ALLAH TRITUNGGAL(1)- 1 Hakekat. 3 Pribadi.
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1) Dalam diri
Allah hanya ada 1 hakekat yang tidak terbagi-bagi (one indivisible essence),
tetapi ada 3 pribadi yaitu Bapa, Anak & Roh Kudus.
a) Adanya
3 pribadi tidak berarti bahwa orang kristen mempercayai 3 Allah!
Calvin: “three are
spoken of, each of which is entirely God, yet there is not more than one God.” [= tiga yang
dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari
satu Allah.] - ‘Institutes of the
Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.
b) Tetapi
orang kristen juga tidak mempercayai Allah itu tunggal secara mutlak. Orang
kristen mempercayai Allah Tritunggal.
Calvin mengutip kata-kata Gregory Nazianzus yang
berbunyi sebagai berikut:
“I cannot think
on the one without quickly being encircled by the splendor of the three; nor
can I discern the three without being straightway carried back to the one.” [= Saya tidak
dapat memikirkan yang satu tanpa dengan cepat dilingkupi oleh kemegahan dari yang
tiga; juga saya tidak bisa melihat / memperhatikan yang tiga tanpa segera
dibawa kembali kepada yang satu.] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 17.
c) Allah
menyatakan diriNya dalam 3 pribadi bukan karena Ia memilih / menghendaki hal
itu, tetapi karena memang Ia adalah demikian.
Louis Berkhof:
“this
tri-personal existence is a necessity in the Divine
Being, and not in any sense the result of a choice of God. He could not exist in any other than the tri-personal form.” [= keberadaan
yang bersifat tiga pribadi ini adalah suatu keharusan dalam Diri / Keberadaan Allah, dan sama sekali bukanlah
hasil dari pilihan Allah. Ia tidak bisa berada
dalam apapun yang lain dari pada bentuk tiga pribadi.] - ‘Systematic Theology’, hal 84.
2) Seluruh
hakekat Allah yang tidak terbagi-bagi itu dimiliki oleh ketiga pribadi itu.
a) Hakekat
illahi itu tidak mempunyai keberadaan di luar / terpisah dari ketiga pribadi
itu.
b) Kalau
berbicara tentang ‘Essential Being’ [= Keberadaan secara hakiki] dari
pribadi-pribadi dalam diri Allah, maka mereka betul-betul setingkat, tidak ada
yang lebih tinggi / rendah.
c) Dalam
persoalan hubungan ketiga pribadi ini dengan hakekat illahi, semua analogi
tidak berguna dan kita harus menyadari bahwa Allah Tritunggal adalah suatu
misteri yang jauh melampaui pengertian kita.
3) Ketiga pribadi
dalam diri Allah itu ditandai dengan urut-urutan (order) yang tertentu.
Allah Bapa adalah yang pertama; Allah Anak yang kedua;
dan Allah Roh Kudus yang ketiga.
Urut-urutan ini tidak berhubungan dengan waktu atau
hakekat, tetapi hanya dengan urut-urutan asal usul Mereka secara logika.
Louis Berkhof:
“It
need hardly be said that this order does not pertain to any priority of time or
of essential dignity, but only to the logical order
of derivation. [= Hampir tidak perlu dikatakan bahwa
urut-urutan ini tidak berhubungan dengan keberadaan lebih dulu atau kewibawaan
hakiki, tetapi hanya dengan urut-urutan asal usul
secara logika.] - ‘Systematic
Theology’, hal 88-89.
4) Ada sifat-sifat / milik-milik pribadi (personal
attributes) yang membedakan ketiga pribadi dalam diri Allah.
Ini disebut ‘opera ad intra’,
karena hal-hal ini merupakan pekerjaan-pekerjaan dalam
diri Allah yang tidak berhubungan dengan ciptaanNya. Hal-hal ini
merupakan pekerjaan pribadi yang tidak dilakukan oleh ketiga pribadi secara
bersama-sama. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat diberikan / tidak
dapat dimiliki bersama-sama (incommunicable).
‘Generation’
[= pekerjaan melahirkan] hanyalah merupakan pekerjaan Allah Bapa.
‘Filiation’
[= descent from a parent / kelahiran] hanya bisa ditujukan terhadap Allah Anak.
‘Procession’
hanya dapat ditujukan terhadap Allah Roh Kudus.
‘Opera ad intra’ dibedakan dengan ‘opera ad
extra’ yang merupakan pekerjaan-pekerjaan dengan mana Allah Tritunggal dimanifestasikan keluar.
Sekalipun pekerjaan-pekerjaan tertentu lebih ditujukan
kepada pribadi-pribadi tertentu (Misalnya: penciptaan - Allah Bapa; penebusan -
Allah Anak; pengudusan - Allah Roh Kudus), tetapi pekerjaan-pekerjaan itu
bukanlah pekerjaan-pekerjaan dari pribadi-pribadi tertentu saja, melainkan
pekerjaan-pekerjaan dari seluruh Allah Tritunggal / ketiga Pribadi dari Allah
Tritunggal.
5) Doktrin Allah
Tritunggal adalah suatu misteri yang melampaui pengertian manusia.
a) Manusia
tidak dapat mengertinya sepenuhnya atau
membuatnya bisa dimengerti sepenuhnya.
Dalam doktrin Allah
Tritunggal diajarkan bahwa Allah itu satu hakekatnya tetapi mempunyai 3
pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Bapa itu Allah sepenuhnya; Anak itu Allah sepenuhnya; dan Roh Kudus itu juga Allah sepenuhnya.
Tetapi kita tidak
mempercayai 3 Allah (Tritheisme); kita tetap mempercayai Allah itu satu.
Tidak masuk
akal? Bukan
tidak masuk akal tetapi melampaui akal.
Sedikit penjelasan tentang ‘tidak
masuk akal’ dan ‘melampaui akal’: kalau
kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat dan 3 hakekat pada saat yang sama, maka
itu bertentangan dengan akal / logika dan itu betul-betul merupakan suatu
kekacauan.
Demikian juga kalau kita berkata bahwa Allah itu 1
pribadi dan 3 pribadi pada saat yang sama.
Tetapi kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat
tetapi 3 pribadi, itu tidak bertentangan dengan akal / logika, tetapi melampaui
akal / logika.
William G. T. Shedd: “The
clue to the right construction of the doctrine of the Trinity, lies in the
accurate distinction and definition of Essence and Person. The doctrine is
logically consistent, because it affirms that God is one in another sense than he
is three; and three in
another sense than he is one. If it affirmed unity in the same respect that
it affirms trinality, the doctrine would be self-contradictory.” [= Petunjuk pada konstruksi / penyusunan doktrin
Tritunggal, terletak pada pembedaan dan pendefinisian yang akurat / tepat dari
‘Hakekat’ dan ‘Pribadi’. Doktrin ini konsisten secara logika, karena doktrin
ini menegaskan bahwa Allah itu satu dalam arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia
itu tiga, dan tiga dalam
arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu satu.
Seandainya doktrin ini menegaskan kesatuan dalam hal yang sama dengan pada waktu
doktrin ini menyatakan ke-tiga-an, maka doktrin ini bertentangan dengan dirinya
sendiri.] - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol I, hal 268.
Mengapa saya katakan ‘melampaui akal / logika’? Karena
kita tidak bisa membayangkan bagaimana satu hakekat dengan tiga pribadi itu!
Ini juga merupakan sesuatu yang perlu dicamkan dalam
mempelajari doktrin Allah Tritunggal. Jangan mempelajarinya doktrin Allah
Tritunggal dengan membayangkan, karena bagaimanapun dan apapun yang saudara
bayangkan, Allahnya pasti tidak seperti itu.
Dan pernyataan bahwa Allah
‘melampaui akal’ ini yang justru masuk akal. Otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti
sepenuhnya tentang Allah yang tak terbatas! Seseorang pernah berkata bahwa kalau ada orang yang bisa mengajarkan
Doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka itu pasti
adalah ajaran sesat. Kalau Allah yang tidak terbatas bisa dimengerti seluruhnya oleh otak manusia yang
begitu terbatas, itu justru tidak masuk akal!
Argumentasi ini sering saya gunakan kalau
saya menghadapi orang-orang yang mempercayai Allah yang tunggal mutlak.
Bandingkan dengan ayat-ayat
ini:
1. Ayub 11:7-9 - “(7) Dapatkah engkau
memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?
(8) Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi
dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi
ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.”.
Pertanyaan dalam Ayub 11:7
itu jelas harus dijawab ‘Tidak!’.
Matthew Henry (tentang Ayub 11:7-8): “We may, by searching find God (Acts 17:27), but we
cannot find him out in any thing he is pleased to conceal; we may apprehend
him, but we cannot comprehend him; we may know that he is, but cannot know what
he is. ... We may, by a humble, diligent, and believing search, find out
something of God, but cannot find him out to perfection; we may know, but
cannot know fully, what God is, nor find out his work from the beginning to the
end, Eccl. 3:11. Note, God is unsearchable.”
[= Kita bisa, dengan mencari, menemukan Allah (Kis 17:27), tetapi kita tidak
bisa menemukan Dia dalam hal apapun yang Ia berkenan untuk menyembunyikan; kita
bisa memahami / mengerti Dia, tetapi kita tidak dapat memahami / mengerti Dia
dengan sepenuhnya; kita bisa mengetahui bahwa Ia ada, tetapi kita tidak bisa
tahu apa Dia itu. ... Kita bisa, dengan pencarian yang rendah hati, rajin, dan
percaya, mengetahui sesuatu tentang Allah, tetapi kita tidak dapat mengetahui
Dia dengan sempurna; kita bisa tahu / mengenal, tetapi tidak bisa tahu /
mengenal dengan sepenuhnya, apa Allah itu, ataupun memahami pekerjaanNya dari
awal sampai akhir, Pkh 3:11. Perhatikan, Allah itu tidak bisa diselidiki /
diselami.].
Bdk. Pkh 3:11b - “Tetapi
manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai
akhir.”.
Kalau pekerjaan Allah saja manusia tidak bisa
menyelami, apalagi Allahnya sendiri!
2. Ayub 36:26 - “Sesungguhnya,
Allah itu besar, tidak
tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahunNya tidak dapat
diselidiki.”.
NIV: ‘How
great is God - beyond our understanding!
The number of his years is past finding out’ [= Alangkah besarnya Allah - melampaui pengertian kita! Jumlah
tahun-tahunNya tidak bisa diketahui / diselidiki].
Kalau jumlah tahun-tahun Allah itu saja tidak dapat kita selidiki,
apalagi Allahnya sendiri!
3. Ayub 37:5b,22-23 - “(5b) ... Ia melakukan perbuatan-perbuatan
besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita; ... (22) Dari
sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi
oleh keagungan yang dahsyat. (23) Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami,
besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak
menindasnya.”.
Ay 5bnya menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan
Allah saja begitu besar sehingga tidak bisa kita mengerti, apalagi Allahnya
sendiri. Dan bahwa Allahnya sendiri tidak bisa kita mengerti, ditekankan lagi
oleh ay 22-23nya.
Sekarang bagaimana dengan Yoh 4:22?
Yoh 4:22 - “Kamu
menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan
datang dari bangsa Yahudi.”.
Tidak ada problem dengan ayat ini. Kita yang mengenal
Allah melalui pengertian yang benar dari Kitab Suci, bisa mengatakan hal yang
sama. Kita bisa berkata bahwa kita mengenal Allah, tetapi kita tidak bisa
berkata bahwa kita mengerti Dia dengan
sempurna.
Matthew Henry (tentang Yoh 4:22): “‘We know what we worship. We go upon sure grounds
in our worship, for our people are catechised and trained up in the knowledge
of God, as he has revealed himself in the scripture.’ Note, Those who by the
scriptures have obtained some knowledge of God (a certain though not a perfect knowledge) may
worship him comfortably to themselves, and acceptably to him, for they know
what they worship.” [= ‘Kami tahu /
kenal apa yang kami sembah. Kami berjalan di atas tanah / dasar yang pasti
dalam ibadah / penyembahan kami, karena bangsa kami diberi pelajaran dasar dan
dididik dalam pengetahuan / pengenalan terhadap Allah, sebagaimana Ia telah
menyatakan diriNya sendiri dalam Kitab Suci’. Perhatikan, Mereka yang dengan
Kitab Suci telah mendapatkan suatu pengetahuan tentang Allah (suatu pengetahuan
tertentu,
sekalipun bukan pengetahuan yang
sempurna) bisa menyembah Dia dengan menyenangkan bagi diri mereka
sendiri, dan bisa diterima bagi Dia, karena mereka tahu / kenal apa yang mereka
sembah.].
Ini sesuai dengan kata-kata Paulus, yang ada dalam
1Kor 13:8-12 - “(8) Kasih tidak
berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan
lenyap. (9) Sebab pengetahuan
kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika
yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (11) Ketika aku
kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti
kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi
dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. (12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin
suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan
tidak sempurna, tetapi
nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”.
Jadi, ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita bisa
mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan yang terbatas, sejauh yang Allah kehendaki
/ nyatakan tentang diriNya sendiri dalam Alkitab. Ini cukup untuk keselamatan
kita!
Tetapi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita tidak
bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan yang sempurna. Ini baru
bisa ada pada akhir jaman, atau pada saat kita mati dan masuk ke surga.
Semua ini juga sesuai dengan kata-kata Yohanes dalam
1Yoh 3:2 - “Saudara-saudaraku yang
kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan
kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila
Kristus menyatakan diriNya, kita akan
menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam
keadaanNya yang sebenarnya.”.
Kata-kata ‘apabila Kristus menyatakan
diriNya’ jelas menunjuk pada
kedatangan Kristus yang keduakalinya. Pada saat itu:
1. ‘kita
akan menjadi sama seperti Dia’.
Kata ‘sama’ seharusnya tidak ada.
KJV: ‘we shall be like him’ [= kita akan seperti Dia].
Tentu kita tidak akan menjadi setara dengan Dia /
menjadi Allah.
Calvin mengatakan bahwa kita tidak akan menjadi setara
dengan Dia, karena harus ada perbedaan antara kepala dan anggota-anggota tubuh.
Sang rasul mengatakan bahwa kita akan seperti Dia karena Ia akan mengubah tubuh
kita yang hina sehingga menjadi seperti tubuhNya yang mulia.
Bdk. Fil 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina
ini, sehingga
serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada
diriNya.”.
2. ‘kita
akan melihat Dia dalam keadaannya yang sebenarnya’.
Calvin menafsirkan kata ‘sebab’ (yang mendahului anak kalimat ini) bukan
sebagai ‘cause’
[= penyebab], tetapi sebagai ‘effect’ [= akibat]. Jadi, pada saat kita menjadi seperti Dia, maka
kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya.
Kata Yunani yang digunakan adalah HOTI,
yang bisa berarti ‘because’ [= sebab], tetapi bisa juga berarti ‘that’ [= sehingga / supaya].
a. Memang
orang-orang yang tidak percaya juga akan melihat Dia, tetapi mereka akan melihat
Dia sebagai Hakim yang mengerikan,
sedangkan kita akan melihat Dia sebagai Sahabat.
b. Sekarangpun
kita ‘melihat’ Dia, tetapi kita melihat Dia hanya secara samar-samar. Nanti
kita akan melihat Dia apa adanya. Ini sesuai dengan 1Kor 13:12 yang sudah kita
baca dan pelajari di atas, tetapi untuk jelasnya saya berikan lagi di sini.
1Kor 13:12 - “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri
dikenal.”.
b) Kesulitan
yang terbesar terletak pada hubungan antara pribadi-pribadi dalam diri Allah
dengan hakekat illahi dan hubungan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang
lain. Kesulitan-kesulitan ini tidak pernah bisa dipecahkan oleh manusia.
Kita berusaha untuk menyatakan doktrin Allah Tritunggal ini sedemikian
rupa, bukan supaya
semua ini bisa dimengerti dengan jelas, tetapi hanya supaya kita terhindar /
terlindung dari ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.