PROVIDENCE OF GOD (3): Semua Yang Terjadi Rencana Allah.
Oleh:Pdt.Budi Asali, M.Div.
c) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa
hal-hal yang kelihatannya seperti ‘kebetulan’ juga hanya bisa terjadi karena
itu merupakan Rencana Allah. Contoh:
1. Keluaran 21:13 - “Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya
ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari.”.
Kata-kata ‘melainkan tangannya ditentukan Allah
melakukan itu’
sebetulnya merupakan terjemahan yang terlalu keras. Bandingkan dengan KJV di
bawah ini.
KJV: ‘but God deliver him
into his hand;’ [= tetapi Allah menyerahkannya ke dalam tangannya].
Tentang
‘suatu
tempat, kemana ia dapat lari’ menunjuk pada kota-kota perlindungan, yang dibahas dalam tex t di bawah ini.
Bilangan 35:10-11 - “(10) ‘Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila
kamu menyeberangi sungai Yordan ke tanah Kanaan, (11) maka haruslah kamu memilih
beberapa kota yang menjadi kota-kota
perlindungan bagimu,
supaya orang pembunuh yang telah membunuh seseorang dengan tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana .”.
Yang dimaksud dengan ‘pembunuhan yang tidak disengaja’ itu dijelaskan / diberi contoh
dalam:
a. Bil 35:22-25 - “(22) Tetapi jika ia sekonyong-konyong menumbuk orang itu
dengan tidak ada perasaan permusuhan, atau dengan tidak sengaja melemparkan
sesuatu benda kepadanya, (23) atau dengan kurang
ingat menjatuhkan kepada orang itu sesuatu batu yang mungkin
menyebabkan matinya seseorang, sehingga orang itu mati, sedangkan dia tidak
merasa bermusuh dengan orang itu dan juga tidak mengikhtiarkan celakanya, (24)
maka haruslah rapat umat mengadili antara orang yang membunuh itu dan penuntut
darah, menurut hukum-hukum ini, (25) dan haruslah rapat umat membebaskan
pembunuh dari tangan penuntut darah, dan haruslah rapat umat mengembalikan dia
ke kota perlindungan, ke tempat ia telah melarikan diri; di situlah ia harus
tinggal sampai matinya imam besar yang telah diurapi dengan minyak yang kudus.”.
Catatan: kata-kata ‘dengan kurang ingat’ dalam ay 23 lebih tepat diterjemahkan ‘dengan tidak
melihatnya’
seperti dalam KJV/RSV/NIV/NASB.
b. Ul 19:4-5, yaitu orang yang pada waktu
mengayunkan kapak, lalu mata kapaknya terlepas dan mengenai orang lain sehingga
mati.
Ul
19:4-5 - “(4) Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang melarikan
diri ke sana
dan boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja dan dengan tidak membenci
dia sebelumnya, (5) misalnya apabila seseorang pergi ke hutan dengan temannya
untuk membelah kayu, ketika tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon
kayu, mata kapak terlucut dari gagangnya, lalu mengenai temannya sehingga mati,
maka ia boleh melarikan diri ke salah satu kota itu dan tinggal hidup.”.
Hal-hal seperti ini kelihatannya
‘kebetulan’, tetapi toh Kel 21:13 itu mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi
karena ‘tangannya
ditentukan Allah melakukan itu’. Jadi, jelas bahwa hal-hal yang kelihatannya kebetulan
sekalipun, hanya bisa terjadi kalau itu sesuai kehendak / Rencana Allah.
Matthew Henry
(tentang Kel 21:13):
“when a man, in doing a lawful act, without intent of hurt to any,
happens to kill another, or, as it is here described, God delivers him into his
hand; for nothing comes to pass by chance; what seems to us purely casual is
ordered by the divine Providence, for wise and holy ends secret to us. In this
case God provided cities of refuge for the protection of those whose infelicity
it was, but not their fault, to occasion the death of another, v. 13.” [= pada
waktu seseorang, dalam melakukan suatu tindakan yang benar / sah, tanpa maksud
untuk melukai siapapun, kebetulan membunuh orang lain, atau, seperti
digambarkan di sini, Allah menyerahkannya ke dalam tangannya; karena
tak ada apapun terjadi oleh kebetulan; apa yang kelihatan bagi kita sepenuhnya
kebetulan / tak direncanakan, diatur oleh Providensia Ilahi, untuk
tujuan-tujuan yang bijaksana dan kudus, yang dirahasiakan bagi kita.
Dalam kasus ini Allah menyediakan kota-kota perlindungan untuk perlindungan
dari mereka yang nasib buruknya, tetapi bukan kesalahan mereka, menyebabkan
kematian orang lain, ay 13.].
Calvin (tentang Kel 21:13): “it must be remarked, that Moses declares that accidental homicide,
as it is commonly called, does not happen by chance or accident, but according
to the will of God, as if He himself led out the person, who is killed, to
death. By whatever kind of death, therefore, men are taken away, it is certain
that we live or die only at His pleasure; and surely, if not even a sparrow can
fall to the ground except by
His will, (Matthew 10:29,) it would be very absurd that men created in His
image should be abandoned to the blind impulses of fortune. Wherefore it must
be concluded, as Scripture elsewhere teaches, that the term of each man’s life
is appointed, with which another passage corresponds, ‘Thou turnest man to
destruction, and sayest, Return, ye children of men.’ (Psalm 90:3.) It is true,
indeed, that whatever has no apparent cause or necessity seems to us to be
fortuitous; and thus, whatever, according to nature, might happen otherwise we
call accidents, (contingentia;) yet in the meantime it
must be remembered, that what might else incline either way is governed by
God’s secret counsel, so that nothing is done without His arrangement and
decree.” [= harus diperhatikan, bahwa Musa menyatakan bahwa pembunuhan
yang bersifat kebetulan, seperti yang biasanya disebut, tidak terjadi oleh
kebetulan, tetapi sesuai /
menurut kehendak Allah, seakan-akan Ia sendiri membimbing orang, yang dibunuh /
terbunuh, pada kematian. Karena itu, oleh jenis kematian apapun, orang-orang diambil, adalah
pasti bahwa kita hidup dan mati hanya pada perkenanNya; dan pastilah, jika
bahkan seekor burung pipit tidak bisa jatuh ke tanah kecuali oleh kehendakNya
(Mat 10:29), adalah sangat menggelikan bahwa manusia yang diciptakan menurut
gambarNya harus ditinggalkan pada perubahan nasib yang buta. Karena itu haruslah disimpulkan, sebagaimana Kitab Suci di
bagian lain mengajarkan, bahwa masa
hidup dari setiap orang ditetapkan, dengan mana text yang lain sesuai, "Engkau
membelokkan manusia kepada kehancuran / kebinasaan, dan berkata: ‘Kembalilah,
hai anak-anak manusia!’" (Maz 90:3, KJV). Memang benar bahwa
apapun yang tidak mempunyai penyebab yang jelas atau keharusan, bagi kita
kelihatannya merupakan kebetulan; dan demikianlah, apapun, menurut alam, bisa
terjadi sebagai apa yang kita sebut kebetulan, tetapi pada saat yang sama harus diingat,
bahwa apa yang bisa menyimpangkan ke arah manapun, diperintah oleh rencana
rahasia Allah, sehingga tak ada apapun yang terjadi tanpa pengaturan dan
ketetapanNya.] - hal 37.
Maz
90:3 - “Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan
berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’”.
2. 1Sam 6:7-12 - “(7) Oleh
sebab itu ambillah dan siapkanlah sebuah kereta baru dengan dua ekor lembu yang
menyusui, yang belum pernah kena kuk, pasanglah kedua lembu itu pada kereta,
tetapi bawalah anak-anaknya kembali ke rumah, supaya jangan mengikutinya lagi.
(8) Kemudian ambillah tabut TUHAN, muatkanlah itu ke atas kereta dan
letakkanlah benda-benda emas, yang harus kamu bayar kepadaNya sebagai tebusan
salah, ke dalam suatu peti di sisinya. Dan biarkanlah tabut itu pergi. (9)
Perhatikanlah: apabila tabut itu mengambil jalan ke daerahnya, ke Bet-Semes,
maka Dialah itu
yang telah mendatangkan malapetaka yang hebat ini kepada kita. Dan jika tidak, maka kita
mengetahui, bahwa bukanlah tanganNya yang telah menimpa kita; kebetulan saja hal itu terjadi kepada
kita.’ (10)
Demikianlah diperbuat orang-orang itu. Mereka mengambil dua ekor lembu yang
menyusui, dipasangnya pada kereta, tetapi anak-anaknya ditahan di rumah. (11)
Mereka meletakkan tabut TUHAN ke atas kereta, juga peti berisi tikus-tikus emas
dan gambar benjol-benjol mereka. (12) Lembu-lembu itu langsung mengikuti jalan yang ke
Bet-Semes; melalui
satu jalan raya, sambil menguak dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri,
sedang raja-raja kota
orang Filistin itu berjalan di belakangnya sampai ke daerah Bet-Semes.”.
Orang
Filistin yang merampas tabut Tuhan dihajar oleh Tuhan dengan bermacam-macam
bencana, dan mereka ingin tahu apakah wabah / bencana yang menimpa mereka (1Sam
5) berasal dari Tuhan atau
hanya kebetulan saja. Dan untuk mengetahui hal
itu mereka melakukan percobaan dengan menggunakan lembu-lembu yang menarik
kereta yang membawa tabut itu. Hasil dari percobaan itu adalah jelas. Itu bukan
kebetulan, tetapi Tuhanlah yang melakukan semua itu.
Jamieson, Fausset
& Brown (tentang 1Sam 6:9): “Their frequent lowings attested their ardent
longing for their young, and at the same time the supernatural influence that
controlled their movements in a contrary direction.” [= Lenguhan /
kuakan mereka yang sering, menunjukkan kerinduan mereka yang berkobar-kobar
untuk anak-anak mereka, dan pada saat yang sama pengaruh supranatural yang
mengontrol gerakan-gerakan mereka ke arah yang berlawanan.].
Barnes’ Notes
(tentang 1Sam 6:12):
“Nature
would obviously dispose the cows to go toward their calves; their going in an
opposite direction was therefore plainly a divine impulse overruling their
natural inclination.” [= Alam dengan jelas akan mengatur
lembu-lembu itu untuk pergi menuju anak-anak mereka; karena itu kepergian
mereka ke arah yang berlawanan secara jelas merupakan suatu dorongan ilahi yang
mengalahkan kecondongan alamiah mereka.].
Matthew Henry
(tentang 1Sam 6:9-dst): “God’s providence is conversant about the motions
even of brute-creatures, and serves its own purposes by them.” [= Providensia
Allah berhubungan dekat / mempunyai perhatian / minat tentang gerakan-gerakan
bahkan dari makhluk-makhluk tak berakal, dan melayani / mempersiapkan
tujuan-tujuan / rencana-rencanaNya sendiri oleh mereka.].
Pulpit Commentary: “It was contrary
to their nature, as ordinarily exercised, to go from home. It was not contrary
to the nature of things for them to do the will of their Maker. 1. It is a reality in every case of animal life
that God’s will is done. All creatures are ‘his.’
He formed their powers and gave them tendencies. Therefore every creature, in
following its ordinary course, is actually carrying out a Divine intent. ... 2.
There are other instances of special
control. Balaam’s ass was used to reprove the prophet. The lions were
restrained from touching Daniel.” [= Merupakan sesuatu yang bertentangan dengan
sifat alamiah mereka, sebagaimana biasanya dilakukan, untuk pergi dari rumah. Bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan sifat alamiah dari
hal-hal bagi mereka untuk melakukan kehendak dari sang Pencipta mereka.
1. Merupakan suatu kenyataan dalam setiap kasus dari
kehidupan binatang bahwa kehendak Allah terjadi. Semua makhluk
adalah milikNya. Ia membentuk kekuatan mereka dan memberikan mereka
kecondongan. Karena itu, setiap makhluk, dalam
mengikuti jalannya yang biasa,
sebetulnya sedang mengikuti / mentaati suatu maksud Ilahi. ... 2. Ada contoh-contoh lain
tentang kontrol yang khusus. Keledai Bileam digunakan untuk mencela sang nabi.
Singa-singa dikekang sehingga tidak menyentuh Daniel.]
- hal 115.
3. 1Raja 22:34
- “Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja
dan mengenai raja Israel
di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi
keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.’”.
Kitab Suci Indonesia : ‘menembak dengan sembarangan’.
KJV/RSV: ‘drew a bow at a venture’
[= menarik busurnya secara untung-untungan].
NIV/NASB: ‘drew
his bow at random’
[= menarik busurnya secara sembarangan].
Catatan: Kata bentuk jamaknya muncul dalam
2Sam 15:11 dan dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘tanpa curiga’.
2Sam 15:11 - “Beserta
Absalom turut pergi dua ratus orang dari Yerusalem, orang-orang undangan yang
turut pergi tanpa curiga dan tanpa
mengetahui apapun tentang perkara itu.”.
NIV:
‘quite innocently’ [= dengan tak
bersalah].
NASB:
‘innocently’ [= dengan tak bersalah].
KJV/RSV:
‘in their simplicity’ [= dalam
kesederhanaan mereka].
Pulpit Commentary (tentang 1Raja 22:34): “An unknown,
unconscious archer. The arrow that pierced Ahab’s corselet was shot ‘in
simplicity,’ without deliberate aim, with no thought of striking the king. It
was an unseen Hand that guided that chance shaft to its destination. It was
truly ‘the arrow of the Lord’s vengeance.’” [= Seorang pemanah yang tak dikenal, dan yang tak
menyadari tindakannya. Panah yang menusuk pakaian perang Ahab ditembakkan
‘dalam kesederhanaan’, tanpa tujuan yang disengaja, dan tanpa pikiran untuk
menyerang sang raja. Adalah ‘Tangan yang tak kelihatan’ yang memimpin ‘panah
kebetulan’ itu pada tujuannya. Itu betul-betul merupakan ‘panah pembalasan
Tuhan’.] - hal
545.
Pulpit Commentary (tentang 1Raja 22:34): “how useless
are disguises when the providence of Omniscience is concerned! Ahab might hide
himself from the Syrians, but he could not hide himself from God. Neither could
he hide himself from angels and devils, who are instruments of Divine
Providence, ever influencing men, and even natural laws, or forces of nature.” [= betapa tidak bergunanya
penyamaran pada waktu providensia dari Yang Mahatahu yang dipersoalkan! Ahab
bisa menyembunyikan dirinya dari orang Aram, tetapi ia tidak bisa
menyembunyikan dirinya dari Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan dirinya
dari malaikat dan setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia Ilahi, yang
selalu mempengaruhi manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau kuasa / kekuatan
alam.] - hal
552.
Pulpit Commentary (tentang 1Raja 22:34): “The chance
shot. The success of Ahab’s device only served to make the blow come more
plainly from the hand of God. Benhadad’s purpose could be baffled, but not His.
There is no escape from God.” [= Tembakan kebetulan. Sukses dari muslihat Ahab
hanya berfungsi untuk membuat kelihatan dengan lebih jelas bahwa serangan itu
datang dari tangan Allah. Tujuan / rencana Benhadad bisa digagalkan /
dihalangi, tetapi tidak tujuan / rencanaNya. Tidak ada jalan untuk lolos dari
Allah.] - hal
557.
Matthew Henry
(tentang 1Raja 22:34):
“The
Syrian that shot him little thought of doing such a piece of service to God and
his king; for he drew a bow at a venture, not aiming particularly at any man,
yet God so directed the arrow that, 1. He hit the right person, the man that
was marked for destruction, whom, if they had taken alive, as was designed,
perhaps Ben-hadad would have spared. Those cannot escape with life whom God
hath doomed to death. 2. He hit him in the right place, between the joints of
the harness, the only place about him where this arrow of death could find
entrance. No armour is of proof against the darts of divine vengeance. ... That
which to us seems altogether casual is done by the determinate counsel and
fore-knowledge of God.” [= Orang
Aram
yang memanahnya tak memikirkan tentang melakukan suatu potongan seperti itu
untuk melayani Allah dan rajanya; karena ia menarik busurnya secara
untung-untungan, tidak membidik secara khusus pada orang manapun, tetapi Allah begitu mengarahkan anak panah itu, sehingga, 1. Ia
mengenai orang yang tepat, orang yang ditandai untuk kehancuran / kebinasaan,
yang, seandainya mereka menangkapnya hidup-hidup, sebagaimana dirancangkan,
mungkin akan dibiarkan hidup oleh Benhadad. Mereka
tidak bisa lolos dengan nyawanya yang Allah telah tentukan pada kematian.
2. Ia mengenainya di
tempat yang tepat, di antara sambungan baju zirahnya, satu-satunya tempat
padanya dimana anak panah kematian ini bisa menemukan jalan masuk. Tak ada perlengkapan perang merupakan
perlindungan terhadap anak-anak panah dari pembalasan ilahi. ... Apa yang bagi kita kelihatan sepenuhnya kebetulan dilakukan
oleh rencana tertentu dan pra pengetahuan Allah.].
Jadi, ini lagi-lagi menunjukkan bahwa
tidak ada ‘kebetulan’. Semua yang kelihatannya merupakan kebetulan, diatur oleh
Allah.
4. Amsal 16:33 - “Undi
dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.”.
Tidak
ada yang kelihatan lebih bersifat kebetulan dari pada undi yang dibuang di
pangkuan, tetapi toh ayat ini mengatakan bahwa setiap keputusannya berasal dari
Tuhan.
Matthew
Henry (tentang Amsal 16:33): “The divine Providence
orders and directs those things which to us are perfectly casual and
fortuitous. Nothing comes to pass by chance, nor is an event determined by a blind
fortune, but every thing by the will and counsel of God.” [= Providensia ilahi mengatur dan
mengarahkan hal-hal itu, yang bagi kita sepenuhnya adalah sembarangan dan
kebetulan. Tidak ada yang terjadi karena kebetulan, juga tidak ada peristiwa
yang ditentukan oleh nasib / takdir yang buta, tetapi segala sesuatu terjadi
/ ditentukan oleh kehendak dan rencana
Allah.].
Barnes’ Notes
(tentang Amsal 16:33):
“Where everything seemed the merest chance, there the
faithful Israelite teacher recognized the guidance of a higher will. Compare
the case of Achan (Josh 7:18), and of Jonathan (1 Sam 14:37-42). The process
here described would seem to have been employed ordinarily in trials where the
judges could not decide on the facts before them (compare Prov 18:18).” [= Dimana segala
sesuatu kelihatannya semata-mata kebetulan, di sana
guru Israel
yang setia mengenali bimbingan dari suatu kehendak yang lebih tinggi.
Bandingkan kasus dari Akhan (Yos 7:18), dan dari Yonatan (1Sam 14:37-42).
Proses yang digambarkan di sini kelihatannya telah digunakan secara umum dalam
pengadilan-pengadilan dimana hakim-hakim tidak bisa memutuskan tentang
fakta-fakta di hadapan mereka (bandingkan Amsal 18:18).].
Yos 7:16-18 - “(16) Keesokan harinya bangunlah Yosua pagi-pagi, lalu
menyuruh orang Israel
tampil ke muka suku demi suku, maka didapatilah suku Yehuda. (17) Ketika
disuruhnya tampil ke muka kaum-kaum Yehuda, maka didapatinya kaum Zerah. Ketika
disuruhnya tampil ke muka kaum Zerah, seorang demi seorang, maka didapatilah
Zabdi. (18) Ketika disuruhnya keluarga orang itu tampil ke muka, seorang demi
seorang, maka didapatilah Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku
Yehuda.”.
Catatan: sekalipun tak dinyatakan
caranya tetapi besar kemungkinan mereka menggunakan pengundian.
1Sam 14:40-42 - “(40)
Kemudian berkatalah ia kepada seluruh
orang Israel :
‘Kamu berdiri di sebelah yang satu dan aku serta anakku Yonatan akan berdiri di
sebelah yang lain.’ Lalu jawab rakyat kepada Saul: ‘Perbuatlah apa yang
kaupandang baik.’ (41) Lalu berkatalah Saul: ‘Ya, TUHAN, Allah Israel ,
mengapa Engkau tidak menjawab hambaMu pada hari ini? Jika kesalahan itu ada
padaku atau pada anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah Israel, tunjukkanlah kiranya
Urim; tetapi jika kesalahan itu ada pada umatMu Israel, tunjukkanlah Tumim.’
Lalu didapati Yonatan dan Saul, tetapi rakyat itu terluput. (42) Kata Saul:
‘Buanglah undi antara aku dan anakku Yonatan.’ Lalu didapati Yonatan.”.
Amsal 18:18
- “Undian
mengakhiri pertengkaran, dan menyelesaikan persoalan antara orang-orang berkuasa.”.
Catatan: ini
tidak berarti bahwa pada jaman sekarang kita boleh mencari kehendak Tuhan
dengan cara ini. Pada jaman sekarang, dimana kita sudah mempunyai Kitab Suci
yang lengkap, maka kita harus mencari kehendak Tuhan melalui Kitab Suci /
Firman Tuhan.
5. Rut 2:3 - “Pergilah
ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang
berasal dari kaum Elimelekh.”.
Ay 3 (KJV): ‘and her hap was to light on
a part of the field belonging unto Boaz’ [= dan nasib
baiknya / kemujurannya adalah hinggap pada suatu bagian dari ladang
milik Boas].
Catatan: kata bahasa Inggris ‘hap’ bisa berarti ‘chance’ [= kebetulan], ‘fortune’
[= nasib baik], ‘luck’ [= nasib baik
/ kemujuran].
Kalau ditinjau dari sudut manusia, maka munculnya titik terang dalam
kehidupan Rut itu, terjadi secara ‘kebetulan’! Boas bisa bertemu Rut, karena kebetulan ia berada di
tanah milik Boas (ay 3), dan pada hari Rut mulai memungut jelai itu kebetulan Boas juga
datang ke sana
(ay 4). Lalu Boas senang / tertarik kepada Rut, karena kebetulan Rut cantik /
sexy, dan kebetulan
Rut mempunyai sifat-sifat yang baik, dan kebetulan Rut cocok dengan selera Boas. Tetapi kalau ditinjau dari sudut Allah, maka tidak ada kebetulan!
Semua ayat Alkitab yang menggunakan kata ‘kebetulan’
adalah ayat-ayat yang menyoroti dari sudut pandang manusia. Dalam arti sebenarnya, tidak ada kebetulan!
Dari sejak semula, Allah sudah menentukan / merencanakan semuanya dan Allah
lalu mengatur segala sesuatu sehingga semua terjadi sesuai dengan Rencana Allah
yang kekal! Boas pasti mempunyai wanita idaman, tetapi hati Boas ada di tangan
Tuhan, dan Tuhan bisa mengalirkan kemana saja Tuhan kehendaki, sehingga
keputusan Tuhanlah yang terjadi. Rut mungkin memikir-mikir ke ladang mana ia
akan pergi, sehingga kelihatannya ia sampai ke ladang Boas hanya secara
kebetulan (ay 3), tetapi sebetulnya Tuhanlah yang menentukan arah
langkahnya.
Maz 37:23 - “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang
hidupnya berkenan kepadaNya;”.
Amsal 16:9 - “Hati manusia
memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”.
Amsal 19:21 - “Banyaklah
rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.”.
Amsal 21:1- “Hati raja
seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkanNya ke mana Ia ingini.”.
Yer 10:23 - “Aku tahu, ya
TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang
berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.”.
Matthew Henry
(tentang Rut 2:3):
“She
knew not whose field it was, nor had she any reason for going to that more than
any other, and therefore it is said to be ‘her hap;’ but Providence directed
her steps to this field. Note, God wisely orders small events; and those that
seem altogether contingent serve his own glory and the good of his people. Many
a great affair is brought about by a little turn, which seemed fortuitous to
us, but was directed by Providence
with design.” [= Ia tidak
tahu itu ladang siapa, juga ia tidak mempunyai alasan apapun untuk pergi ke
ladang itu dari pada ke ladang yang lain, dan karena itu dikatakan bahwa itu
adalah ‘nasib baiknya / kemujurannya’; tetapi Providensia
mengarahkan langkah-langkahnya ke ladang ini. Perhatikan, Allah
dengan bijaksana mengatur / menentukan peristiwa-peristiwa yang kecil; dan
hal-hal yang kelihatannya sepenuhnya kebetulan melayani kemuliaanNya sendiri
dan kebaikan dari umatNya. Banyak peristiwa-peristiwa yang besar dihasilkan /
ditimbulkan oleh suatu perubahan yang kecil, yang kelihatannya kebetulan bagi
kita, tetapi diarahkan oleh Providensia dengan
rancangan / tujuan.].
The Bible Exposition Commentary (tentang Rut 2:3): “By the providence of God, Ruth gleaned in the
portion of the field that belonged to Boaz. The record says Ruth ‘happened’ to
come to this portion of the field, but it was no accident. Her steps were
guided by the Lord.” [= Oleh providensia Allah, Rut memungut di bagian
dari ladang milik Boas. Catatannya mengatakan Rut ‘kebetulan’ datang ke bagian
ladang ini, tetapi itu bukan suatu kebetulan. Langkah-langkahnya
dipimpin oleh Tuhan.].
Pulpit Commentary
(tentang Rut 2:3):
“Though it seemed
of little consequence in which field Ruth gleaned, ‘her hap was to light on a
part of the field belonging to Boaz,’ and from this fact sprang results of the
greatest importance. ‘Her hap’ determined her marriage, her wealth, her
happiness and that of her mother-in-law, her union with Israel, her motherhood,
her position as an ancestress of David and of Christ. In such seemingly
insignificant causes originate the most momentous issues. Thus oftentimes
it comes to pass that family relationships are formed, a professional career is
determined; nay, religious decision may be brought about, life-work for Christ
may be appointed, eternal destiny is affected.” [= Sekalipun
kelihatannya tidak terlalu berpengaruh di ladang mana Rut memungut jelai,
‘kebetulan ia berada di tanah milik Boas’, dan dari
fakta ini muncul akibat-akibat yang terpenting. ‘Nasib
baiknya / kemujurannya’ menentukan pernikahannya, kekayaannya, kebahagiaannya
dan kebahagiaan mertua perempuannya, persatuannya dengan Israel, ke-ibu-annya,
posisinya sebagai seorang nenek moyang dari Daud dan dari Kristus. Dalam penyebab-penyebab yang kelihatannya begitu tidak
penting muncul persoalan-persoalan / hasil-hasil yang paling penting.
Demikianlah seringkali terjadi bahwa hubungan keluarga dibentuk, karir
profesional ditentukan; tidak, keputusan agamawi bisa dihasilkan / ditimbulkan,
pekerjaan seumur hidup untuk Kristus bisa ditetapkan, tujuan kekal dipengaruhi.] - hal 34.
Charles Haddon Spurgeon memberikan
renungan tentang Rut 2:3, dimana ia berkata sebagai berikut:
“Her hap was. Yes, it seemed nothing but an
accidental happenstance, but how divinely was it planned! Ruth had gone forth
with her mother’s blessing under the care of her mother’s God to humble but
honorable toil, and the providence of God was guiding her every step. Little
did she know that amid the sheaves she would find a husband, that he would make
her the joint owner of all those broad acres, and that she, a poor foreigner,
would become one of the progenitors of the great Messiah. ... Chance is
banished from the faith of Christians, for they see the hand of God in
everything. The trivial events of today or tomorrow may involve consequences of
the highest importance.”
[= ‘Kebetulan ia berada’. Ya, itu kelihatannya bukan
lain dari pada suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tetapi hal itu
direncanakan secara ilahi! Rut telah pergi dengan berkat dari ibunya
di bawah perhatian dari Allah ibunya kepada pekerjaan yang rendah tetapi
terhormat, dan providensia Allah membimbing setiap
langkahnya. Sedikitpun ia tidak menyangka bahwa di antara
berkas-berkas jelai itu ia akan menemukan seorang suami, bahwa ia akan
membuatnya menjadi pemilik dari seluruh tanah yang luas itu, dan bahwa ia,
seorang asing yang miskin, akan menjadi salah seorang nenek moyang dari Mesias
yang agung. ... Kebetulan dibuang dari iman
orang-orang Kristen, karena mereka melihat bahwa tangan Allah ada dalam segala
sesuatu. Peristiwa-peristiwa remeh dari hari ini atau besok bisa
melibatkan konsekwensi-konsekwensi yang paling penting.] - ‘Morning
and Evening’, October 25, evening.
6. 2Raja 9:21 - “Sesudah itu berkatalah Yoram: ‘Pasanglah kereta!’, lalu orang
memasang keretanya. Maka keluarlah Yoram, raja Israel, dan Ahazia, raja Yehuda,
masing-masing naik keretanya; mereka keluar menemui Yehu, lalu menjumpai dia
di kebun Nabot, orang Yizreel itu.”.
Pulpit Commentary: “Humanly speaking, this was accidental. ... Had the king
started a little sooner, or had Jehu made less haste, the meeting would have
taken place further from the town, and outside the ‘portion of Naboth.’ But
Divine providence so ordered matters that vengeance for the sin of Ahab was
exacted upon the very scene of his guilt, and a prophecy made, probably by
Elisha, years previously, and treasured up in the memory of Jehu (ver. 26), was
fulfilled to the letter.” [= Berbicara secara
manusia, ini merupakan suatu kebetulan. ... Seandainya
sang raja berangkat sedikit lebih awal, atau seandainya Yehu mengurangi sedikit
saja ketergesa-gesaannya, maka pertemuan itu akan terjadi lebih jauh dari kota , dan di luar ‘kebun
dari Nabot’. Tetapi Providensia Ilahi mengatur hal-hal
sedemikian rupa sehingga pembalasan untuk dosa Ahab ditetapkan pada tempat yang
persis sama dengan tempat dari kesalahannya, dan suatu nubuat
dibuat, mungkin oleh Elisa, bertahun-tahun sebelumnya, dan disimpan dalam
ingatan Yehu (ay 26), digenapi sampai hal yang terkecil / secara persis.] - hal 192.
Semua ini menunjukkan bahwa dalam membuat
RencanaNya, Allah bukan hanya merencanakan / menetapkan garis besarnya saja,
tetapi lengkap dengan semua detail-detailnya,
sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya.
Loraine Boettner: “The
Pelagian denies that God has a plan; the Arminian says that God has a general
plan but not a specific plan; but the Calvinist says that God has a specific
plan which embraces all events in all ages.” [= Orang yang menganut Pelagianisme menyangkal
bahwa Allah mempunyai rencana; orang Arminian berkata bahwa Allah mempunyai
rencana yang umum tetapi bukan rencana yang spesifik; tetapi orang Calvinist
mengatakan bahwa Allah mempunyai rencana yang spesifik yang mencakup semua
peristiwa / kejadian dalam semua jaman.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’,
hal 22-23.
B. B. Warfield:
· “Throughout
the Old Testament, behind the processes of nature, the march of history and the
fortunes of each individual life alike, there is steadily kept in view the
governing hand of God working out His preconceived plan - a plan broad enough
to embrace the whole universe of things, minute enough to concern itself with
the smallest details, and actualizing itself with inevitable certainty in every
event that comes to pass.”
[= Sepanjang Perjanjian Lama, dibalik proses alam, gerakan dari sejarah dan
nasib dari setiap kehidupan, terus menerus ditunjukkan tangan pemerintahan
Allah yang melaksanakan rencana yang sudah direncanakanNya lebih dulu - suatu rencana yang cukup luas untuk mencakup seluruh alam
semesta, cukup kecil / seksama untuk memperhatikan detail-detail yang terkecil,
dan mewujudkan dirinya sendiri dengan kepastian yang tidak dapat dihindarkan /
dielakkan dalam setiap peristiwa / kejadian yang terjadi.] - ‘Biblical
and Theological Studies’, hal 276.
· “But,
in the infinite wisdom of the Lord of all the earth, each event falls with
exact precision into its proper place in the unfolding of His eternal plan;
nothing, however small, however strange, occurs without His ordering, or
without its peculiar fitness for its place in the working out of His purpose;
and the end of all shall be the manifestation of His glory, and the
accumulation of His praise.”
[= Tetapi, dalam hikmat yang tidak terbatas dari Tuhan seluruh bumi, setiap
peristiwa / kejadian jatuh dengan ketepatan yang tepat pada tempatnya dalam
pembukaan dari rencana kekalNya; tidak ada
sesuatupun, betapapun kecilnya, betapapun anehnya, terjadi tanpa pengaturan /
perintahNya, atau tanpa kecocokannya yang khusus untuk tempatnya
dalam pelaksanaan RencanaNya; dan akhir dari semua adalah akan diwujudkannya
kemuliaanNya, dan pengumpulan pujian bagiNya.] - ‘Biblical
and Theological Studies’, hal 285.
Charles Hodge: “As God works
on a definite plan in the external world, it is fair to infer that the same is
true in reference to the moral and spiritual world. To the eye of an uneducated
man the heavens are a chaos of stars. The astronomer sees order and system in
this confusion; all those bright and distant luminaries have their appointed
places and fixed orbits; all are so arranged that no one interferes with any
other, but each is directed according to one comprehensive and magnificent
conception.”
[= Sebagaimana Allah mengerjakan rencana tertentu dalam dunia lahiriah /
jasmani, adalah wajar untuk mengambil kesimpulan bahwa hal itu juga benar
berkenaan dengan dunia moral dan rohani. Bagi mata
seorang yang tidak berpendidikan langit merupakan bintang-bintang yang kacau. Ahli perbintangan / ilmu
falak melihat keteraturan dan sistim dalam kekacauan ini; semua benda-benda
bersinar yang terang dan jauh itu mempunyai tempat dan orbit tetap yang
ditetapkan; semua begitu diatur sehingga tidak satupun mengganggu yang lain,
tetapi masing-masing diarahkan menurut suatu konsep yang luas dan besar / indah.] - ‘Systematic
Theology’, vol II hal 313.
Saya berpendapat
bagian yang saya garis-bawahi tersebut merupakan hal yang perlu dicamkan.
Analoginya dalam dunia theologia adalah: bagi orang
yang tidak mengerti theologia, semua merupakan kekacauan, atau semua terjadi
begitu saja, atau secara kebetulan. Tetapi
bagi mata seorang ahli theologia, segala sesuatu ditetapkan dan diatur oleh
Allah.
