Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NERAKA (9)

Oleh:Pdt.Budi Asali, M.Div.
NERAKA (9)
VI) Yesus sudah memikul hukuman neraka.

Yesus jelas sudah memikul hukuman neraka. Karena kalau tidak, maka semua orang tanpa kecuali harus masuk neraka! Tetapi kapan dan dengan cara bagaimana?

Mari kita memperhatikan satu anak kalimat dari 12 Pengakuan Iman Rasuli:

1.   Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
2.   Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.
3.   Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4.   Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikubur­kan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.
5.   Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6.   Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.
7.   Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8.   Aku percaya kepada Roh Kudus.
9.   Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10. Pengampunan dosa.
11. Kebangkitan orang mati / daging.
12. Dan hidup yang kekal. Amin.
Catatan: dulu disebutkan ‘turun ke neraka’, tetapi belakangan diubah menjadi ‘turun ke dalam kerajaan maut’. Tetapi dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli bahasa Inggris tetap ‘descended into hell’ [= turun ke dalam neraka].

Hal-hal yang perlu diketahui tentang anak kalimat ini:

1)   Kata-kata ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.

2)   Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit / jelas dalam Kitab Suci.

3)   Macam-macam penafsiran tentang ‘turun ke dalam kerajaan maut / neraka’:

a)   Ada orang-orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke dalam kerajaan maut’ berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’.

Keberatan terhadap penafsiran ini:
Penafsiran ini tak cocok dengan kontext dari 12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.

b)   Ada juga yang beranggapan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk menebus dosa kita.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

1.   Antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Luk 23:43,46).
Luk 23:43,46 - Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya..
Catatan: kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’.
Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka (atau ke tempat lain manapun) untuk mengalami siksaan neraka tersebut.

2.   Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30). Ini menunjukkan bahwa penderitaan aktifNya untuk menanggung hukuman dosa umat manusia sudah sele­sai (yang tersisa hanya kematianNya), sehingga tidak ada lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.
Kalau ternyata setelah mati Yesus harus masuk neraka dan memikul hukuman kita di sana, maka kata-kata ‘Sudah selesai’ itu salah!

c)         Calvin.
‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan setelah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.
Ini adalah tafsiran yang saya terima tentang anak kalimat dari 12 Pengakuan Iman Rasuli ini.

Jadi, Yesus memikul hukuman neraka pada saat Ia ada di kayu salib, bukan dengan betul-betul pergi ke dalam neraka, tetapi dengan ditinggal oleh BapaNya, yaitu pada waktu Ia berteriak: “ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?” (Mat 27:46).

Kematian yang dialami oleh Kristus memang harus mencakup 2 hal ini:

1)   Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.

2)   Kematian rohani: perpisahan dengan Allah.
Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).

Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:

a)   Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:
1.   Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-kroso­en), atau,
2.   Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
3.   Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.

Keberatan terhadap pandangan ini:
Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yes 59:1-2  2Tes 1:9.

Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

b)         Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebutan ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata Allah­Ku’, bukan BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.

Keberatan terhadap pandangan ini:

1.   Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.

Luk 23:34a,46a - “(34a) Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ ... (46a) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’”.

2.   Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manu­sia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostati­cal / Personal Union (Kesatuan Pribadi) itu hancur, sehingga yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin!
Catatan: kalau mau mengerti lebih jauh tentang hal ini pelajari tulisan saya tentang Kristologi!

3.   Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!

Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -.
Dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan!

Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):
“No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is cost­ly, no payment is ever enough” [= Tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain,  atau memberi­kan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi].

Adam Clarke (tentang Mat 27:46):
“Some suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’ But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption is ruined.” [= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tidak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan.].

Catatan: kalau saya katakan Yesus bukan mati sebagai manusia saja, itu tidak berarti bahwa saya mengatakan bahwa Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa mati! Tetapi Yesus sebagai Pribadi (the God-man) itulah yang mati.

c)   Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manu­sia.

Keberatan terhadap pandangan ini:
Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:

1.   Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.

2.   Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersi­fat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.

Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang maha ada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terja­di antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya / tidak adanya hubungan / persekutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!

Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

Penerapan:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan dengan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16  Ibr 13:5).

Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”.

Ibr 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’.

Hal-hal yang mendukung pandangan ini:

a.   Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.

b.   Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusanNya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!
Catatan: Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement [= Penebusan Terbatas] dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design / rancangan penebusan Kristus.

c.   Hypostatical / Personal Union (Kesatuan Pribadi) tetap terjaga.

Ingat bahwa dalam 2Tes 1:9, yang sudah kita bahas dalam pelajaran yang lalu, dikatakan bahwa neraka adalah perpisahan kekal dengan Allah! Jadi, pada waktu Yesus terpisah dari Allah, itu adalah neraka bagi Dia.

Pertanyaan: mengapa hukuman neraka YANG KEKAL bisa dipikul oleh Kristus dalam waktu yang singkat?
Jawab: karena ‘besarnya’ Kristus itu! Seandainya Ia adalah manusia biasa, Ia harus memikul hukuman neraka itu juga secara kekal (dan paling-paling memikul hukuman satu orang!). Tetapi Ia adalah ‘The God-Man’! ‘Kebesaran’Nya menyebabkan Ia bisa memikul hukuman neraka bagi banyak orang dalam waktu yang singkat!
Illustrasi: kalau saudara mempekerjakan seorang anak kecil usia 10 tahun, dengan upah Rp 10.000,- per hari (8 jam) untuk angkat-angkat barang, maka kalau suatu kali anak itu tidak bisa bekerja, dan ayahnya menggantikan pekerjaannya hanya dalam waktu 2 jam, dengan upah yang sama, maka saudara mungkin sekali mau, karena ayahnya yang lebih gede!

Kalau saudara menganggap enteng apa yang Kristus alami pada saat itu, maka perhatikan kata-kata Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed, yang berkata sebagai berikut:
“No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One.” [= Karena itu, tak seorang­pun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Kare­na, yang pertama, tak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan, yang kedua, tak seorangpun bisa memi­kul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.

VII) Tanggapan kita.

1)   Kalau saudara belum percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus, maka percayalah kepada Yesus Kristus sekarang juga.
Dia sudah memikul hukuman dosa, termasuk neraka bagi saudara, sehingga kalau saudara percaya kepada Dia, maka saudara akan diampuni dan tidak mungkin dihukum / masuk neraka (Yoh 3:16  Ro 8:1)!
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus.”.

Mengapakah saudara mau mati dan mende­rita kalau Tuhan menawarkan kehidupan dan kebahagiaan secara cuma-cuma (bdk. Ro 3:24) kepada saudara?

Ro 3:23-24 - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus..

Sekarang, selagi saudara masih hidup, masih ada waktu untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Tetapi kalau saudara sudah mati dan masuk ke neraka, tidak ada kesempatan untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Ajaran yang mengatakan bahwa seseorang yang mati tanpa percaya Yesus akan diberi ‘kesempatan yang kedua’ (second chance) karena mereka akan diinjili oleh Yesus sendiri, adalah ajaran sesat, yang bertentangan dengan:

1.   Luk 16:19-31 yang menunjukkan bahwa orang kaya yang telah masuk ke neraka itu menyesal, tetapi tidak ada gunanya.

Luk 16:23-31 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.

2.   Maz 88:11-13 - “(11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.

Kalau saudara membaca Maz 88:11-13 ini, saudara bisa melihat bahwa rentetan pertanyaan dalam ayat-ayat tersebut semuanya harus dijawab dengan ‘tidak’. Jadi, ay 12nya juga harus dijawab ‘tidak’, dan dengan demikian jelaslah bahwa tidak mungkin Injil diberitakan kepada orang-orang mati.

3.   Penekanan Kitab Suci bahwa orang harus bertobat dan percaya Yesus secepatnya.
2Kor 6:2 - “Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.”.

Calvin (tentang 2Kor 6:2): “As God specifies a particular time for the exhibition of his grace, it follows that all times are not suitable for that. As a particular day of salvation is named, it follows that a free offer of salvation is not made every day. ... we must keep in view what Paul designs to teach - that there is need of prompt expedition, that we may not allow the opportunity to pass unimproved, inasmuch as it displeases God, that the grace that he offers to us should be received by us with coolness and indifference. ... Unless, however, we embrace the opportunity, we must fear the threatening that Paul brings forward - that, in a short time, the door will be shut against all that have not entered in, while opportunity was afforded. [= Karena Allah menentukan suatu waktu yang khusus untuk pertunjukan kasih karuniaNya, akibatnya adalah bahwa tidak semua waktu cocok untuk itu. Karena suatu hari keselamatan yang khusus disebutkan, akibatnya adalah bahwa suatu penawaran yang cuma-cuma dari keselamatan tidaklah dibuat setiap hari. ... kita harus terus memperhatikan apa yang Paulus maksudkan untuk ajarkan - bahwa disana ada kebutuhan tentang perjalanan / kecepatan yang mendesak, bahwa kita tidak boleh mengijinkan kesempatan untuk lewat tanpa dimanfaatkan, karena merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan Allah, bahwa kasih karunia yang Ia tawarkan kepada kita, kita terima dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. ... Tetapi kecuali kita memeluk kesempatan itu, kita harus takut terhadap ancaman yang Paulus ajukan - bahwa, dalam waktu yang singkat, pintu akan ditutup terhadap semua orang yang belum masuk, pada waktu kesempatan diberikan.].

Bdk. Yes 55:6-7 - “(6) Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat! (7) Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.”.

Calvin (tentang Yes 55:6): “‘The time of finding’ ... as the time when God offers himself to us, as in other passages he has limited a fixed day for his good-pleasure and our salvation. (Isaiah 49:8) ... we ought chiefly to remember that God is sought at a seasonable time, when of his own accord he advances to meet us; for in vain shall indolent and sluggish persons lament that they had been deprived of that grace which they rejected. The Lord sometimes endures our sluggishness, and bears with us; but if ultimately he do not succeed, he will withdraw, and will bestow his grace on others.” [= ‘Waktu penemuan’ ... sebagai waktu pada saat Allah menawarkan diriNya sendiri kepada kita, seperti dalam text-text lain Ia telah membatasi suatu hari yang tertentu untuk perkenanNya yang baik dan keselamatan kita (Yes 49:8). ... kita terutama harus ingat bahwa Allah dicari pada waktu yang sesuai, pada waktu dengan persetujuanNya sendiri Ia maju untuk menemui kita; karena dengan sia-sia orang-orang yang lamban dan malas meratap bahwa mereka telah kehilangan kasih karunia itu yang telah mereka tolak. Tuhan kadang-kadang bertahan terhadap kemalasan kita, dan sabar terhadap kita; tetapi jika akhirnya Ia tidak berhasil, Ia akan menarik, dan akan memberikan kasih karuniaNya kepada orang-orang lain.].

Catatan: kata-kata Calvin ini tidak berarti bahwa ia tidak mempercayai doktrin ‘Irresistible Grace’ [= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak]. Saya yakin bahwa di sini ia berbicara dari sudut pandang manusia. Pada waktu Injil diberitakan kepada seseorang, maka dari sudut pandang manusia, orang itu kelihatannya menerima kasih karunia Allah, yang bisa ia terima atau tolak. Tetapi dari sudut pandang Allah, kalau seseorang betul-betul diberi kasih karunia, Allah sendiri akan mengubah hati orang itu (melahir-barukannya) sehingga ia tidak mungkin bisa menolak kasih karunia Allah itu!

4.   Penekanan pemberitaan Injil kepada orang yang belum percaya.
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”.

Kalau memang nanti akan ada ‘kesempatan yang kedua’, kita tidak perlu memberitakan Injil pada saat ini. Toh orang yang mati tanpa Kristus akan diinjili oleh Yesus. Tetapi kenyataannya, Yesus memerintahkan kita untuk memberitakan Injil, dan ini menunjukkan bahwa tidak akan ada kesempatan kedua dalam kehidupan yang akan datang.
Juga kalau kita melihat kitab Kisah Para Rasul, maka terlihat dengan jelas bahwa rasul-rasul dan orang-orang Kristen melakukan penginjilan mati-matian, sekalipun mereka harus disiksa dan bahkan dibunuh. Untuk apa semua ini, kalau nanti ada ‘kesempatan yang kedua’?

5.   2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”.
KJV: ‘in his body’ [= dalam tubuhnya].
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ [= dalam tubuh].

Jadi, penghakiman akhir jaman hanya didasarkan pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh seseorang pada waktu masih hidup / pada waktu jiwa / rohnya masih ada dalam tubuhnya. Apapun yang terjadi apapun yang dia lakukan setelah mati / setelah jiwa / rohnya keluar / terpisah dari tubuhnya, tidak mempengaruhi penghakiman yang dilakukan terhadap dia.
Jadi, seandainya ada penginjilan setelah kematian, dan seandainya orang mati itu bisa bertobat dan percaya Kristus, itu tetap tidak punya nilai atau manfaat apapun dalam penghakiman akhir jaman.

Jadi, jangan berharap untuk mendapatkan kesempatan bertobat / percaya kepada Yesus setelah saudara mati dan pergi ke neraka. Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus sekarang, selagi masih ada kesempatan!

2)   Kalau saudara sudah percaya kepada Yesus, maka:

a)   Dalam keadaan apapun, termasuk dalam penderitaan, percayalah bahwa Tuhan mengasihi saudara.
Dalam keadaan menderita, kita sering ragu-ragu akan kasih Allah, dan bahkan menganggap Allah tidak mempedulikan kita. Dalam keadaan seperti itu, renungkan kembali bahwa Yesus sudah rela mengalami neraka bagi saudara. Kalau Ia tidak mencintai saudara, untuk apa Ia melakukan hal itu?

b)   Isilah hidup sauda­ra dengan pujian dan syukur kepada Tuhan, dan kasihilah Tuhan lebih dari semua, dan berusahalah untuk hidup bagi Tuhan.

c)   Beritakanlah Injil kepada orang yang belum percaya, yang masih diancam oleh hukuman kekal di neraka tersebut.
Mengingat neraka itu begitu mengerikan, maka kita harus berusaha untuk menyelamatkan orang-orang di sekitar kita, khususnya keluarga dan teman-teman kita, dari hukuman neraka. Berdoalah untuk mereka, beritakanlah Injil kepada mereka, supaya mereka percaya kepada Yesus dan diselamatkan dari penderitaan kekal di neraka!



-Amin-