PROVIDENCE OF GOD (7):Semua Yang Terjadi Pekerjaan Allah.
Oleh:Pdt.Budi Asali, M.Div.
9) Mazmur 135:6-7 - “(6) TUHAN melakukan apa yang dikehendakiNya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya; (7) Ia menaikkan kabut dari ujung bumi, Ia membuat kilat mengikuti hujan, Ia mengeluarkan angin dari dalam perbendaharaanNya.”.
Ayat ini menunjukkan bahwa semua yang
terjadi di langit, di bumi, di laut / samudera raya, baik kabut, kilat, angin,
hujan, dsb merupakan pekerjaan Allah.
Bdk. Yer 14:22 - “Adakah
yang dapat menurunkan hujan di antara dewa
kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami,
Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?”.
Calvin
(tentang Maz 135:6):
“This is that immeasurable greatness of the divine
being, of which he had just spoken. He not only founded heaven and earth at
first, but governs all things according to his power. To own that God made the
world, but maintain that he sits idle in heaven, and takes no concern in the
management of it, is to cast an impious aspersion upon his power; and yet the
idea, absurd as it is, obtains wide currency amongst men. ... Scripture teaches
us that it is a real practical power, by which he governs the whole world as he
does according to his will.” [= Ini adalah kebesaran Allah
yang sangat besar / tak terukur itu, tentang mana ia baru berbicara. Ia
bukan hanya pertama-tama menciptakan langit dan bumi, tetapi
memerintah segala sesuatu sesuai / menurut kuasaNya. Mengakui bahwa
Allah menciptakan dunia / alam semesta, tetapi mempertahankan bahwa Ia duduk
bermalas-malasan di surga, dan tidak mempedulikan dalam pengaturannya, berarti
melemparkan suatu fitnah / tuduhan palsu yang jahat pada kuasaNya; tetapi
gagasan itu, bagaimanapun konyol / menggelikannya, mendapatkan penerimaan umum
yang lebar di antara manusia. ... Kitab Suci mengajar kita bahwa itu merupakan suatu kuasa praktis yang nyata, dengan mana Ia
memerintah seluruh dunia / alam semesta pada waktu Ia bertindak sesuai dengan
kehendakNya.].
10)Amsal 16:1,9
- “(1)
Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban
lidah berasal dari pada TUHAN. ... (9) Hati manusia memikir-mikirkan
jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah
langkahnya.”.
Amsal 16:1 (NIV): ‘To man belong the plans of the
heart, but from the LORD comes the reply of the tongue.’ [= Milik
manusialah rencana-rencana dari hati, tetapi dari TUHAN datang jawaban lidah.].
Amsal 16:9 (NIV): ‘In his heart a man plans his course, but the LORD determines his steps.’ [= Dalam hatinya
seorang manusia merencanakan jalannya, tetapi TUHAN menentukan
langkah-langkahnya.].
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
sekalipun manusia memikirkan / merencanakan mana jalan yang terbaik, tetapi
baik kata-kata maupun arah langkahnya ditentukan oleh Tuhan.
Bdk.
Amsal 20:24 - “Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan
hidupnya?”.
Bdk. Yer 10:23 - “Aku
tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk
menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan
langkahnya.”.
Biarlah orang-orang Arminian /
non-Reformed yang mempercayai free will
/ kehendak bebas, menafsirkan apa arti dari ayat-ayat di atas ini!
Calvin (tentang Yer 10:23): “The Prophet, I
doubt not, referred to the Jews, who had for a long time been accustomed to
dismiss every fear, as though they were able by their own counsels to consult
in the best way for the public good: for we know, that whenever any danger was
apprehended from the Assyrians, they usually fled for aid to Egypt or to
Chaldea. Thus, then, they provided for themselves, so that they thought that
they took good care of their affairs, while they had recourse to this or that
expedient; and then, when the prophets denounced on them the vengeance of God,
they usually regarded only their then present state, as though God could not;
in one instant vibrate his lightnings from the rising to the setting sun.” [= ].
Calvin
(tentang Yer 10:23):
“he treats not here of counsels, but that though men wisely
guided their affairs, the Prophet denies that the issue is in their own hands
or at their own will: and hence he expressly speaks of a man walking. He concedes that men walk, but yet he intimates that they
cannot move a foot, except they receive strength from God. ... We may hence gather a general truth - that men
greatly deceive themselves, when they think that fortune or the issue of events
is in their own hands: for though they may
consult most wisely, yet things will turn out unsuccessfully, unless God
blesses their counsels.” [= di sini ia tidak membahas rencana, tetapi bahwa
sekalipun manusia secara bijaksana mengarahkan urusan-urusan mereka, sang Nabi
menyangkal bahwa hasilnya ada dalam tangan / kuasa mereka sendiri atau pada
kehendak mereka sendiri: dan karena itu ia secara explicit berbicara tentang
seseorang yang berjalan. Ia mengakui bahwa manusia
berjalan, tetapi ia menyatakan secara tak langsung bahwa mereka tidak bisa
menggerakan satu kaki, kecuali mereka menerima kekuatan dari Allah.
... Karena itu kami menyimpulkan suatu kebenaran umum - bahwa manusia sangat
menipu diri mereka sendiri, pada waktu mereka berpikir bahwa sukses atau hasil
dari peristiwa-peristiwa ada dalam tangan mereka sendiri; karena sekalipun mereka bisa mempertimbangkan dengan sangat
bijaksana, tetapi hal-hal akan berakhir secara tidak sukses, kecuali Allah
memberkati rencana mereka.].
Calvin
(tentang Yer 10:23):
“And this is what we ought carefully to notice, because we see
how presumptuously men promise themselves this and that; and this presumption
can hardly be arrested while men arrogate to themselves what belongs peculiarly
to God alone. There are many warnings
given in Scripture in order to check this rashness; but almost all proceed in
their own course, and cannot, be induced to allow themselves to be ruled by
God. James
condemns this madness when he says, that men resolve what they would for a long time
do: the merchant determines on a long voyage, not only for three or four
months, but for many years; another undertakes war; another ventures to take
this or that business in hand; in short, there is no end to such instances. The
Holy Spirit has by this one passage checked the boldness of those who claim for
themselves more than they ought: but the greater part, as I have already said,
think that the event is in their own power.” [= Dan ini adalah apa
yang kita harus perhatikan dengan teliti, karena kita melihat betapa dengan
sombong manusia menjanjikan diri mereka sendiri ini dan itu; dan sikap sombong
ini hampir tidak bisa dihentikan / ditahan pada waktu manusia secara sombong
mengclaim untuk diri mereka sendiri apa yang secara khusus adalah milik Allah
saja.].
Catatan: saya hanya
menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
Bdk.
Yak 4:13-15 - “(13) Jadi sekarang,
hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami
berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang
serta mendapat untung’, (14) sedang kamu
tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu
itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat
ini dan itu.’”.
Calvin
(tentang Yer 10:23):
“On this account Solomon says, that man deliberates, but
that it is God who governs the tongue (Prov. 16:1). He had said in the former clause, that it is man who sets in order
his ways; but he said this ironically, as it is what most believe; for when
they undertake anything, they are not so solicitous about the event, but they
always promise to themselves more than what they have a right to do. Men, he says,
set in order or arrange their ways, but God governs the tongue; that is, they
cannot speak a word unless the Lord lets loose the bridle of their tongues; and
yet we know that many things are vainly said by men, for they are never
accomplished. Since then the voice itself is not in the power of man, but
depends on the will of God, what ought we to think of the issue?” [= Karena itu Salomo berkata, bahwa manusia
memutuskan, tetapi bahwa adalah Allah yang
memerintah lidah (Amsal 16:1). Ia telah mengatakan, dalam
anak kalimat sebelumnya, bahwa adalah manusia yang mengatur jalannya; tetapi ia
mengatakan ini secara ironis, sebagaimana kebanyakan dipercaya; karena pada
waktu mereka mulai melakukan apapun, mereka tidak kuatir tentang peristiwa itu,
tetapi mereka selalu berjanji kepada diri mereka sendiri, lebih dari pada apa
yang mereka berhak melakukannya. Manusia, ia berkata, mengatur jalan
mereka, tetapi Allah memerintah lidah; artinya, mereka
tidak bisa mengucapkan satu katapun kecuali Tuhan melepaskan kekang dari lidah
mereka; tetapi kita tahu bahwa banyak hal dikatakan dengan sia-sia
oleh manusia, karena hal-hal itu tidak pernah tercapai. Maka karena suara itu sendiri tidak berada dalam kuasa manusia, tetapi
tergantung kehendak Allah, apa yang seharusnya kita pikirkan tentang pokok
ini?].
Calvin
(tentang Yer 10:23):
“We now then see the truth which may be learnt from this
passage, - that men deceive themselves when they dare to undertake this or that
business, and promise themselves a happy issue. But we must farther observe,
that not only events are at the disposal of God, but counsels also; for God
directs the hearts and minds of men as it seemeth him good. But all things are not said in
every passage. The Prophet does not here
avowedly speak of what men can do, but grants this to them - that they consult,
that they decide; yet he teaches us that the execution is not in their own
power.” [= Maka sekarang kita melihat kebenaran yang bisa dipelajari
dari text ini, - bahwa orang-orang menipu diri mereka sendiri pada waktu mereka
berani memulai / mencoba bisnis ini atau itu, dan menjanjikan diri mereka
sendiri suatu hasil yang menggembirakan. Tetapi kita harus mengamati lebih
lanjut, bahwa bukan hanya peristiwa-peristiwa ada dalam kuasa Allah untuk
membagi-bagikan, tetapi juga rencana-rencana; karena Allah mengarahkan hati dan
pikiran dari manusia seperti yang kelihatan baik bagiNya. Tetapi tak semua hal dibicarakan /
dikatakan dalam setiap text. Di sini
sang Nabi tidak secara positif berbicara tentang apa yang manusia bisa lakukan,
tetapi mengakui / memberikan hal ini kepada mereka - bahwa mereka berkonsultasi
/ berunding, bahwa mereka memutuskan; tetapi ia mengajar kita bahwa pelaksanaannya bukanlah ada
dalam kuasa mereka sendiri.].
Kata-kata
Calvin di sini ini penting, karena berguna dalam menafsirkan secara benar
banyak ayat.
Misalnya:
Ro
7:15-19 - “(15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa
yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa
yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17)
Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam
aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu
di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal
berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan
apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat,
yang aku perbuat.”.
Apakah
dari tex t ini
kita harus menyimpulkan bahwa Paulus, sebagai manusia, bisa menghendaki yang
baik, tetapi hanya tidak bisa melakukannya? Tidak mungkin, karena manusia dari
dirinya sendiri, bukan hanya tak bisa melakukan apa yang baik, tetapi bahkan
menghendaki yang baikpun juga tak bisa. Baik kehendak yang baik, maupun
pelaksanaannya, merupakan pekerjaan Tuhan dalam diri kita.
Fil 2:13 - “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan menurut kerelaanNya.”.
Ini terjemahannya
kurang jelas. Bandingkan dengan KJV di bawah ini.
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of
his good pleasure” [= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk
melakukan dari kesenanganNya yang baik].
Calvin (tentang Yer 10:23): “Some foolishly elicit from this passage, that something
belongs to man, that he possesses some power of free-will. There seems indeed to be here something plausible at the
first view. Jeremiah says, that his way is not in man’s power, and that it is
not in the power of him who walks to direct his steps; he then, it is said, has
left something to man - he walks; it hence follows that free-will is not
reduced to nothing, but that a defect is proved, for man of himself has no
sufficient power unless he is helped from above. These are only puerile trifles; for, as we have said, the Prophet
does not shew here what are the powers of free-will, and what power man has to
deliberate, but he takes this as granted; yet the children of this world,
though they seem to themselves to be very acute in all things, and take their
own counsels, and rely on their own resources, are yet deceived, because God
can in one moment dissipate all their hopes, as the events of things are wholly
in his power. It is therefore by way of concession that he says that man walks, according to what Paul says in Romans 9:16,
though in that passage he ascends higher; yet in saying, that it is not of him
who wills nor of him who runs, he seems to concede to men the power of willing
and running. But there is to be understood
here a species of irony; for we know that men can never be stripped of that
vain and deceptive conceit which fills them, while they think that they can
obtain righteousness by their own strength. They dare not, indeed, actually to
boast that they are the authors of their own salvation, and that righteousness
is within their own power, but they wish to be associates with God. Though they
admit him as a partner, they yet wish to divide with him. This is the folly
which Paul ridicules; and he says, that it is not of him who wills, or of him
who runs, but of God only who shews mercy; that is, that man’s salvation is
alone from the mercy of God, and that it is not from the toil and running of
man. When the Pelagians sought by this cavil to evade the sentence of Paul, ‘It
is not of him who wills and runs,’ deducing hence, that man has some liberty to
will and to run, Augustine said wisely, ‘If it be so, then, on the other hand, we may
infer, that it is not of God who shews mercy, but of him who wills and runs.’ How
so? If men co-operate in half with God, and if there is a concurrence of human
power with the grace and aid of the Holy Spirit, and if this sentence, ‘It is
not of him who wills, or of him who runs,’ is true according to the sense given
to it, so we may also say, that it is not only of God who shews mercy, but also
of him who wills and runs. Why? Because the mercy of God is not sufficient if
it is to be aided by man’s power. But this is extremely absurd, and there is no
one who does not abhor the thought, that man’s salvation is not from God’s
mercy, but from their willing and running. It then follows, that all human
power, and all labours, are wholly excluded by these words of Paul.” [= ].
Dalam
kutipan di atas ini Calvin memberi contoh yang lain, yaitu Ro 9:16.
Ro
9:16 - “Jadi hal itu tidak
tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada
kemurahan hati Allah.”.
KJV:
‘So then it is not of him that willeth, nor of
him that runneth, but of God that sheweth mercy.’ [= Maka itu bukan dari dia yang menghendaki, ataupun dari dia yang
berlari / berusaha, tetapi dari Allah yang menunjukkan belas kasihan
/ kemurahan hati.].
Apakah dari tex t ini kita harus
menarik ajaran bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menghendaki dan
mengusahakan? Tentu tidak. Penjelasannya seperti dalam penjelasan tentang
ayat-ayat di atas.
Calvin
(tentang Yer 10:23):
“Now,
the Prophet does not speak of eternal salvation, but only of the actions of the
present life. As then the Israelites thought that they had sufficient
protection in their own wisdom, in their own power, in their own numbers, and
also in their confederacies with other nations, the
Prophet says, that they were deceived, for they arrogated to themselves the
ruling power, which belongs to God alone; for what men commonly call fortune is
nothing else but God’s providence. Since then God by his hidden counsel governs
the affairs of men, it follows that all events, prosperous or adverse, are at
his will. Whatever, then, men may consult, determine, and attempt, they yet can
execute nothing, for God gives such an issue as he pleases. We now
see what the Prophet speaks of, and also see that he touches not on the powers
of free-will; for he does not refer here to man’s will, but only shews that
after men have arranged their affairs in the best manner, all their counsels,
strivings, and toils come to nothing, and that God disappoints their
confidence, because they dare rashly to promise to themselves more than what is
right.” [= sang Nabi berkata, bahwa mereka ditipu, karena mereka
mengclaim dengan sombong bagi diri mereka sendiri kuasa memerintah, yang
hanyalah milik dari Allah saja; karena apa yang manusia biasanya sebut sebagai ‘nasib
baik’ bukan lain dari Providensia Allah. Maka karena Allah oleh rencanaNya yang
tersembunyi memerintah urusan-urusan manusia, konsekwensinya adalah bahwa semua
peristiwa-peristiwa, yang sukses / menyenangkan atau yang merugikan / tak
menyenangkan, ada / tergantung pada kehendakNya. Jadi, apapun yang manusia
pertimbangkan, tentukan, dan usahakan, mereka tidak bisa melakukan apapun,
karena Allah memberikan hasil sedemikian rupa seperti yang Ia berkenan.].
Catatan: saya hanya
menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
John
Calvin:
“6. GOD’S PROVIDENCE ESPECIALLY RELATES TO MEN. But
because we know that the universe was established especially for the sake of
mankind, we ought to look for this purpose in his governance also. The prophet
Jeremiah exclaims, ‘I know, O Lord, that the way of man is not his own, nor is
it given to man to direct his own steps’ (Jeremiah 10:23, cf. Vg.). Moreover,
Solomon says, ‘Man’s steps are from the Lord (Proverbs 20:24 p.) and how may
man dispose his way?’ (Proverbs 16:9 p., cf. Vg.). Let them now say that man is
moved by God according to the inclination of his nature, but that he himself
turns that motion whither he pleases. Nay, if that were truly said, the free
choice of his ways would be in man’s control. Perhaps they will deny this because
he can do nothing without God’s power. Yet they cannot really get by with that,
since it is clear that the prophet and Solomon ascribe to God not only might
but also choice and determination. Elsewhere Solomon elegantly rebukes this
rashness of men, who set up for themselves a goal without regard to God, as if
they were not led by his hand. ‘The disposition of the heart is man’s, but the
preparation of the tongue is the Lord’s.’ (Proverbs 16:1, 9, conflated.) It is
an absurd folly that miserable men take it upon themselves to act without God,
when they cannot even speak except as he wills!” [= Merupakan suatu kebodohan yang konyol / menggelikan bahwa
orang-orang yang menjijikkan / memalukan menganggap diri mereka sendiri
melakukan tanpa Allah, pada waktu mereka bahkan tidak bisa berbicara kecuali
sebagaimana Ia menghendakinya!] - ‘Institutes
of The Christian Religion’, Book I, Chapter 16, No 6.
Catatan: saya hanya
menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
Dari semua kutipan dari Calvin dalam
point ini kita bisa melihat betapa kerasnya pandangan Calvin dalam hal ini,
karena ia mengatakan bahwa manusia tak bisa melakukan hal-hal terkecil
sekalipun, seperti melangkah, atau bahkan berbicara, kalau bukan karena
Providensia Allah!
11)Amsal 16:33
- “Undi
dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya
berasal dari pada TUHAN.”.
Jatuhnya undian kelihatannya terjadi
secara kebetulan, tetapi ayat ini mengatakan bahwa itu juga datang dari Tuhan /
diatur oleh Tuhan.
John Calvin: “But
the Lord does not allow this, claiming for himself the determining of them. He
teaches that it is not by their own power that pebbles are cast into the lap
and drawn out, but the one thing that could have been attributed to chance he
testifies to come from himself (Proverbs 16:33).” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’,
Book I, Chapter 16, No 6.
John
Calvin:
“What
then? you will ask. Does nothing happen by chance, nothing by contingency? I
reply: Basil the Great has truly said that ‘fortune’ and ‘chance’ are pagan
terms, with whose significance the minds of the godly ought not to be occupied.
For if every success is God’s blessing, and calamity and adversity his curse,
no place now remains in human affairs for fortune or chance. And that saying of
Augustine also ought to impress us: "It grieves me that in my books
‘Against the Academics’ I have
so often mentioned Fortune; although I did not mean some goddess or other to be
understood by this name, but only a fortuitous outcome of things in outward
good or evil. From fortuna also
come those words which we should have no scruple about using: forte, forsan,
forsitan, fortasse, fortuito
(haply, perchance, mayhap, perhaps, fortuitously); which nevertheless
must be wholly referred to divine providence. And I did not pass over this in
silence but said it, for perhaps what is commonly called ‘fortune’ is also
ruled by a secret order, and we call a ‘chance occurrence’ only that of which
the reason and cause are secret. Indeed, I said this: but I regret having thus
mentioned ‘fortune’ here, since I see that men have a very bad custom, that
where one ought to say ‘God willed this,’ they say, ‘fortune willed
this.’" In fine, Augustine
commonly teaches that if anything is left to fortune, the world is aimlessly
whirled about. And although in another place he lays down that all things are
carried on partly by man’s free choice, partly by God’s providence, yet a
little after this he sufficiently demonstrates that men are under, and ruled
by, providence; taking as his principle that nothing is more absurd than that
anything should happen without God’s ordaining it, because it would then happen
without any cause. For this reason he excludes, also, the
contingency that depends upon men’s will; soon thereafter he does so more
clearly, denying that we ought to seek the cause of God’s will.” [= tetapi sedikit setelahnya, ia (Agustinus) secara cukup menunjukkan bahwa
orang-orang ada di bawah, dan diperintah oleh, providensia; mengambil sebagai
prinsipnya bahwa tak ada apapun yang lebih menggelikan dari pada bahwa ada
apapun yang terjadi tanpa Allah menentukannya, karena itu berarti itu terjadi
tanpa penyebab apapun.] - ‘Institutes
of The Christian Religion’, Book I, Chapter 16, No 8.
Catatan: saya hanya
menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.
12)Amsal 19:21 - “Banyaklah rancangan di hati
manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.”.
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia bisa
merencanakan, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.
13)Amsal 21:1 - “Hati
raja seperti batang air dalam tangan TUHAN, dialirkannya ke mana Ia ingini.”.
Hati raja diarahkan oleh Tuhan sesuai
kehendakNya. Sebetulnya tentu saja bukan hati raja saja yang diarahkan oleh
Tuhan, tetapi juga hati / pikiran semua manusia. Karena itu, kalau tadi dalam
Amsal 16:1,9 dan Amsal 19:21 dikatakan bahwa manusia bisa memikirkan
/ menimbang jalannya, maka semua itu tetap ada dalam penentuan dan kontrol dari
Allah!
John
Calvin:
“Solomon’s
statement that the heart of a king is turned about hither and thither at God’s
pleasure (Proverbs 21:1) certainly extends to all the human race, and carries
as much weight as if he had said: ‘Whatever we conceive of in our minds is
directed to his own end by God’s secret inspiration.’” [= pernyataan
Salomo bahwa hati dari seorang raja dibelokkan kesana kemari sesuai kesenangan Allah (Amsal
21:1) pasti meluas / mencakup pada semua umat manusia, dan membawa / mempunyai
kekuatan yang sama seakan-akan ia telah berkata: ‘Apapun yang kita mengerti
dalam pikiran kita diarahkan pada tujuannya sendiri oleh bimbingan rahasia
Allah’.]
- ‘Institutes of The Christian Religion’,
Book I, Chapter 18, No 2.
John
Calvin:
“And
surely unless he worked inwardly in men’s minds, it would not rightly have been
said that he removes speech from the truthful, and prudence from the old men
(Ezekiel 7:26); that he takes away the heart of the princes of the earth so
they may wander in trackless wastes (Job 12:24; cf. Psalm 107:40; 106:40, Vg.).
To this pertains what one often reads: that men are fearful according as dread
of him takes possession of their minds (Leviticus 26:36). So David went forth
from Saul’s camp without anyone’s knowing it, because the sleep of God had
overtaken them all. (1 Samuel 26:12.) But one can desire nothing clearer than
where he so often declares that he blinds men’s minds (Isaiah 29:14), smites
them with dizziness (cf. Deuteronomy 28:28; Zechariah 12:4), makes them drunk
with the spirit of drowsiness (Isaiah 29:10), casts madness upon them (Romans
1:28), hardens their hearts (Exodus 14:17 and passim).” [= Dan pastilah, kecuali Ia bekerja di
dalam pikiran manusia, akan dikatakan secara tidak benar bahwa Ia menghilangkan
ucapan dari orang yang mengatakan kebenaran, dan hikmat dari orang-orang tua
(Yeh 7:26); bahwa Ia mengambil / menyingkirkan hati dari pangeran-pangeran bumi
sehingga mereka bisa mengembara di daerah liar yang tak ada jalannya (Ayub
12:24; bdk. Maz 107:40; 106:40, Vg.). Pada hal ini berhubungan / sesuai apa
yang orang sering baca: bahwa manusia takut sesuai dengan rasa takut dari Dia
menguasai pikiran mereka (Im 26:36). Demikianlah Daud keluar dari perkemahan
Saul tanpa seorangpun mengetahuinya, karena tidur dari Allah telah secara
tiba-tiba menimpa mereka semua. (1Sam 26:12). Tetapi seseorang
tidak bisa menginginkan apapun yang lebih jelas dari dimana Ia begitu sering
menyatakan bahwa Ia membutakan pikiran manusia (Yes 29:14), memukul mereka
dengan kepusingan / kebingungan (bdk. Ul 28:28; Zakh 12:4), membuat mereka
mabuk dengan roh mengantuk (Yes 29:10), menjatuhkan kegilaan atas mereka (Ro
1:28), mengeraskan hati mereka (Kel 14:17 dan banyak ayat lain dalam kitab
itu).]
- ‘Institutes of The Christian Religion’,
Book I, Chapter 18, No 2.
Yeh
7:26 - “Bencana demi bencana akan datang, kabar demi kabar
akan tersiar. Mereka akan menginginkan suatu penglihatan dari nabi, pengajaran
hilang lenyap dari imam, dan nasihat dari tua-tua.”.
Ayub
12:24 - “Dia menyebabkan para pemimpin dunia
kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada jalannya.”.
Maz
107:40 - “DitumpahkanNya kehinaan ke atas
orang-orang terkemuka, dan dibuatNya mereka mengembara di padang
tandus yang tiada jalan;”.
Im
26:36 - “Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari
antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam
negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan
mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan
mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar.”.
1Sam
26:12 - “Kemudian Daud mengambil tombak dan kendi itu dari
sebelah kepala Saul, lalu mereka pergi. Tidak ada yang melihatnya, tidak ada
yang mengetahuinya, tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur, karena TUHAN membuat mereka tidur
nyenyak.”.
Yes
29:14 - “maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada
bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat
orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang
arif akan bersembunyi.’”.
Ul
28:28 - “TUHAN akan menghajar engkau dengan kegilaan, kebutaan
dan kehilangan akal,”.
Zakh
12:4 - “Pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, Aku akan membuat segala kuda
menjadi bingung, penunggangnya menjadi gila. Atas kaum Yehuda, Aku
akan membuka mataKu, tetapi segala kuda bangsa akan
Kubuat menjadi
buta.”.
Yes
29:10 - “Sebab TUHAN telah membuat
kamu tidur nyenyak; matamu - yakni para nabi -
telah dipejamkanNya dan mukamu - yaitu para
pelihat - telah ditudungiNya.”.
Ro
1:28 - “Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui
Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga
mereka melakukan apa yang tidak pantas:”.
Kel
14:17 - “Tetapi sungguh Aku akan
mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel,
dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang
berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaanKu.”.
14)Amsal 21:31 - “Kuda diperlengkapi untuk hari
peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN.”.
Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan
dalam perang bukan tergantung persiapan / kekuatan pasukan, tetapi tergantung
Tuhan.
Kel
17:8-13 - “(8) Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan
orang Israel
di Rafidim. (9) Musa berkata kepada Yosua: ‘Pilihlah orang-orang bagi kita,
lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak
bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.’ (10) Lalu Yosua melakukan
seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi
Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. (11) Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel ,
tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih
kuatlah Amalek. (12) Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka
mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya;
Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu,
seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari
terbenam. (13) Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata
pedang.”.
15)Amsal 22:2 - “Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka
semua ialah TUHAN.”.
NIV: ‘Rich and poor have this in common: The LORD is the Maker
of them all.’ [= Orang kaya dan miskin mempunyai persamaan
dalam hal ini: Tuhan adalah Pembuat mereka semua.].
Ini sesuai dengan Maz 75:7-8 di
atas, dan menunjukkan bahwa orang bisa jadi kaya / miskin karena pekerjaan
Tuhan.
John Calvin: “In
the same vein is that saying of Solomon, ‘The poor man and the usurer meet
together; God illumines the eyes of both’ (Proverbs 29:13; cf. ch.
22:2). He points out that, even though the rich are mingled with the
poor in the world, while to each his condition is divinely assigned, God, who
lights all men, is not at all blind. And so he urges the poor to patience;
because those who are not content with their own lot try to shake off the
burden laid upon them by God.” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’,
Book I, Chapter 16, No 6.
Amsal
29:13 - “Si miskin dan si penindas bertemu, dan TUHAN membuat mata kedua orang itu bersinar.”.
KJV:
‘the LORD lighteneth both their eyes.’ [= TUHAN
mencerahi / membuat terang mata mereka berdua.].
16)Pkh 7:14 - “Pada hari mujur bergembiralah,
tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang
inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak
dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.”.
Ayat ini menunjukkan bahwa hari mujur
maupun hari malang
juga dijadikan oleh Allah. Jadi, siapapun mengalami kemujuran atau kesialan,
itu bukan kebetulan, tetapi merupakan pekerjaan Tuhan.
17)Yes 45:6b-7 - “(6b) Akulah TUHAN dan tidak ada
yang lain, (7) yang menjadikan terang dan
menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang ; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.”.
KJV: ‘I form the light, and create darkness: I make peace, and create evil: I the LORD do all
these things.’ [= Aku membentuk
terang, dan menciptakan kegelapan: Aku membuat damai, dan menciptakan bencana: Aku TUHAN melakukan semua hal-hal
ini.].
RSV: ‘I form light and create darkness, I make weal and create woe, I am the LORD, who do all these things.’ [= Aku membentuk
terang dan menciptakan kegelapan, Aku membuat kemakmuran dan menciptakan kesialan, Aku adalah TUHAN,
yang melakukan semua hal-hal ini.]
NIV: ‘I form the light and create darkness, I bring prosperity and create disaster; I, the LORD, do all these things.’ [= Aku membentuk
terang dan menciptakan kegelapan, Aku membawa kemakmuran dan menciptakan bencana / malapetaka; Aku,
TUHAN, melakukan semua hal-hal ini.].
NASB: ‘The One forming light and creating darkness, Causing well-being and creating calamity; I am the LORD who
does all these.’ [= Yang membentuk terang dan menciptakan kegelapan,
Menyebabkan kesejahteraan
dan menciptakan bencana;
Aku adalah TUHAN yang melakukan semua ini.].
Calvin
(tentang Yes 45:7):
“‘Making peace, and creating
evil.’ By the words ‘light’ and ‘darkness’ he
describes metaphorically not only peace and war; but adverse and prosperous
events of any kind; and he extends the word ‘peace,’ according to the custom of
Hebrew writers, to all success and prosperity.
This is made abundantly clear by the contrast; for he contrasts ‘peace’ not
only with war, but with adverse events of every sort. Fanatics torture this
word ‘evil,’ as if God were the
author of evil, that is, of sin; but it is very obvious how ridiculously they
abuse this passage of the Prophet. This is sufficiently explained by the
contrast, the parts of which must agree with each other; for he contrasts
‘peace’ with ‘evil,’ that is, with afflictions, wars, and other adverse
occurrences. If he contrasted ‘righteousness’ with ‘evil,’ there would be some
plausibility in their reasonings, but this is a manifest contrast of things
that are opposite to each other. Consequently, we ought not to reject the
ordinary distinction, that God is the author of the ‘evil’ of punishment, but
not of the ‘evil’ of guilt. But the Sophists are wrong in their exposition;
for, while they acknowledge that famine, barrenness, war, pestilence, and other
scourges, come from God, they deny that God is the author of calamities, when
they befall us through the agency of men. This is false and altogether contrary
to the present doctrine; for the Lord raises up wicked men to chastise us by
their hand, as is evident from various passages of Scripture. (1
Kings 11:14, 23.) The Lord does not indeed inspire them
with malice, but he uses it for the purpose of chastising us, and exercises the
office of a judge, in the same manner as he made use of the malice of Pharaoh
and others, in order to punish his people. (Exodus 1:11 and 2:23.) We
ought therefore to hold this doctrine, that God alone is the author of all
events; that is, that adverse and prosperous events are sent by him, even
though he makes use of the agency of men, that none may attribute it to
fortune, or to any other cause.” [= ‘Membuat damai, dan
menciptakan bencana’. Dengan kata ‘terang’ dan ‘kegelapan’ ia menggambarkan
secara kiasan bukan hanya damai dan perang; tetapi peristiwa-peristiwa yang
tidak menyenangkan dan yang menyenangkan dari jenis apapun; dan ia memperluas
kata ‘damai’, sesuai dengan kebiasaan dari penulis-penulis Ibrani, pada semua
kesuksesan dan kemakmuran.
... Karena
itu, kita harus memegang / mempercayai doktrin ini, bahwa Allah saja adalah
pencipta dari semua peristiwa; artinya, bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak
menyenangkan dan yang menyenangkan dikirim oleh Dia, sekalipun Ia menggunakan
manusia sebagai alat, sehingga / supaya tak seorangpun bisa menganggapnya
berasal dari nasib baik, atau dari penyebab lain apapun.].
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang
saya garis-bawahi.
1Raja
11:14,23 - “(14) Kemudian TUHAN
membangkitkan seorang lawan Salomo,
yakni Hadad, orang Edom ; ia
dari keturunan raja Edom .
... (23) Allah membangkitkan pula seorang lawan Salomo, yakni Rezon bin Elyada,
yang telah melarikan diri dari tuannya, yakni Hadadezer, raja Zoba.”.
Kel
1:11 - “Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas
mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi
Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.”.
Kel
2:23 - “Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang
Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga
teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.”.
18)Rat 3:37-38 - “(37) Siapa berfirman, maka
semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya? (38) Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan
apa yang baik?”.
Ayat ini menunjukkan bahwa dari mulut
Tuhan keluar apa yang buruk dan yang baik. Dengan kata lain, apa yang buruk
ataupun yang baik bisa terjadi hanya karena Tuhan memerintahkan / mengatur
supaya hal itu terjadi.
Banyak orang menggunakan Yer 29:11
untuk mengatakan bahwa Allah tidak merencanakan hal-hal yang buruk.
Yer 29:11 - “Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”.
a) Tafsiran
itu menabrak Rat 3:38 diatas.
b) Tafsiran itu menabrak kata-kata Yeremia sendiri
dalam bagian lain dari kitab Yeremia.
Yer 21:10 - “Sebab
Aku telah menentang kota
ini untuk mendatangkan kecelakaan dan bukan untuk
mendatangkan keberuntungannya, demikianlah firman TUHAN. Kota ini akan diserahkan ke dalam tangan raja Babel yang akan
membakarnya habis dengan api.’”.
c) Dalam
Yer 29:11 itu ada kata-kata ‘mengenai kamu’.
‘Kamu’ itu harus diartikan sebagai orang
pilihan / orang percaya.
Jadi untuk orang pilihan / orang
percaya saja berlaku ayat ini (sama seperti Ro 8:28 juga berlaku hanya untuk
orang pilihan / orang percaya), sedangkan untuk orang non pilihan / orang yang
tidak percaya berlaku Yer 21:10.
Baca kontext dari kedua ayat dari
Yeremia itu, maka semua akan menjadi jelas!
Dengan tafsiran ini semuanya menjadi
harmonis!
19)Amos 3:6
- “Adakah
sangkakala ditiup di suatu kota ,
dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi
malapetaka di suatu kota ,
dan TUHAN tidak melakukannya?”.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah
yang mengerjakan semua malapetaka.
20)Yak 4:13-16 - keberhasilan
dalam usaha kita tergantung pada kehendak Tuhan.
Yak
4:13-16 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini
atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal
setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa
yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang
sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya
kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini
dan itu.’ (16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu,
dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”.