart as the place where the refuse of Jerusalem was burned. The consequence was that it was a foul, unclean place, where loathsome worms bred on the refuse, and which smoked and smouldered at all times like some vast incinerator. ... Because of all this Gehenna had become a kind of type or symbol of Hell, the place where the souls of the wicked would be tortured and destroyed. It is so used in the Talmud. ‘The sinner who desists from the words of the Law will in the end inherit Gehenna.’ So then Gehenna stands as the place of punishment, and the word roused in the mind of every Israelite the grimmest and most terrible pictures.” [= Ini merupakan sebuah kata yang mempunyai sejarah. Ini merupakan suatu bentuk dari kata HINNOM. Lembah HINNOM merupakan suatu jurang di luar kota Yerusalem. Tempat ini mempunyai masa lalu yang jahat. Ini adalah lembah di mana Ahas pada masa yang lalu mendirikan penyembahan api dan pengorbanan anak-anak kecil dalam api. ‘Ia membakar juga korban di Lebak Ben-Hinom dan membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api’ (2Taw 28:3). Ibadah kafir yang mengerikan itu juga diikuti oleh Manasye (2Taw 33:6). Karena itu, lembah HINNOM, GEHENNA, merupakan adegan dari salah satu kejatuhan yang mengerikan dari Israel ke dalam kebiasaan-kebiasaan kafir. Dalam reformasinya Yosia menyatakannya sebagai tempat yang najis. ‘Ia menajiskan juga Tofet yang ada di lembah Ben-Hinom, supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh.’ (2Raja 23:10). Pada waktu lembah itu telah dinyatakan sebagai najis dan telah diperlakukan sebagai najis, maka tempat itu dikhususkan sebagai tempat di mana sampah dari kota Yerusalem dibakar. Sebagai akibatnya adalah bahwa tempat itu menjadi tempat yang kotor dan berbau busuk dimana ulat yang menjijikkan berkembang biak pada sampah itu, dan yang berasap dan membara / menyala pada setiap saat seperti tempat pembakaran sampah yang luas. ... Karena semua ini, GEHENNA menjadi suatu jenis dari type atau simbol tentang neraka, tempat di mana jiwa-jiwa orang jahat akan disiksa dan dihancurkan. Itu digunakan seperti itu dalam Talmud. ‘Orang berdosa yang berhenti dari kata-kata hukum Taurat pada akhirnya akan mewarisi GEHENNA.’ Demikianlah maka GEHENNA menjadi tempat penghukuman, dan dalam pikiran setiap orang Israel kata itu menimbulkan gambaran yang paling menyeramkan dan mengerikan.] - hal 231-232.

III) Neraka itu merupakan suatu tempat yang nyata dan betul-betul ada.

1)   Bahwa neraka itu memang betul-betul merupakan suatu tempat (bukan sekedar merupakan suatu kondisi, tetapi juga suatu lokasi) terlihat dari banyak hal, seperti:

a)   Surga juga merupakan tempat.
Yoh 14:2-5 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’”.

Pulpit Commentary: “Heaven is a definite locality. Jesus is there in his glorified body.” [= Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan.] - hal 232.

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut: “It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place.” [= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat.] - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630.

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition.” [= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

Kalau surga adalah suatu tempat, tidak mungkin neraka bukan merupakan suatu tempat.

b)   Banyak ayat tentang neraka yang jelas menunjukkan bahwa neraka merupakan suatu tempat, seperti:
1.   Ul 32:22 - “Sebab api telah dinyalakan oleh murkaKu, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung.”.
Ayat ini mengandung ancaman, berbicara tentang murka Allah yang bernyala-nyala dsb, dan karena itu saya berpendapat bahwa di sini istilah ‘dunia orang mati’ (SHEOL) harus diartikan sebagai ‘neraka’. Dan adanya kata-kata ‘sampai’ dan ‘ke bagian dunia orang mati yang paling bawah’ menunjukkan bahwa itu merupakan suatu tempat.
2.   Maz 9:18 - “Orang-orang fasik akan kembali (berbelok) ke dunia orang mati, ya, segala bangsa yang melupakan Allah.”.
Catatan:
a.   Kata ‘kembali’ diterjemahkan dari kata Ibrani SHUB, yang bisa berarti ‘turn’ [= berbelok] atau ‘return’ [= kembali]. Kalau dipilih ‘return’ [= kembali] maka secara implicit itu menunjukkan bahwa orang-orang itu asalnya dari sana. Karena itu saya lebih memilih terjemahan ‘turn’ [= berbelok], seperti dalam KJV dan ASV.
b.   Ayat-ayat ini merupakan ancaman bagi orang-orang fasik, dan karena itu kata-kata ‘dunia orang mati’ (SHEOL) di sini harus diartikan sebagai ‘neraka’.
3.   Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.
4.   Mat 11:23 - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.”.
5.   Mat 13:42 - “Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.
6.   Mat 13:50 - “lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.
7.   Mat 22:13 - Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.
8.   Mat 25:41 - Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.
9.   Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, ...”.
10. Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan berma­ta satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) dimana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.”.
11. Luk 16:22,23,26,28 - “(22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. ... (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. ... (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”.
12. 2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan­Nya,”.
13. Wah 19:20b - “Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.”.
14. Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.
15. Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”.

2)   Ada ajaran / orang yang tidak percaya adanya neraka, seperti:

a)   Ajaran Saksi Yehuwa, yang begitu menekankan kasih Allah sehingga mengatakan bahwa Allah yang kasih itu tidak mung­kin menghukum manusia selama-lamanya di dalam neraka. Mereka percaya bahwa Allah akan memusnahkan manusia berdosa tetapi tidak menghukum mereka dalam neraka.
Untuk ini perlu diingat bahwa sekalipun Allah itu kasih, Ia juga adalah suci dan adil sehingga Ia membenci dosa dan harus menghukum orang berdosa. Ini sesuai dengan Nahum 1:3a yang berbunyi: “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.” (bdk. Kel 34:6-7).

b)   Pandangan yang berkata bahwa neraka adalah penderitaan yang kita alami di dunia ini.
Dalam suatu buku Saat Teduh ada cerita sebagai berikut:
“An evangelist once encountered a skeptic who, when asked to receive Christ, said, ‘I’m not afraid of Hell - all the Hell we get is here on earth! The preacher’s reply was quick and devastating, ‘I’ll give you three reasons why this cannot be Hell! First, I am a Christian, and there are no Christians in Hell! Secondly, there is a place just around the corner where you can slake your thirst, but there is no water in Hell! Thirdly, I have been preaching Christ to you, and there is no Gospel in Hell!’” [= Suatu kali seorang penginjil bertemu dengan seorang skeptik yang, pada waktu diminta untuk menerima Kristus, berkata: ‘Aku tidak takut pada neraka - Neraka yang kita dapatkan adalah di sini di dunia ini!’. Jawaban pengkhotbah itu cepat dan bersifat menghancurkan: ‘Aku akan memberimu 3 alasan mengapa ini tidak mungkin adalah neraka! Pertama, aku adalah seorang Kristen, dan tidak ada orang Kristen dalam neraka! Kedua, ada tempat di dekat sudut itu dimana kamu bisa memuaskan kehausanmu, tetapi tidak ada air dalam neraka! Ketiga, aku telah memberitakan Kristus kepadamu, dan tidak ada Injil dalam neraka!’] - ‘Bread For Each Day’, September 14.
Perlu diketahui bahwa penderitaan dalam dunia, yang bagaimanapun hebatnya, hanyalah semacam cicipan dari hukuman / siksaan yang luar biasa hebatnya dalam neraka.
Karena itu kalau saudara mau bunuh diri untuk lari dari penderitaan dunia ini, maka ingatlah bahwa itu akan menyebabkan saudara justru akan masuk ke dalam neraka selama-lamanya, dimana saudara akan mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat dari penderitaan saudara dalam dunia ini!

Perlu saudara ingat bahwa kalau neraka itu tidak ada, maka:
1.   Semua ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang neraka adalah salah dan harus dibuang dari Alkitab! Dan ayat-ayat ini cukup banyak jumlahnya!
2.   Allah juga tidak ada.
Mengapa bisa demikian? Semua orang harus mengakui bahwa dalam dunia ini ada banyak ketidakadilan, misalnya: orang saleh justru miskin, orang jahat justru jaya, orang kaya dan berkedudukan menindas orang miskin yang rendah, dsb. Juga ada banyak dosa yang tidak dihukum, mungkin karena dosa itu tidak diketahui orang lain, atau karena pintarnya orangnya mempermainkan hukum. Andaikata neraka tidak ada, maka semua ketidakadilan dan dosa ini tidak dibereskan! Dengan demikian Allah itu tidak adil, dan kalau Allah itu tidak adil, Ia bukanlah Allah. Jadi kalau saudara tidak mempercayai adanya neraka, saudara harus menjadi orang yang atheis!

Kalau saudara tidak percaya adanya neraka, saya justru yakin bahwa saudara akan masuk ke neraka. Pada saat itu saudara akan percaya akan adanya neraka, tetapi sudah terlambat!

Kesaksian: saya berdebat dari seorang Saksi Yehuwa tentang neraka. Dan saya mengatakan bahwa Charles Taze Russell dulunya tidak percaya adanya neraka, tetapi pada tahun 1917 ia bertobat dari kepercayaan sesat itu, dan ia lalu percaya adanya neraka. Saksi Yehuwa itu bertanya: ‘Dari mana kamu tahu Charles Taze Russell bertobat dalam hal itu?’. Saya jawab: ‘Kamu itu memang goblok! Charles Taze Russell itu mati pada tahun 1916. Jadi tahun 1917 ia sudah ada di neraka, dan karena itu ia pasti percaya neraka itu ada, karena itu sedang merasakan sakitnya neraka. Dan kamu juga akan menyusul pendirimu, kalau kalau tidak bertobat dari kepercayaan sesat itu!’. Orang itu tidak menjawab.

Neraka itu ada, dan semua orang yang tidak mempunyai Penebus / Juruselamat dosa akan berakhir disana selama-lamanya! Karena itu, percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu sekarang juga, sebelum terlambat!

-bersambung