NERAKA (7)
Oleh:Pdt.Budi Asali, M.Div.
c) Bantahan-bantahan berkenaan dengan hukuman kekal di dalam neraka.
1. Dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
Bahwa Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tidak
percaya akan neraka sebagai tempat hukuman yang bersifat kekal /
selama-lamanya, terlihat dari beberapa kutipan dari buku mereka di bawah ini.
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh: “Oleh karena itu, Alkitab
menjelaskan dengan tandas, bahwa hukuman, bukan penghukuman, yang kekal -
adalah kematian yang kedua. Setelah hukuman ini tidak akan ada lagi
kebangkitan; efeknya adalah kekal.”
- ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal
428.
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh: “Apabila Kristus berbicara
mengenai ‘siksaan yang kekal’ maka yang dimaksudkan-Nya bukanlah hukuman
yang kekal. ... hukuman (bagi orang jahat) akan abadi juga - yang dimaksudkan
bukanlah ketahanan yang abadi dengan kesadaran yang sempurna dan bersifat
final. Tamatnya orang-orang yang mengalami siksa kematian yang kedua itu.
Kematian ini untuk selama-lamanya, karena
dari situ tidak akan ada lagi dan tidak akan dapat lagi kebangkitan yang
bagaimanapun. Apabila Alkitab berbicara darihal ‘kelepasan yang kekal’ (Ibr
9:12) dan ‘hukuman kekal’ (Ibr 6:2), yang ditunjukkannya ialah akibat yang
kekal dari penebusan dan penghakiman - bukanlah proses yang berkelanjutan tidak
ada akhirnya dari penebusan dan penghakiman. Dengan cara yang sama, apabila
yang dibicarakan mengenai hukuman yang abadi dan kekal, yang dimaksudkannya
ialah hasil akhir dan bukan proses penghukuman itu. Kematian orang jahat itu
merupakan kematian yang akhir dan selama-lamanya.”
- ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal
427.
Catatan: perhatikan bahwa dalam
kata-kata ‘selama-lamanya’ dan ‘kekal’ yang saya garis-bawahi dan beri warna
merah dari kedua kutipan di atas, mereka mengartikannya betul-betul sebagai
‘kekal’!
Juga
kalau dilihat dari kedua kutipan di atas, tak terlihat bahwa mereka percaya
bahwa orang berdosa akan dimasukkan neraka dan di sana terbakar sampai habis. Mereka hanya
mengatakan orang-orang itu mati selama-lamanya dan tidak dibangkitkan.
Tentang
tidak adanya kesadaran setelah mati, ini jelas bertentangan frontal dengan
cerita Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31), yang jelas-jelas menunjukkan
bahwa baik Lazarus (dan Abraham) maupun orang kayanya, sama-sama sadar!!
a. Penafsiran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tentang kata ‘kekal /
selama-lamanya’:
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Perjanjian
Baru menggunakan istilah ‘kekal’ dan ‘selama-lamanya’. Istilah ini merupakan
terjemahan dari Yunani AIONIOS, diterapkan kepada Tuhan dan juga kepada
manusia. Untuk menghindarkan salah pengertian, seseorang harus mengingat bahwa AIONIOS adalah istilah relatif; maknanya ditentukan oleh
obyek yang diterangkannya. Jadi, apabila
Kitab Suci menggunakan kata AIONIOS (‘selama-lamanya,’ ‘kekal’) mengenai Allah,
itu berarti bahwa Ia memiliki eksistensi yang baka - karena Tuhan itu abadi.
Tetapi apabila kata ini digunakan untuk manusia
yang fana atau makhluk yang dapat binasa, maka yang dimaksudkannya ialah selama
orang itu hidup atau benda itu masih ada. ... Apabila hal itu berkaitan dengan Tuhan, maka maknanya adalah
mutlak - karena Tuhan itu kekal; apabila
itu berkaitan dengan manusia yang fana, maka maknanya terbatas.” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27
Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 427,428.
Tanggapan
saya:
(1) Apa dasarnya untuk membedakan
istilah itu pada saat diterapkan kepada Allah dan kepada manusia?
(2) Bagaimana kalau istilah itu diterapkan
kepada api, setan dsb?
(3) Mengapa kalau orang percaya
dikatakan mendapat hidup kekal kok dianggap betul-betul kekal? Mengapa
dibedakan penafsiran kata kekal itu untuk ‘hukuman / siksaan kekal’ dan untuk
‘hidup kekal’? Kalau mereka menafsirkan ‘hidup yang kekal’ bagi orang-orang
percaya juga dengan cara seperti itu, maka orang-orang percaya hanya akan masuk
surga untuk waktu yang terbatas, bukan selama-lamanya? Itu jelas nonsense, dan
tidak Alkitabiah.
Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Dalam ayat ini
kata ‘kekal’ jelas menerangkan orang-orang. Yang pertama orang-orang yang tidak
percaya, dan yang kedua orang-orang percaya. Apakah mereka mau membedakan dua
kata ‘kekal’ ini dalam artinya?
(4) Memang tidak diragukan bahwa
kata ‘kekal’ atau ‘selama-lamanya’ sering digunakan dalam arti yang terbatas.
Yang membedakan arti kata AIONIOS adalah kontextnya,
bukan obyeknya (apakah kata itu diterapkan kepada
Allah atau manusia)!
(5) Permusnahan / annihilation
yang mereka percayai bukan berlaku untuk sementara waktu, tetapi terjadi dalam
seketika! Ini bahkan tak cocok dengan tafsiran mereka sendiri tentang kata
‘kekal’ itu!
b. Penafsiran Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh tentang ungkapan ‘api kekal’ dalam Yudas 7 dan beberapa
ayat lain.
Yudas 7 - “sama seperti Sodom
dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan
percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan
api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.”.
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh: “Yudas 7, sekadar contoh,
mengatakan bahwa Sodom
dan Gomora menderita ‘siksaan api kekal.’ Namun
demikian kota-kota itu toh tidak terbakar sampai sekarang ini.
Petrus mengatakan bahwa api itu membakar kota tersebut menjadi debu, menghukum
mereka dengan kebinasaan (2Ptr 2:6). ‘Api kekal’ membakar sampai tidak ada lagi
yang tersisa, dan sesudah itu padam (lihat juga Yer 17:27; 2Taw 36:19). Begitu
pula Kristus mengirimkan orang jahat masuk ke dalam ‘api kekal’ (Mat 25:41),
api itu akan membakar orang jahat dengan ‘api yang tidak terpadamkan’ (Mat
3:12). Api itu padam bila tidak ada lagi sesuatu yang akan dibakarnya.”
- ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal
427.
2Pet 2:6 - “dan jikalau Allah membinasakan kota
Sodom dan
Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya
suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,”.
Yer 17:27 - “Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu
untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang
melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu
gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem,
dan yang tidak akan terpadamkan.’”.
2Taw 36:19
- “Mereka
membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri
dalam kota itu
dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah.”.
Catatan:
saya tak mengerti mengapa mereka menggunakan ayat ini, karena yang muncul di
sini hanyalah kata ‘api’, bukan ‘api yang kekal’, dan karena itu saya tak
merasa perlu mengomentari ayat ini.
Jawaban
saya:
(1) Kebanyakan penafsir menganggap
bahwa ‘api kekal’ ini menunjuk pada penghukuman terhadap kedua kota itu dengan hujan api
dan belerang pada jaman Abraham, yang sampai saat itu bekas-bekasnya masih ada.
Dan orang-orang yang menganggap ini sebagai penghukuman terhadap kedua kota itu di masa lampau,
pada umumnya menganggap ini sebagai TYPE dari hukuman kekal dalam api neraka.
Calvin
(tentang Yudas 7): “And
Jude also mentions in what follows, that the fire through which the five cities
perished was a type of the eternal fire.” [= Dan
Yudas juga menyebutkan dalam apa yang berikut, bahwa api melalui mana lima kota
itu binasa adalah suatu TYPE dari api yang kekal.].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yudas 7): “‘Eternal fire.’ - the lasting
marks of the fire that consumed the cities irreparably is a type of the eternal
fire to which the inhabitants have been consigned. Bengel translates,
‘Suffering (the) punishment (which they endure) as a sample of the eternal fire
which shall consume the wicked.’” [= ‘Api kekal’. - tanda-tanda yang
bertahan / permanen dari api yang membakar habis kota-kota itu secara tak bisa
diperbaiki merupakan suatu TYPE dari api yang kekal
pada mana penduduknya telah diserahkan. Bengel menterjemahkan,
‘Menderita hukuman (yang mereka tahan) sebagai suatu
contoh dari api kekal yang akan membakar habis / menghancurkan
orang-orang jahat’.].
Barnes’ Notes (tentang Yudas 7): “The
phrase ‘eternal fire’ is one that is often used to denote future punishment -
as expressing the severity and intensity of the suffering. ... As here used, it
cannot mean that the fires which consumed Sodom and Gomorrah were literally
eternal, or were kept always burning, for that was not true. The expression
seems to denote, in this connection, two things: (1) That the destruction of
the cities of the plain, with their inhabitants, was as entire and perpetual AS
IF the fires had been always burning - the consumption was absolute and
enduring - the sinners were wholly cut off, and the cities forever rendered
desolate; and (2) that, in its nature and duration, this was a striking emblem
of the destruction which will come upon the ungodly. ... If this had not been
the case, there was no reason why he should have used the word ‘eternal’ -
meaning here ‘perpetual’ - since, if in his mind there was no image of future
punishment, all that the argument would have demanded was the simple statement
that they were cut off by fire.” [= Ungkapan ‘api kekal’ adalah
ungkapan yang sering digunakan untuk menunjuk pada hukuman yang akan datang -
sebagai menyatakan kekerasan dan intensitas dari penderitaan itu. ... Pada waktu digunakan di sini, itu tidak bisa berarti bahwa api
yang membakar habis Sodom dan Gomora adalah kekal secara hurufiah, atau dijaga
supaya tetap menyala, karena itu tidak benar. Ungkapan itu
kelihatannya menunjukkan, dalam hubungan ini, 2 hal: (1) Bahwa penghancuran
dari kota-kota dari lembah itu, dengan penduduk mereka, adalah sama menyeluruh
dan kekalnya SEAKAN-AKAN api itu selalu menyala dari saat itu sampai sekarang -
penghancurannya adalah mutlak dan bertahan / permanen - orang-orang berdosa
dibunuh / dipotong sepenuhnya / seluruhnya, dan kota-kota itu dibuat gersang /
kosong selama-lamanya; dan (2) bahwa, dalam sifat
dasar dan lamanya, ini merupakan suatu simbol yang menyolok dari penghancuran
yang akan datang kepada orang-orang jahat. ... Seandainya ini bukan
kasusnya, di sana tidak ada alasan mengapa ia harus menggunakan kata ‘kekal’ -
di sini berarti ‘tanpa akhir’ - karena, jika dalam pikirannya di sana tidak ada
gambaran tentang hukuman yang akan datang, semua yang dituntut oleh argumentasi
itu adalah suatu pernyataan yang sederhana bahwa mereka dibunuh oleh api.].
(2) ‘Api kekal’ itu menunjuk pada
api neraka, karena orang-orang itu memang sudah masuk neraka!
Catatan: Reformed
mempercayai bahwa pada saat seseorang mati, jiwa / rohnya langsung, atau masuk
surga atau masuk neraka! Tidak ada tempat penantian!
Jadi,
orang-orang dari kedua kota
itu sudah ada di neraka mulai saat mereka dibinasakan oleh hujan api dan
belerang pada jaman Abraham sampai pada saat Yudas menulis suratnya, dan bahkan
sampai selama-lamanya.
Jadi ‘kekal’ di
sini betul-betul berarti ‘kekal’, tetapi ‘api’ bukan menunjuk pada api dan
belerang yang menghancurkan Sodom dan Gomora pada jaman Abraham, tetapi
menunjuk pada api neraka.
Kata-kata ‘telah menanggung’ diterjemahkan dari kata Yunani ὑπέχουσαι / HUPEKHOUSAI (dari kata dasar ὑπέχω / HUPEKHO) yang merupakan suatu
participle dalam bentuk present! Kalau
itu membicarakan hujan api dan belerang pada jaman Abraham maka mestinya
digunakan bentuk lampau / aorist!
A. T. Robertson
(tentang Yudas 7): “‘Suffering.’
hupechousai. Present active
participle of hupechoo,
an old compound, to hold under, often with dikeen
(right, justice, sentence 2 Thess 1:9) to suffer sentence (punishment),
here only in the New Testament.” [= ‘Menderita’. HUPEKHOUSAI.
Present aktif participle dari HUPEKHO, suatu kata gabungan (majemuk?) kuno,
menekan / menjaga supaya tetap di bawah, sering dengan DIKEN (kebenaran,
keadilan, hukuman 2Tes 1:9) untuk menderita hukuman, hanya di sini dalam
Perjanjian Baru.].
Thomas
Manton
(tentang Yudas 7):
·
“the
temporal judgment making way for eternal,” [= penghakiman sementara membuka
jalan untuk yang kekal,] -
hal 220.
·
“The
wicked Sodomites were not only burnt up by that temporal judgment, but cast
into hell, which is here called ‘eternal fire.’” [= Orang-orang Sodom yang jahat tidak hanya dibakar oleh
penghakiman sementara, tetapi dilemparkan ke dalam neraka, yang di sini disebut
‘api yang kekal’.] - hal
225.
Matthew Henry (tentang Yudas 7): “These lusts consumed the
Sodomites with fire from heaven, and they are now ‘suffering the vengeance of
eternal fire;’” [=
Nafsu-nafsu ini membakar habis orang-orang Sodom dengan api dari langit / surga, dan
mereka sekarang sedang ‘menderita / mengalami pembalasan api kekal’;].
Bagaimana kalau Yudas 7 ini dihubungkan dengan 2Pet 2:6?
2Pet 2:6 - “dan jikalau Allah membinasakan kota
Sodom dan
Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya
suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,”.
2Pet 2:6
kelihatannya memang menunjukkan hanya hukuman sementara atas Sodom dan Gomora. Sekalipun memang 2Pet 2
sangat paralel / mirip sekali dengan seluruh surat Yudas, tetapi tidak berarti keduanya
sama persis. Jadi bisa saja 2Pet 2:6 membicarakan hukuman sementara atas
kota-kota itu, sedangkan Yudas 7 membicarakan hukuman kekal mereka.
Sekarang bagaimana dengan Yer 17:27?
Yer 17:27 - “Tetapi
apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu untuk menguduskan hari Sabat dan
untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang
Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan
menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan.’”.
KJV: ‘and it shall not be
quenched’ [= dan itu
tidak akan dipadamkan].
RSV: ‘and shall not be
quenched’ [= dan
tidak akan dipadamkan].
NIV: ‘an unquenchable
fire’ [= suatu api yang tidak bisa dipadamkan].
NASB: ‘and not be quenched’ [= dan tidak dipadamkan].
Dalam bahasa
Ibraninya kata-katanya hanyalah ‘tidak akan dipadamkan’,
bukannya ‘tidak
bisa padam’
seperti dalam terjemahan NIV. Dari banyak versi Alkitab bahasa Inggris yang
saya gunakan NIV adalah satu-satunya yang menterjemahkan seperti itu.
Api yang tidak
dipadamkan bisa padam sendiri. Ini berbeda dengan ungkapan dalam Perjanjian
Baru tentang api neraka yang dikatakan ‘tidak bisa padam’.
Mat 3:12b
- “... debu jerami itu
akan dibakarnya dengan api yang tidak terpadamkan”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘unquenchable fire’ [= api yang tidak bisa dipadamkan].
Bandingkan dengan ayat paralelnya
dalam Luk 3:17 yang juga menggunakan kata yang sama.
Luk 3:17 - “Alat penampi
sudah di tanganNya untuk membersihkan tempat pengirikanNya dan untuk
mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbungNya, tetapi debu jerami itu akan
dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan.’”.
KJV: ‘fire unquenchable’ [= api yang tidak bisa dipadamkan].
RSV/NIV/NASB: ‘unquenchable fire’ [= api yang tidak bisa dipadamkan].
Tetapi argumentasi ini tidak bisa
digunakan untuk ulat yang tak akan mati.
Yes 66:24 -
“Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai
orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya
tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala
yang hidup.”.
Api yang
tidak dipadamkan bisa padam sendiri, tetapi ‘ulat yang tidak akan mati’ sama
dengan ‘ulat yang tidak bisa mati’.
Disamping
itu, Mark 9:48 tetap menggunakan istilah ‘api yang tidak dipadamkan’,
bukan ‘api yang tidak bisa dipadamkan’.
Mark 9:48 - “di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api
tidak padam.”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV:
‘is not quenched’ [= tidak
dipadamkan].
Karena itu,
mungkin tetap harus diartikan seperti yang di atas: kontext menentukan apakah
artinya sementara atau kekal.
Contoh
lain yang berikan oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah Yes 34:9-10
(‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal
428).
Yes 34:9-10
- “(9)
Sungai-sungai Edom akan berubah menjadi ter, dan
tanahnya menjadi belerang; negerinya akan menjadi ter yang menyala-nyala.
(10) Siang dan malam negeri itu tidak akan padam-padam, asapnya
naik untuk selama-lamanya. Negeri itu akan menjadi reruntuhan
turun-temurun, tidak ada orang yang melintasinya untuk seterusnya.”.
Ay 10 (KJV): ‘It shall not be
quenched night nor day; the smoke thereof shall go up for ever: from generation
to generation it shall lie waste; none shall pass through it for ever and ever.’ [= Itu tidak akan dipadamkan malam /
petang atau siang / pagi; asapnya akan naik ke atas selama-lamanya: dari
generasi ke generasi itu akan ditinggalkan; tak seorangpun akan melaluinya
untuk selama-lamanya.].
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh: “Edom telah dibinasakan, akan tetapi
tidak terus menyala sampai sekarang. Kata ‘selama-lamanya’ di sini digunakan
untuk menyatakan sampai kehancuran itu sempurna betul.” - ‘Apa Yang
Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428.
Mereka lalu
mengutip Kel 21:6 1Sam 1:22 Yun 2:6 Filemon 15
Maz 92:7 Mal 4:1 dimana kata ‘selama-lamanya’
digunakan dalam arti terbatas.
Kel 21:6 - “maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap
Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk
telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.”.
KJV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].
RSV/NIV: ‘for life’ [= untuk seumur hidup].
NASB: ‘permanently’
[= secara permanen].
1Sam 1:22 - “Tetapi Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada
suaminya: ‘Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka
ia akan menghadap ke hadirat TUHAN dan tinggal di sana seumur
hidupnya.’”.
KJV/RSV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].
NIV: ‘always’ [= selalu].
NASB: ‘forever’ [=
selama-lamanya].
Yun 2:6 - “di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar
bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya.
Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku.”.
KJV/RSV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].
NIV/NASB:
‘forever’ [= selama-lamanya].
Filemon 15 - “Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak
dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya,”.
KJV/RSV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].
NIV: ‘for good’ [= selama-lamanya].
NASB: ‘forever’ [=
selama-lamanya].
Maz 92:8 - “Apabila orang-orang fasik bertunas seperti
tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah
supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya.”.
KJV/RSV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].
NIV: ‘forever’ [= selama-lamanya].
NASB: ‘forevermore’
[= untuk selama-lamanya].
Mal 4:1 - “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti
perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi
seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN
semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.”.
Catatan: ayat ini
sudah saya bahas dalam pembahasan yang lalu, dan tak perlu saya ulang di sini.
Semua
argumentasi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tentang kata ‘selama-lamanya’
atau ‘kekal’ sudah saya bahas di atas, dan karena itu tak perlu saya ulang
lagi.
c. Argumentasi Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh tentang pembinasaan dari HADES.
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh: “Sekali orang jahat - Setan,
malaikat-malaikat jahat umat yang tidak bertobat - dibinasakan oleh api, baik
akar maupun cabangnya, maka tidak ada guna lagi maut maupun hades (baca bab
25). Ini juga akan dibinasakan Tuhan selama-lamanya (Why 20:14).” -
‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal
428.
Wah 20:14
- “Lalu
maut dan kerajaan maut (Yunani:
HADES) itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah
kematian yang kedua: lautan api.”.
Tanggapan
saya:
HADES di sini
berarti ‘keadaan kematian’, bukan ‘neraka’, seperti dalam terjemahan KJV!
Wah 20:14 (KJV): ‘And
death and hell were cast into the lake
of fire. This is the second death.’ [= Dan kematian
dan neraka dilemparkan ke dalam lautan
api. Ini adalah kematian kedua.].
Terjemahan ‘hell’ [= neraka] ini pasti
salah, dan setahu saya KJV adalah satu-satunya yang menterjemahkan seperti ini.
Versi-versi bahasa Inggris yang lain, termasuk NKJV, membiarkan kata ini tidak
diterjemahkan (HADES). Lalu apa arti kata HADES itu di sini?
William Hendriksen (tentang Wah 1:18): “It is evident that the term ‘Hades’ as
used here cannot mean hell or grave. It signifies the state of disembodied
existence. It refers to the state of death which results when life ceases and
when body and soul separate. Thus Hades always follows death (Rev. 6:8).” [= Adalah jelas bahwa istilah ‘Hades’
seperti yang digunakan di sini tidak bisa berarti ‘neraka’ atau ‘kuburan’. Itu menunjuk pada keadaan keberadaan tanpa tubuh.
Itu menunjuk pada keadaan kematian yang terjadi
pada waktu kehidupan berhenti dan pada waktu tubuh dan jiwa terpisah.
Karena itu, Hades selalu mengikuti maut / kematian (Wah 6:8).] - ‘More Than Conquerors’, hal 57.
Wah 6:8 - “Dan
aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang
menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada
mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang,
dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di
bumi.”.
Catatan: dalam pembahasannya tentang kata ‘HADES’ dalam Wah 20:14, William
Hendriksen menyuruh para pembacanya melihat tentang tafsirannya akan kata itu
dalam Wah 1:18 dan Wah 6:8. Jelas bahwa ia memberikan arti yang sama
tentang kata ‘Hades’ itu dalam ketiga ayat ini. Ia lalu melanjutkan dengan kata-katanya
di bawah ini.
William Hendriksen (tentang Wah 20:14): “Death, the separation of soul and body,
and Hades, the state of separation, now cease. Neither in the new heaven nor
upon the new earth nor even in hell will there ever be a separation between
body and soul after Christ’s second coming for judgment. Therefore,
symbolically speaking, Death and Hades - now personified - are hurled into the
lake of fire.” [=
Kematian, perpisahan dari jiwa dan tubuh, dan Hades, keadaan perpisahan,
sekarang berhenti. Baik dalam surga / langit yang baru ataupun di bumi yang
baru ataupun bahkan dalam neraka tidak akan pernah ada suatu perpisahan antara
tubuh dan jiwa setelah kedatangan Kristus yang kedua untuk penghakiman. Karena
itu, berbicara secara simbolis, Kematian dan Hades - sekarang
dipersonifikasikan - dilemparkan ke dalam lautan api.] - ‘More Than Conquerors’, hal 196.
George Eldon Ladd (tentang Wah 20:14): “John means to affirm the final and
complete destruction of death and the grave.” [= Yohanes bermaksud untuk menegaskan
penghancuran yang akhir dan lengkap / sempurna dari kematian dan kubur.] - hal 274.
Catatan: Ladd menganggap bahwa ‘Hades’ menunjuk pada ‘kubur’.
d. Gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh mengatakan bahwa ajaran tentang siksaan kekal membuat orang menolak
kekristenan.
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh: “Pandangan mengenai sifat Tuhan
diputarbalikkan karena perbuatan jemaat ini, dan doktrin purgatori (api
penyucian) dan siksaan yang kekal telah membuat orang menolak kekristenan.”
- ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal
191.
Jawaban saya:
(1) Tentang api penyucian, itu bukan urusan kita,
karena itu merupakan ajaran Gereja Katolik dan kita tidak mempercayainya.
(2) Enak saja mereka bicara tanpa
dasar apapun. Mana buktinya bahwa ajaran tentang siksaan kekal menyebabkan
orang menolak kekristenan?
(3) Seandainya kata-kata mereka
ini benar, apakah kita harus mengubah ajaran supaya diterima oleh banyak orang?
Doktrin Allah Tritunggal juga membuat banyak orang tidak mau jadi Kristen!
Doktrin tentang salib juga sama saja! Haruskah kita ubah supaya banyak orang
mau menerimanya? Yang penting adalah benar atau tidak, dan kalau memang benar,
apakah orang mau menerima atau tidak, itu bukan urusan kita. Urusan kita adalah
memberitakan kebenaran!
Bdk. 1Kor 1:22-24 - “(22)
Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi
kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk
mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus
adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”.