NERAKA (9)
Oleh:Pdt.Budi Asali, M.Div.
VI) Yesus
sudah memikul hukuman neraka.
Yesus jelas sudah memikul hukuman neraka.
Karena kalau tidak, maka semua orang tanpa kecuali harus masuk neraka! Tetapi
kapan dan dengan cara bagaimana?
Mari kita memperhatikan satu anak kalimat
dari 12 Pengakuan Iman Rasuli:
1. Aku
percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
2. Dan
kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.
3. Yang
dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4. Yang
menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan
dikuburkan, turun ke
dalam neraka / kerajaan maut.
5. Pada
hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6. Naik
ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.
7. Dan
dari sana Ia
akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8. Aku
percaya kepada Roh Kudus.
9. Gereja
yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10. Pengampunan
dosa.
11. Kebangkitan
orang mati / daging.
12. Dan
hidup yang kekal. Amin.
Catatan: dulu disebutkan ‘turun ke neraka’, tetapi belakangan diubah menjadi
‘turun ke dalam kerajaan maut’. Tetapi dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli bahasa
Inggris tetap ‘descended into hell’ [= turun ke dalam neraka].
Hal-hal yang perlu diketahui tentang anak kalimat
ini:
1) Kata-kata
ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul
pada tahun 390 M.
2) Berbeda
dengan bagian-bagian yang lain dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini
tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit
/ jelas dalam Kitab Suci.
3) Macam-macam
penafsiran tentang ‘turun ke dalam kerajaan maut / neraka’:
a) Ada orang-orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke dalam kerajaan
maut’ berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Penafsiran ini tak cocok dengan kontext dari
12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan
bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan,
mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’
diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini
merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang
tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.
b) Ada
juga yang beranggapan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami
siksaan neraka untuk menebus dosa kita.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
1. Antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam
kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Luk 23:43,46).
Luk 23:43,46 - “Kata Yesus
kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’
... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya
Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata
demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.
Catatan: kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’.
Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari
manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka (atau ke tempat lain
manapun) untuk mengalami siksaan neraka tersebut.
2. Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah
selesai’ (Yoh 19:30).
Ini menunjukkan bahwa penderitaan aktifNya untuk menanggung hukuman dosa umat
manusia sudah selesai (yang tersisa hanya kematianNya), sehingga tidak ada
lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.
Kalau ternyata setelah mati Yesus harus masuk
neraka dan memikul hukuman kita di sana ,
maka kata-kata ‘Sudah selesai’ itu salah!
c) Calvin.
‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan
rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli
itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh manusia (yaitu
menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan setelah itu 12 Pengakuan Iman
Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan penderitaan Kristus secara rohani,
yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI,
ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak
mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-betul turun
ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan kebangkitanNya,
roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya dalam Luk 23:43,46),
sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.
Ini adalah tafsiran yang saya terima tentang
anak kalimat dari 12 Pengakuan Iman Rasuli ini.
Jadi, Yesus memikul hukuman neraka pada saat
Ia ada di kayu salib, bukan dengan betul-betul pergi ke dalam neraka, tetapi
dengan ditinggal oleh BapaNya, yaitu pada waktu Ia berteriak: “ELI,
ELI, LAMA SABAKHTANI?”
(Mat 27:46).
Kematian yang dialami oleh Kristus memang
harus mencakup 2 hal ini:
1) Kematian
jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.
2) Kematian
rohani: perpisahan dengan Allah.
Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI,
ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat
27:46).
a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan
dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:
1. Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-krosoen),
atau,
2. Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
3. Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.
Keberatan terhadap pandangan ini:
Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh
memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman
dosa! Bdk. Yes 59:1-2 2Tes 1:9.
Yes 59:1-2 - “(1)
Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala
kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu,
sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.
2Tes 1:9 - “Mereka
ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.
b) Allah
Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut
Allah dengan sebutan ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘AllahKu’,
bukan ‘BapaKu’.
Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul berbicara sebagai
manusia biasa kepada AllahNya.
Keberatan terhadap pandangan ini:
1. Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal
ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.
Luk 23:34a,46a - “(34a)
Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah
mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ ... (46a) Lalu Yesus
berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa,
ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’”.
2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu
mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan
antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostatical / Personal Union
(Kesatuan Pribadi) itu hancur, sehingga yang
tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak
mungkin!
Catatan: kalau mau mengerti lebih jauh tentang hal ini pelajari tulisan saya
tentang Kristologi!
3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan
yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!
Maz 49:8-9
- “(8)
Tidak
seorangpun dapat membebaskan dirinya,
atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya,
(9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya,
dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.
Dalam ayat ini
Kitab Suci Indonesia
salah terjemahan!
Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):
“No man can redeem
the life of another,
or give to God a ransom for him;
the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” [= Tak seorang
manusiapun bisa menebus nyawa orang
lain, atau memberikan kepada
Allah tebusan untuk dia;
tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi].
Adam Clarke (tentang Mat 27:46):
“Some
suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human
nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’
But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of
its infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an
atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption
is ruined.” [= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian
sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan
tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk
dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak
boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tidak
terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia
ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah
keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan.].
Catatan: kalau saya katakan Yesus bukan mati sebagai manusia saja, itu tidak
berarti bahwa saya mengatakan bahwa Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa
mati! Tetapi Yesus sebagai Pribadi (the God-man) itulah yang mati.
c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia.
Keberatan terhadap pandangan ini:
Terjadi perpisahan dalam diri Allah
Tritunggal.
Jawaban atas keberatan ini:
1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti
sepenuhnya.
2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal,
seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena
baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.
Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa
masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang maha ada itu
ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terjadi antara
orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya / tidak adanya hubungan / persekutuan antara
mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus
pada saat itu!
Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak
kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk
mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara
kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala
dosamu.”.
2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman
kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat
Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.
Penerapan:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan
dengan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan /
diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah
/ ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh
14:16 Ibr 13:5).
Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan
Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”.
Ibr 13:5 - “Janganlah
kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak
akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
Hal-hal yang mendukung pandangan ini:
a. Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.
b. Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia,
maka penebusanNya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!
Catatan: Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement [=
Penebusan Terbatas] dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu,
yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design
/ rancangan penebusan Kristus.
c. Hypostatical
/ Personal Union (Kesatuan Pribadi) tetap terjaga.
Ingat bahwa dalam 2Tes 1:9, yang sudah
kita bahas dalam pelajaran yang lalu, dikatakan bahwa neraka adalah perpisahan
kekal dengan Allah! Jadi, pada waktu Yesus terpisah dari Allah, itu adalah
neraka bagi Dia.
Pertanyaan: mengapa hukuman neraka YANG KEKAL
bisa dipikul oleh Kristus dalam waktu yang singkat?
Jawab: karena ‘besarnya’ Kristus itu! Seandainya
Ia adalah manusia biasa, Ia harus
memikul hukuman neraka itu juga secara
kekal (dan paling-paling memikul hukuman satu orang!). Tetapi Ia
adalah ‘The God-Man’! ‘Kebesaran’Nya menyebabkan Ia bisa memikul hukuman neraka
bagi banyak orang dalam waktu yang singkat!
Illustrasi: kalau saudara mempekerjakan seorang anak kecil usia 10 tahun, dengan
upah Rp 10.000,- per hari (8 jam) untuk angkat-angkat barang, maka kalau suatu
kali anak itu tidak bisa bekerja, dan ayahnya menggantikan pekerjaannya hanya
dalam waktu 2 jam, dengan upah yang sama, maka saudara mungkin sekali mau,
karena ayahnya yang lebih gede!
Kalau saudara menganggap enteng apa yang
Kristus alami pada saat itu, maka perhatikan kata-kata Herman Hoeksema, seorang
ahli theologia Reformed, yang berkata sebagai berikut:
“No
one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His
entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can
possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place,
no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the
sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal
sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all
His own as the Sinless One.” [= Karena itu, tak seorangpun,
bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam
sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena, yang pertama, tak
seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan, yang
kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa
dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa
pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus
memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.
VII) Tanggapan
kita.
1) Kalau
saudara belum percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus, maka
percayalah kepada Yesus Kristus sekarang juga.
Dia sudah memikul hukuman dosa, termasuk
neraka bagi saudara, sehingga kalau saudara percaya kepada Dia, maka saudara
akan diampuni dan tidak mungkin dihukum / masuk neraka (Yoh 3:16 Ro 8:1)!
Yoh 3:16 - “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa
melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
Ro 8:1 - “Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus.”.
Mengapakah saudara mau mati dan menderita kalau
Tuhan menawarkan kehidupan dan kebahagiaan secara cuma-cuma (bdk.
Ro 3:24) kepada saudara?
Ro 3:23-24 - “(23) Karena semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh
kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma
karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.
Sekarang, selagi saudara masih hidup, masih
ada waktu untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Tetapi kalau saudara sudah
mati dan masuk ke neraka, tidak ada kesempatan untuk bertobat / percaya kepada
Yesus. Ajaran yang mengatakan bahwa seseorang yang mati tanpa percaya Yesus
akan diberi ‘kesempatan yang kedua’ (second chance) karena mereka akan
diinjili oleh Yesus sendiri, adalah ajaran sesat, yang bertentangan dengan:
1. Luk 16:19-31 yang menunjukkan bahwa orang kaya yang telah
masuk ke neraka itu menyesal, tetapi tidak ada gunanya.
Luk 16:23-31 - “(23)
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di
alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus
duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah
aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan
menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25)
Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang
baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami
dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau
pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami
tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta
kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih
ada lima orang
saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka
jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian
Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang
itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang
mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika
mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan
mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
2. Maz 88:11-13 - “(11)
Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk
bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu
diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan?
(13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu
di negeri segala lupa?”.
Kalau saudara membaca Maz 88:11-13 ini,
saudara bisa melihat bahwa rentetan pertanyaan dalam ayat-ayat tersebut
semuanya harus dijawab dengan ‘tidak’. Jadi, ay 12nya juga harus dijawab ‘tidak’, dan dengan demikian jelaslah bahwa tidak
mungkin Injil diberitakan kepada orang-orang mati.
3. Penekanan Kitab Suci bahwa orang harus bertobat dan percaya Yesus
secepatnya.
2Kor 6:2 - “Sebab
Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan
pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu
ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari
penyelamatan itu.”.
Calvin
(tentang 2Kor 6:2): “As God specifies a particular time for the exhibition of
his grace, it follows that all times are not suitable for that. As a particular
day of salvation is named, it follows
that a free offer of salvation is not made every day. ... we must keep in view
what Paul designs to teach - that there is need of prompt expedition, that we
may not allow the opportunity to pass unimproved, inasmuch as it displeases
God, that the grace that he offers to us should be received by us with coolness
and indifference. ... Unless, however, we embrace the opportunity, we must fear
the threatening that Paul brings forward - that, in a short time, the door will
be shut against all that have not entered in, while opportunity was afforded.” [= Karena Allah menentukan suatu waktu
yang khusus untuk pertunjukan kasih karuniaNya, akibatnya adalah bahwa tidak
semua waktu cocok untuk itu. Karena suatu hari keselamatan yang khusus
disebutkan, akibatnya adalah bahwa suatu penawaran yang cuma-cuma dari
keselamatan tidaklah dibuat setiap hari. ... kita harus terus memperhatikan apa
yang Paulus maksudkan untuk ajarkan - bahwa disana ada kebutuhan tentang
perjalanan / kecepatan yang mendesak, bahwa kita tidak boleh mengijinkan
kesempatan untuk lewat tanpa dimanfaatkan, karena merupakan sesuatu yang tidak
menyenangkan Allah, bahwa kasih karunia yang Ia tawarkan kepada kita, kita
terima dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. ... Tetapi kecuali kita memeluk
kesempatan itu, kita harus takut terhadap ancaman yang Paulus ajukan - bahwa,
dalam waktu yang singkat, pintu akan ditutup terhadap semua orang yang belum
masuk, pada waktu kesempatan diberikan.].
Bdk. Yes 55:6-7 - “(6)
Carilah TUHAN selama Ia
berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama
Ia dekat! (7) Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat
meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan
mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan
limpahnya.”.
Calvin
(tentang Yes 55:6): “‘The time of finding’ ... as the time when God offers
himself to us, as in other passages he has limited a fixed day for his
good-pleasure and our salvation. (Isaiah 49:8) ... we ought chiefly to remember
that God is sought at a seasonable time, when of his own accord he advances to
meet us; for in vain shall indolent and sluggish persons lament that they had
been deprived of that grace which they rejected. The Lord sometimes endures our
sluggishness, and bears with us; but if ultimately he do not succeed, he will
withdraw, and will bestow his grace on others.” [= ‘Waktu penemuan’ ... sebagai waktu
pada saat Allah menawarkan diriNya sendiri kepada kita, seperti dalam text-text
lain Ia telah membatasi suatu hari yang tertentu untuk perkenanNya yang baik
dan keselamatan kita (Yes 49:8). ... kita terutama harus ingat bahwa Allah
dicari pada waktu yang sesuai, pada waktu dengan persetujuanNya sendiri Ia maju
untuk menemui kita; karena dengan sia-sia orang-orang yang lamban dan malas
meratap bahwa mereka telah kehilangan kasih karunia itu yang telah mereka tolak.
Tuhan kadang-kadang bertahan terhadap kemalasan kita, dan sabar terhadap kita;
tetapi jika akhirnya Ia tidak berhasil, Ia akan menarik, dan akan memberikan
kasih karuniaNya kepada orang-orang lain.].
Catatan: kata-kata Calvin ini tidak berarti bahwa ia
tidak mempercayai doktrin ‘Irresistible Grace’ [= Kasih karunia yang
tidak bisa ditolak]. Saya yakin bahwa di sini ia berbicara dari sudut pandang
manusia. Pada waktu Injil diberitakan kepada seseorang, maka dari sudut pandang
manusia, orang itu kelihatannya menerima kasih karunia Allah, yang bisa ia
terima atau tolak. Tetapi dari sudut pandang Allah, kalau seseorang betul-betul
diberi kasih karunia, Allah sendiri akan mengubah hati orang itu
(melahir-barukannya) sehingga ia tidak mungkin bisa menolak kasih karunia Allah
itu!
4. Penekanan pemberitaan Injil kepada orang yang belum percaya.
Mat 28:19 - “Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”.
Kalau memang nanti akan ada ‘kesempatan yang
kedua’, kita tidak perlu memberitakan Injil pada saat ini. Toh orang yang mati
tanpa Kristus akan diinjili oleh Yesus. Tetapi kenyataannya, Yesus
memerintahkan kita untuk memberitakan Injil, dan ini menunjukkan bahwa tidak
akan ada kesempatan kedua dalam kehidupan yang akan datang.
Juga kalau kita melihat kitab Kisah Para
Rasul, maka terlihat dengan jelas bahwa rasul-rasul dan orang-orang Kristen
melakukan penginjilan mati-matian, sekalipun mereka harus disiksa dan bahkan
dibunuh. Untuk apa semua ini, kalau nanti ada ‘kesempatan yang kedua’?
5. 2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta
pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya,
sesuai dengan yang dilakukannya dalam
hidupnya ini, baik ataupun jahat.”.
KJV: ‘in his body’ [= dalam tubuhnya].
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ [= dalam
tubuh].
Jadi, penghakiman akhir jaman hanya
didasarkan pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh seseorang pada waktu
masih hidup / pada waktu jiwa / rohnya masih ada dalam tubuhnya. Apapun
yang terjadi apapun yang dia lakukan setelah mati / setelah jiwa / rohnya
keluar / terpisah dari tubuhnya, tidak mempengaruhi penghakiman yang
dilakukan terhadap dia.
Jadi, seandainya
ada penginjilan setelah kematian, dan seandainya
orang mati itu bisa bertobat dan percaya Kristus, itu tetap tidak punya nilai
atau manfaat apapun dalam penghakiman akhir jaman.
Jadi, jangan berharap untuk mendapatkan
kesempatan bertobat / percaya kepada Yesus setelah saudara mati dan pergi ke neraka.
Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus sekarang, selagi masih ada kesempatan!
2) Kalau
saudara sudah percaya kepada Yesus, maka:
a) Dalam keadaan apapun, termasuk dalam penderitaan, percayalah bahwa
Tuhan mengasihi saudara.
Dalam keadaan menderita, kita sering
ragu-ragu akan kasih Allah, dan bahkan menganggap Allah tidak mempedulikan
kita. Dalam keadaan seperti itu, renungkan kembali bahwa Yesus sudah rela
mengalami neraka bagi saudara. Kalau
Ia tidak mencintai saudara, untuk
apa Ia melakukan hal itu?
b) Isilah hidup saudara dengan pujian dan syukur kepada Tuhan, dan
kasihilah Tuhan lebih dari semua, dan berusahalah untuk hidup bagi Tuhan.
c) Beritakanlah Injil kepada orang yang belum percaya, yang masih
diancam oleh hukuman kekal di neraka tersebut.
Mengingat neraka itu begitu mengerikan, maka
kita harus berusaha untuk menyelamatkan orang-orang di sekitar kita, khususnya
keluarga dan teman-teman kita, dari hukuman neraka. Berdoalah untuk mereka,
beritakanlah Injil kepada mereka, supaya mereka percaya kepada Yesus dan
diselamatkan dari penderitaan kekal di neraka!