ALLAH TRITUNGGAL(3)-Dasar Kitab Suci.
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Orang-orang yang anti Tritunggal sering mengclaim
bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak mempunyai dasar Alkitab.
Dan
untuk untuk bisa memaksakan claim itu, mereka biasanya:
1) Menuntut kita untuk memberikan satu ayat yang
menunjukkan doktrin Allah Tritunggal.
Ini
merupakan suatu tuntutan yang tidak berdasar. Tak ada hukum apapun yang
mengharuskan kita untuk memberikan satu ayat yang menunjukkan suatu doktrin
apapun. Kita berhak menggunakan seluruh Alkitab, dan banyak sekali ayat dari
Alkitab, dari mana akhirnya bisa disimpulkan adanya doktrin Allah Tritunggal ini!
Ini metode yang benar dan sah untuk mendapatkan doktrin manapun.
Dalam
persoalan keilahian Kristus, yang jelas berhubungan dengan doktrin Allah
Tritunggal, maka tuntutannya biasanya diubah menjadi: beri satu ayat dimana
Yesus sendiri mengatakan ‘Aku adalah Allah, sembahlah Aku’
dan sebagainya.
Lagi-lagi
ini merupakan tuntutan yang tak berdasar. Tidak ada hukum yang mengharuskan
kita untuk memberikan kata-kata Yesus sebagai dasar dari doktrin apapun.
Seluruh Alkitab kita percayai sebagai firman Tuhan, dan karena itu kita bisa
menggunakan semua ayat dalam Alkitab, tak peduli ayat itu ucapan Yesus atau
bukan, sebagai dasar dari doktrin apapun, termasuk keilahian Kristus. Dan ayat
yang menyatakan secara explicit bahwa Yesus adalah Allah, sangat banyak (ini akan
kita pelajari belakangan).
2) Menggunakan tulisan-tulisan / kata-kata orang,
bahkan sumber-sumber sekuler, yang menyatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal
tidak ada dalam Alkitab, atau tidak mempunyai dasar Alkitab sama sekali.
Saya
ingin memberikan satu contoh yang benar-benar kurang ajar.
Saksi-Saksi Yehuwa mengutip dari Encyclopedia Britannica sebanyak 2 x
dalam persoalan ini.
a) Dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 6, mereka
berkata: “The New Encyclopedia Britannica menyatakan: ‘Kata Tritunggal atau
doktrinnya yang jelas
tidak terdapat dalam Perjanjian Baru.’”.
b) Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat
Alkitab’, hal 393, mereka memberikan kutipan yang lebih panjang dari
Encyclopedia Britannica itu: “Kata
Tritunggal, maupun doktrin Tritunggal yang jelas, tidak terdapat dalam Perjanjian Baru.
Yesus dan pengikut-pengikutnya juga tidak bermaksud menentang Shema dalam
Perjanjian Lama: ‘Dengarlah, hai orang Israel : TUHAN itu Allah kita, TUHAN
itu esa!’ (Ul. 6:4). ... Doktrin ini berkembang secara bertahap
selama beberapa abad dan melalui banyak perdebatan. ... Menjelang akhir abad ke-4 ...
doktrin Tritunggal pada dasarnya mengambil bentuk yang sampai sekarang
dipertahankan.”.
Catatan: perhatikan ada 3 x ... yang menunjukkan mereka melakukan kutipan
sebagian, meloncati bagian-bagian tertentu. Ini memang tak masalah, selama tak membuat
artinya jadi berubah!
Sekarang, saya akan membandingkan kutipan
sebagian dari Saksi Yehuwa, dengan kutipan penuh dari Encyclopedia Britannica 2000.
Encyclopedia Britannica 2000 (dengan entry
‘Trinity’):
“in
Christian doctrine, the unity of Father, Son, and Holy Spirit as three persons
in one Godhead. Neither the word Trinity nor
the explicit doctrine appears in
the New Testament, nor did Jesus and his followers intend to contradict the
Shema in the Old Testament: ‘Hear, O Israel : The Lord our God is one
Lord’ (Deuteronomy 6:4). The earliest Christians,
however, had to cope with the implications of the coming of Jesus Christ and of
the presumed presence and power of God among them--i.e., the Holy Spirit, whose
coming was connected with the celebration of the Pentecost. The Father, Son, and Holy Spirit were associated in such New
Testament passages as the Great Commission: ‘Go therefore and make disciples of
all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the
Holy Spirit’ (Matthew 28:19); and in the apostolic benediction: ‘The grace of
the Lord Jesus Christ and the love of God and the fellowship of the Holy Spirit
be with you all’ (2 Corinthians 13:14). Thus, the New Testament established the
basis for the doctrine of the Trinity. The
doctrine developed gradually over several centuries and through many
controversies. Initially, both the requirements of
monotheism inherited from the Old Testament and the implications of the need to
interpret the biblical teaching to Greco-Roman religions seemed to demand that
the divine in Christ as the Word, or Logos, be interpreted as subordinate to
the Supreme Being. An alternative solution was to interpret Father, Son, and
Holy Spirit as three modes of the self-disclosure of the one God but not as
distinct within the being of God itself. The first tendency recognized the
distinctness among the three, but at the cost of their equality and hence of
their unity (subordinationism); the second came to terms with their unity, but
at the cost of their distinctness as ‘persons’ (modalism). It was not until the
4th century that the distinctness of the three and their unity were brought
together in a single orthodox doctrine of one essence and three persons. The
Council of Nicaea
in 325 stated the crucial formula for that doctrine in its confession that the
Son is ‘of the same substance (homoousios) as the Father,’ even though it said
very little about the Holy Spirit. Over the next half century, Athanasius
defended and refined the Nicene formula, and, by
the end of the 4th century, under the leadership of
Basil of Caesarea, Gregory of Nyssa, and Gregory of Nazianzus (the Cappadocian
Fathers), the doctrine of the Trinity took
substantially the form it has maintained ever since.
Copyright © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc.”.
Terjemahannya:
“Dalam doktrin Kristen, kesatuan dari
Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi dalam satu Allah / keilahan. Baik kata Tritunggal maupun
doktrinnya yang EXPLICIT tidak muncul / tampak dalam Perjanjian Baru, juga
Yesus maupun para pengikutNya tidak bermaksud untuk menentang Shema dalam
Perjanjian Lama: ‘Dengarlah hai orang Israel , TUHAN itu Allah kita, TUHAN
itu esa’ (Ulangan 6:4).
Tetapi orang-orang Kristen mula-mula harus menghadapi pengertian / petunjuk
tentang datangnya Yesus Kristus dan tentang anggapan tentang kehadiran dan
kuasa dari Allah di antara mereka, yaitu Roh Kudus, yang kedatanganNya
dihubungkan dengan perayaan dari Pentakosta. Bapa, Anak, dan Roh Kudus
digabungkan / disatukan dalam text-text Perjanjian Baru seperti Amanat Agung:
‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus’ (Matius 28:19); dan dalam pemberian
berkat rasuli: ‘Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian’ (2Kor 13:13). Dengan cara ini
Perjanjian Baru menegakkan / memperlihatkan / membuktikan dasar untuk doktrin
dari Tritunggal. Doktrin ini berkembang secara
perlahan-lahan selama berabad-abad dan melalui banyak kontroversi / perdebatan. Pada awalnya, tuntutan monotheisme
dari Perjanjian Lama maupun adanya kebutuhan untuk menafsirkan ajaran
alkitabiah kepada agama-agama Yunani-Romawi kelihatannya menuntut bahwa
keilahian dalam Kristus sebagai Firman, atau LOGOS, ditafsirkan sebagai lebih
rendah dari pada Allah. Pemecahan alternatif adalah dengan menafsirkan Bapa,
Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga mode / cara penyingkapan diri sendiri dari
Allah yang esa, tetapi tidak berbeda dalam diri Allah sendiri. Kecenderungan
yang pertama mengakui perbedaan di antara ketiganya, tetapi dengan mengorbankan
kesetaraan dan karena itu juga kesatuan mereka (subordinationisme); yang kedua
sesuai dengan kesatuan mereka, tetapi dengan mengorbankan perbedaan mereka
sebagai ‘pribadi-pribadi’ (modalisme). Baru pada abad ke 4lah perbedaan dari
ketiganya dan kesatuan mereka dipersatukan dalam suatu doktrin orthodox tunggal
tentang satu hakekat dan tiga pribadi. Sidang Gereja Nicea pada tahun 325
menyatakan formula yang sangat penting untuk doktrin itu dalam pengakuannya
bahwa Anak adalah ‘dari zat yang sama (HOMOOUSIOS) dengan Bapa’, sekalipun
pengakuan itu berkata-kata sangat sedikit tentang Roh Kudus. Selama setengah
abad selanjutnya, Athanasius mempertahankan dan menghaluskan / membersihkan
formula Nicea itu, dan pada
akhir dari abad keempat,
dibawah pimpinan dari Basil dari Kaisarea, Gregory dari Nyssa, dan Gregory dari
Nazianzus, (Bapa-bapa Kappadokia), doktrin Tritunggal mendapat bentuk secara kokoh yang
dipertahankannya sejak saat itu. Hak cipta © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc.”.
Catatan:
1. Untuk ayat terakhir ini penomoran ayat antara Kitab Suci Indonesia dan Kitab Suci Inggris berbeda satu
angka; dalam Kitab Suci Indonesia
2Kor 13:13; dalam Kitab Suci Inggris 2Kor 13:14.
2. Kata ‘EXPLICIT’ diterjemahkan ‘yang jelas’
oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan ini jelas merupakan terjemahan yang menyesatkan.
Dalam Perjanjian Baru dan bahkan dalam seluruh Kitab Suci memang tidak ada
dasar yang explicit untuk
doktrin Allah Tritunggal (misalnya ayat yang mengatakan bahwa Allah itu satu
hakekatNya, tetapi ada dalam 3 pribadi yang setara). Tetapi dasar-dasar yang jelas, jelas ada. Dan Encyclopedia
Britannica 2000 sendiri memberikan 2 text yang dipakai sebagai bukti / dasar
dari doktrin Allah Tritunggal, yaitu Mat 28:19 dan 2Kor 13:13.
Catatan: dari Free Dictionary dari GOOGLE, saya mendapatkan bahwa
kata ‘explicit’ berarti: ‘fully
and clearly expressed;
leaving nothing implied’ [= dinyatakan secara penuh dan secara
jelas, tak meninggalkan apapun yang dinyatakan secara tidak langsung / implicit].
3. Bagian yang saya beri garis-bawah tunggal dan warna biru adalah
bagian yang dikutip oleh Saksi-Saksi Yehuwa, sedangkan yang saya beri garis
bawah ganda / dobel dan warna merah, adalah bagian, yang secara kurang ajar
mereka loncati, padahal itu adalah bagian yang sangat
penting.
Pengutipan sebagian, dan pembuangan bagian yang
seharusnya penting untuk dikutip, membuat Encyclopedia Britannica kelihatannya
mengatakan sesuatu yang berbeda dengan yang seharusnya.
Dari pengutipan sebagian yang mereka
lakukan, kelihatannya Encyclopedia Britannica menyatakan bahwa doktrin Allah
Tritunggal tidak mempunyai dasar Alkitab. Tetapi kalau
kita melihat artikel penuh dalam Encyclopedia Britannica maka jelas
Encyclopedia Britannica tidak menyatakan seperti itu, bahkan Encyclopedia
Britannica memberikan 2 dasar ayat Alkitab yang secara
sengaja dibuang oleh Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu mereka memberikan pengutipan
sebagian!
Kalau saudara mau tahu lebih banyak
tentang kecurangan Saksi-Saksi Yehuwa dalam mengutip, lihat di link ini: https://www.jwfacts.com/watchtower/trinity.php
Sekarang
saya akan mulai menunjukkan dasar-dasar Alkitab dari doktrin Allah Tritunggal.
A)
Kitab Suci menunjukkan ketunggalan Allah.
1) Ayat-ayat
Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu satu.
Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel : TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.
Yes 45:5a - “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah.”.
Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang kekal
itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”.
1Kor 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging
persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ Sebab sungguhpun ada apa
yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada
banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari
padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya
segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”.
Ef 4:3-6 - “(3) Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan
damai sejahtera: (4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil
kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, (5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, (6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas
semua dan oleh semua dan di dalam semua.”.
1Tim 2:5 - “Karena Allah
itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.
BACA JUGA: ALLAH TRITUNGGAL-STEPHEN TONG
Yak 2:19 - “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”.
2) Penggunaan
kata-kata bentuk tunggal untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:
a) Penggunaan
kata ganti orang bentuk tunggal.
Contoh:
1. Kalau
Allah berbicara tentang diriNya sendiri, maka pada
umumnya Ia menggunakan kata ‘Aku’ (bahasa Inggris: ‘I’).
Contoh:
Kej 12:1-3 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada
Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu
ini ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu; (2) Aku
akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta
membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (3) Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.
2. Kalau
orang lain berbicara tentang Allah, maka digunakan kata ‘Dia’ (bahasa Inggris: ‘He’).
Contoh:
1Raja 18:39 - “Ketika seluruh rakyat
melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ‘TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!’”.
3. Kalau
orang berbicara kepada Allah, maka digunakan kata ‘Engkau’ (bahasa Inggris:
‘You’). Dalam bahasa Yunani maupun Ibraninya terlihat bahwa yang digunakan
adalah ‘You’ dalam bentuk tunggal. Bentuk tunggal ini bahkan terlihat
dalam beberapa versi Alkitab bahasa Inggris yang menggunakan kata bahasa
Inggris kuno ‘Thou’ [= Engkau (bentuk tunggal)].
Contoh:
1Raja 18:36-37 - “(36) Kemudian pada waktu
mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: ‘Ya TUHAN,
Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di
tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hambaMu dan bahwa atas firmanMulah aku melakukan
segala perkara ini. (37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa
ini mengetahui, bahwa Engkaulah
Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah
yang membuat hati mereka tobat kembali.’”.
KJV/RSV/NASB/ASV/YLT: ‘Thou ... Thy ... Thy ...
Thou ... Thou’.
Istilah ‘Thou’, ‘Thee’, ‘Thy’,
dan ‘Thine’ merupakan kata-kata bahasa Inggris kuno, untuk ‘You’
(Subyek), ‘You’ (Ob yek), ‘Your’,
dan ‘Yours’, tetapi semua itu dalam bentuk
tunggal. Dalam
bahasa Inggris modern pembedaan tunggal jamak itu tidak ada. Jadi,
kata-kata ‘You’ (Subyek), ‘You’ (Ob yek),
‘Your’, dan ‘Yours’ bisa jamak ataupun tunggal.
b) Penggunaan
kata kerja bentuk tunggal.
Contoh:
Kej 1:1 - “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”.
Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘menciptakan’ dalam Kej 1:1 adalah kata kerja bentuk tunggal.
Kalau kata itu mau diterjemahkan secara hurufiah, maka terjemahannya adalah ‘he created’ atau ‘he has created’.
Lihat Mansoor, hal 81 bawah, untuk kata kerja bentuk tunggal / jamak.
c) Penggunaan
kata sifat bentuk tunggal.
Menahem Mansoor:
“In English, the adjective remains unchanged, whether we
use it with a masculine or feminine noun, in singular or plural. Thus we say a good son, a good daughter, good sons, good daughters.
In Hebrew, as in French, every adjective changes in agreement with its noun.” [= Dalam bahasa Inggris, kata sifat tetap tak berubah, apakah
kita menggunakannya dengan suatu kata benda maskulin atau feminin, dalam bentuk
tunggal atau jamak. Jadi kita mengatakan ‘a
good son’, ‘a good daughter’, ‘good
sons’, ‘good daughters’. Dalam
bahasa Ibrani, seperti dalam bahasa Perancis, setiap kata sifat berubah sesuai
dengan kata bendanya.] - ‘Biblical
Hebrew Step By Step’, hal 45.
Jadi kata sifat dalam bahasa Ibrani mempunyai 4
bentuk, yaitu:
1. Kata sifat
maskulin tunggal.
2. Kata sifat
feminin tunggal.
3. Kata sifat
maskulin jamak.
4. Kata sifat
feminin jamak.
Untuk contoh-contoh dari keempat kata sifat itu bisa dilihat dalam buku
yang sama hal 53-54.
Kata ‘good’ untuk maskulin tunggal - TOV.
Kata ‘good’ untuk maskulin jamak - TOVIM.
Kata ‘good’ untuk feminin tunggal - TOVAH.
Kata ‘good’ untuk feminin jamak - TOVOT.
Contoh penggunaan kata sifat bentuk tunggal untuk
Allah:
Maz 25:8 - “TUHAN itu baik
dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan
kepada orang yang sesat”.
Dalam bahasa Ibraninya, kata-kata ‘baik’ dan ‘benar’ dalam Maz 25:8 adalah kata sifat bentuk tunggal
(ini bisa dilihat dalam BibleWorks).