ALLAH TRITUNGGAL(7)-Yesaya 6:3.
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Pulpit Commentary (tentang Yesaya 6:3): “The triple repetition
has been understood in all ages of the Church as connected with the doctrine of
the Trinity.” [= Pengulangan rangkap tiga itu telah dimengerti
dalam segala jaman dari Gereja sebagai berhubungan dengan doktrin Tritunggal.].
Calvin (tentang Yesaya 6:3): “The ancients
quoted this passage when they wished to prove that there are three persons in
one essence of the Godhead. I do not disagree with their opinion; but if I had
to contend with heretics, I would rather choose to employ stronger proofs; for
they become more obstinate, and assume an air of triumph, when inconclusive
arguments are brought against them; and they might easily and readily maintain
that, in this passage, as in other parts of Scripture, the number ‘three’
denotes perfection. Although, therefore, I have no doubt that the angels here
describe One God in Three Persons, (and, indeed, it is impossible to praise God
without also uttering the praises of the Father, of the Son, and of the
Spirit,) yet I think that it would be better to employ more conclusive
passages, lest, in proving an article of our faith, we should expose ourselves
to the scorn of heretics.” [= Orang-orang
kuno mengutip text ini pada waktu mereka ingin membuktikan bahwa di sana ada tiga Pribadi
dalam satu hakekat dalam Allah. Saya
bukannya tidak setuju dengan pandangan mereka; tetapi jika saya harus berdebat
dengan orang-orang sesat, saya lebih memilih untuk menggunakan bukti-bukti yang
lebih kuat; karena mereka menjadi lebih tegar tengkuk, dan merasa menang, pada
waktu suatu argumentasi yang tidak meyakinkan dibawa menentang mereka; dan
mereka bisa dengan mudah dan dengan tanpa kesukaran mempertahankan bahwa, dalam
text ini, seperti dalam bagian-bagian lain Kitab Suci, bilangan ‘tiga’ menunjuk
pada kesempurnaan. Karena itu, sekalipun
saya tidak mempunya keraguan bahwa malaikat-malaikat di sini menggambarkan satu
Allah dalam Tiga Pribadi, (dan memang, adalah mustahil untuk memuji Allah tanpa
juga mengucapkan puji-pujian tentang Bapa, tentang Anak, dan tentang Roh),
tetapi saya pikir akan lebih baik untuk menggunakan text-text yang lebih
meyakinkan, supaya jangan, dalam membuktikan suatu pokok dari iman kita, kita
harus membuka diri kita sendiri terhadap cemoohan dari orang-orang sesat.].
Komentar saya: kalau saya menganggap sesuatu itu benar, saya tetap
akan menggunakan dalam argumentasi, sekalipun itu ‘lemah’ dan bisa dibantah
(secara salah), tetapi saya juga menggunakan / menambahkan
argumentasi-argumentasi lain yang lebih kuat. Gabungan semua argumentasi itu
juga akan membuktikan kebenaran dari argumentasi yang ‘lemah’.
Keil & Delitzsch (tentang Yesaya 6:3): “But
did this thrice-holy refer to the triune God? Knobel contents himself with saying that the threefold
repetition of the word ‘holy’ serves to give it the greater emphasis.
... The fact that three is the number of developed
and yet self-contained unity, has its ultimate ground in the circumstance that
it is the number of the trinitarian process; and consequently the trilogy
(trisagion) of the seraphim (like that of the cherubim in Rev 4:8), whether
Isaiah was aware of it or no, really pointed in the distinct consciousness of
the spirits themselves to the triune God.” [=
Tetapi apakah kata ‘kudus’ tiga kali ini menunjuk
kepada Allah Tritunggal? Knobel puas
dengan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa pengulangan tiga kali dari kata
‘kudus’ berfungsi untuk memberinya penekanan yang lebih besar. ... Fakta bahwa tiga adalah bilangan dari kesatuan yang
‘diperluas / dijadikan komplex’ tetapi membentuk suatu unit yang ‘lengkap dan tak
tergantung dalam dan dari dirinya sendiri’, mempunyai dasar terakhirnya dalam
keadaan bahwa itu adalah bilangan dari proses Tritunggal; dan karena itu pujian
rangkap tiga dari serafim (seperti pujian dari kerub-kerub itu dalam Wah 4:8), apakah Yesaya menyadarinya atau tidak, sungguh-sungguh menunjuk pada kesadaran yang jelas dari
roh-roh itu sendiri terhadap Allah Tritunggal.].
Catatan:
Memang Yesaya sendiri belum tentu mengerti apa yang ia ucapkan / tuliskan.
Matthew Henry (tentang Yes 6:3): “It
may refer to the three person (persons?) in
the Godhead, Holy Father, Holy Son, and Holy Spirit (for it follows, v. 8, Who
will go for us?) or perhaps to that which
was, and is, and is to come; for that title of
God’s honour is added to this song, Rev 4:8.” [= Itu bisa menunjuk pada tiga pribadi dalam diri Allah, Bapa
yang Kudus, Anak yang Kudus, dan Roh yang Kudus (karena itu diikuti ay 8, Siapa
yang mau pergi untuk Kami?) atau mungkin kepada itu yang ada dulu, dan ada sekarang, dan yang akan datang;
karena gelar kehormatan Allah itu ditambahkan pada nyanyian ini, Wah 4:8.].
Jadi, Matthew Henry
menggunakan Yes 6:8, yang sangat berdekatan letaknya dengan Yes 6:3 yang sedang
kita bahas, sebagai argumentasi. Karena dalam Yes 6:8 ditunjukkan adanya
‘kejamakan dalam diri Allah’ oleh adanya kata ganti orang ‘Kami’, yang digunakan untuk Allah, maka 3 x kata ‘Kudus’ untuk Allah itu pasti juga berhubungan dengan
‘kejamakan dalam diri Allah’ itu.
Yes 6:8 - “Lalu aku mendengar suara
Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku (Kami)?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’”.
Yes 6:8 (KJV): ‘Also I heard the voice
of the Lord, saying, Whom shall I send, and who will go for us? Then said I, Here am I; send me.’ [= Juga aku mendengar suara
Tuhan, yang berkata, Siapa yang akan Kuutus, dan siapa yang mau pergi untuk Kami? Lalu aku berkata, Ini aku, utuslah aku’.].
Wah 4:8 - “Dan keempat makhluk itu
masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan
mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam:
‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.’”.
Barnes’ Notes (tentang Yes 6:3): “‘Holy, holy,
holy.’ The ‘repetition’ of a name, or of an expression,
three times, was quite common among the Jews.” [=
‘Kudus, kudus, kudus’. ‘Pengulangan’ dari suatu nama, atau dari suatu ungkapan,
tiga kali, cukup umum di antara orang-orang Yahudi.].
Barnes lalu memberi contoh ayat-ayat ini.
Yer 7:4 - “Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang
berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN,”.
Yer 22:29 - “Hai negeri, negeri, negeri! Dengarlah firman TUHAN!”.
Yeh 21:27 - “Puing, puing,
puing akan Kujadikan dia! Inipun tidak akan tetap.
Sampai ia datang yang berhak atasnya, dan kepadanya akan Kuberikan itu.’”.
2Sam 18:33 - “Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke
anjung pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan:
‘Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom!
Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!’”.
Barnes’ Notes (tentang Yes 6:3): “The
form was used, therefore, among the Jews, to denote ‘emphasis;’ and the
expression means in itself no more than ‘thrice holy;’ that is, supremely holy.
Most commentators, however, have supposed that there is here a reference to the
doctrine of the Trinity. It is not probable that the Jews so understood it; but
applying to the expressions the fuller revelations of the New Testament, it
cannot be doubted that the words will express that. Assuming that that doctrine
is true, it cannot be doubted, I think, that the seraphs laid the foundation of
their praise in that doctrine. That there was a distinct reference to the
second person of the Trinity, is clear from what John says, John 12:41. No
‘argument’ can be drawn directly
from this in favor of the doctrine of the Trinity, for the repetition of such
phrases thrice in other places, is merely ‘emphatic,’ denoting the superlative
degree. But when the doctrine is ‘proved’ from other places, it may be presumed
that the heavenly beings were apprized of it, and that the foundation of their
ascriptions of praise was laid in that.” [=
Karena itu, bentuk itu digunakan, di antara
orang-orang Yahudi, untuk menunjukkan ‘penekanan’; dan ungkapan itu dalam
dirinya sendiri berarti tak lebih dari ‘kudus tiga kali’; yaitu, kudus dalam
tingkat yang tertinggi. Tetapi,
kebanyakan penafsir, telah menganggap bahwa di sini ada suatu hubungan dengan
doktrin Allah Tritunggal. Tidaklah
mungkin bahwa orang-orang Yahudi mengertinya demikian; tetapi dengan menerapkan wahyu-wahyu yang lebih penuh dari
Perjanjian Baru pada kata-kata itu, tak bisa diragukan bahwa kata-kata itu akan
menyatakan hal itu. Dengan menganggap bahwa doktrin itu (Tritunggal)
adalah benar, tak bisa diragukan, saya kira, bahwa serafim itu meletakkan
fondasi dari pujian mereka dalam doktrin itu. Bahwa
di sana ada suatu referensi yang jelas kepada pribadi kedua dari Tritunggal,
adalah jelas dari apa yang Yohanes katakan, Yoh 12:41. Tak ada ‘argumentasi’ bisa ditarik secara langsung dari kata-kata ini untuk mendukung doktrin
Tritunggal, karena pengulangan dari ungkapan-ungkapan seperti itu tiga kali di
tempat-tempat lain, semata-mata merupakan ‘penekanan’, menunjukkan tingkat yang
tertinggi. Tetapi pada waktu doktrin itu
‘dibuktikan’ dari tempat-tempat lain, bisa dianggap benar bahwa makhluk-makhluk
surgawi itu menghargainya, dan bahwa fondasi dari pengarahan pujian mereka
diletakkan pada hal itu.].
BACA JUGA: ALLAH TRITUNGGAL-STEPHEN TONG
Argumentasi Barnes bahwa ayat ini oleh Yohanes dihubungkan dengan Pribadi kedua dari Tritunggal (Allah Anak / Yesus) dalam Yoh 12:41, merupakan suatu argumentasi yang menarik dan kuat!
Yoh 12:41 - “Hal
ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaanNya dan telah
berkata-kata tentang Dia.”.
Kata ‘Nya’ di sini jelas
menunjuk kepada Yesus!! Mari kita lihat seluruh kontextnya.
Yoh 12:37-41 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat
di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya
genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah
tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’ (39) Karena
itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah
membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat
dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku
menyembuhkan mereka.’ (41) Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaanNya dan telah berkata-kata tentang Dia.”.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Ay 38 diambil
dari Yes 53:1 - “Siapakah
yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan
kekuasaan TUHAN dinyatakan?”.
b. Ay 39-40
diambil dari Yes 6:9-10 (lihat di bawah).
c. Kata-kata ‘ia
(Yesaya) telah melihat kemuliaanNya’
tidak bisa tidak menunjuk pada Yes 6:1-2,5b (lihat di bawah). Dan pada waktu
rasul Yohanes menerapkan ini kepada Yesus dalam Yoh 12:41, maka tidak bisa
tidak, yang disebut kudus 3 x itu juga adalah Yesus! Bagaimana ini tidak
mengarah pada doktrin Allah Tritunggal?
Bdk. Yes 6:1-10 - “(1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat
Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung
jubahNya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim
berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap
dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki
mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru
seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam,
seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’ (4) Maka
bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan
rumah itupun penuhlah dengan asap. (5) Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa!
Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa
yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang
Raja, yakni TUHAN semesta alam.’ (6) Tetapi seorang dari pada
Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya
dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta
berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus
dan dosamu telah diampuni.’ (8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah
yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku (Kami)?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’ (9) Kemudian
firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada
bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah
sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan
buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.
Sekarang mari kita melihat komentar dari para penafsir tentang Yoh
12:41.
Matthew Henry (tentang Yoh 12:41): “The
vision which the prophet there had of the ‘glory of God’ is here said to be his
seeing the glory of Jesus Christ: He ‘saw his glory.’ Jesus Christ therefore is
equal in power and glory with the Father, and his praises are equally
celebrated. Christ had a glory ‘before the foundation of the world,’ and Esaias
saw this.” [=
Penglihatan yang sang nabi dapatkan di sana
tentang ‘kemuliaan Allah’, di sini
dikatakan sebagai penglihatannya tentang kemuliaan Yesus
Kristus: Ia ‘telah melihat kemuliaanNya’.
Karena itu, Yesus Kristus setara dalam kuasa dan kemuliaan dengan Bapa, dan
puji-pujian terhadapNya dilakukan / ditunjukkan secara sama. Kristus mempunyai kemuliaan ‘sebelum dunia diciptakan’,
dan Yesaya telah melihat ini.].
Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa,
permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan
yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.
Adam Clarke (tentang Yoh 12:41): “‘When he saw
his glory.’ Isa 6:1, etc. I saw Jehovah, said the
prophet, sitting upon a throne, high and lifted up, and his train filled
the temple. Above it stood the seraphim; and one cried unto another, and said,
Holy, holy, holy, is Jehovah, God of hosts; the whole earth shall be full of
his glory. It appears evident from this passage, that the glory which the
prophet saw was the glory of Jehovah: John, therefore, saying here that it was
the glory of Jesus, shows that he considered Jesus to be Jehovah.” [=
‘Pada waktu ia telah melihat kemuliaanNya’. Yes 6:1, dst. ‘Aku telah melihat
Yehovah’, kata sang nabi, ‘duduk di atas suatu takhta, tinggi dan ditinggikan,
dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. Di atasnya berdiri para serafim; dan
satu berteriak kepada yang lain, dan berkata Kudus, kudus, kuduslah Yehovah,
Allah semesta alam; seluruh bumi akan penuh dengan kemuliaanNya’. Kelihatannya
jelas dari text ini, bahwa kemuliaan yang sang nabi lihat adalah kemuliaan
Yehovah: karena itu, pada waktu Yohanes berkata di sini bahwa itu adalah
kemuliaan Yesus, itu menunjukkan bahwa ia menganggap Yesus sebagai Yehovah.].
Kalau Bapa adalah Yehovah / Yahweh (YHWH), dan Yesus juga adalah
Yehovah / Yahweh (YHWH), maka ini pasti mengarah pada doktrin Allah Tritunggal!
Barnes’ Notes (tentang Yoh 12:41): “‘When he saw his glory.’ Isa 6:1-10. Isaiah saw the LORD (in Hebrew, Jehovah)
sitting on a throne and surrounded with the seraphim. ... In the prophecy
Isaiah is said expressly to have seen Jehovah, ver. 1, and in ver. 5: ‘Mine
eyes have seen the King Jehovah of hosts.’ By his glory is meant the
manifestation of him - the Shechinah, or visible cloud that was a representation
of God, and that rested over the mercy-seat. This was regarded as equivalent to
seeing God, and John here expressly applies this to the Lord Jesus Christ; for
he is not affirming that the people did not believe in God, but is assigning
the reason why they believed not on Jesus Christ as the Messiah. The whole
discourse has respect to the Lord Jesus, and the natural construction of the
passage requires us to refer it to him. John affirms that it was the glory of
the Messiah that Isaiah saw, and yet Isaiah affirms that it was Jehovah; and from this the inference is irresistible
that John regarded Jesus as the Jehovah whom
Isaiah saw.” [= ‘Pada waktu
ia telah melihat kemuliaanNya’. Yes 6:1-10. Yesaya telah melihat TUHAN (dalam
bahasa Ibrani, Yehovah) duduk di atas sebuah takhta dan dikelilingi dengan para
serafim. ... Dalam nubuat Yesaya dikatakan secara explicit telah melihat
Yehovah, ay 1, dan dalam ay 5: ‘Mataku telah melihat sang Raja Yehovah semesta
alam’. Dengan / oleh ‘kemuliaanNya’ dimaksudkan manifestasi dari Dia -
Shekhinah, atau awan yang kelihatan yang merupakan suatu perwakilan dari Allah,
dan yang tinggal di atas tempat duduk belas kasihan / tutup tabut perjanjian.
Ini dianggap sama seperti melihat Allah, dan Yohanes
di sini secara explicit menerapkan ini kepada Tuhan Yesus Kristus; karena ia
bukan sedang menegaskan bahwa bangsa itu tidak percaya kepada Allah, tetapi
sedang menunjukkan alasan mengapa mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus
sebagai sang Mesias. Seluruh pembicaraan berhubungan dengan Tuhan
Yesus, dan konstruksi yang wajar dari tex t
itu menuntut kita untuk mengarahkannya kepada Dia. Yohanes
menegaskan bahwa itu adalah kemuliaan dari sang Mesias yang dilihat oleh
Yesaya, tetapi Yesaya menegaskan bahwa itu adalah Yehovah; dan dari ini
kesimpulannya tak bisa ditahan bahwa Yohanes menganggap Yesus sebagai Yehovah
yang dilihat Yesaya.].
Jamieson, Fausset &
Brown (tentang Yes 6:3): “‘One cried unto another Holy, holy, holy (is) the Lord of hosts.’
- (Rev 4:8) The Trinity is implied (see note on ‘Lord’ Isa 6:1).” [=
Satu berteriak kepada yang lain, Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam’. -
(Wah 4:8). Tritunggal ditunjukkan secara implicit (lihat catatan tentang
‘Tuhan’ Yes 6:1).].
Jamieson, Fausset &
Brown (tentang Yes 6:1): “‘I saw also the Lord.’ - here
Adonaay; Yahweh in Isa 6:5. Jesus Christ is
meant as speaking in Isa 6:10, according to John 12:41. ... The words of Isa
6:10 are attributed by Paul (Acts 28:25-26) to the Holy Spirit. Thus the
Trinity, in unity is implied; as also by the thrice ‘Holy’ (Isa 6:3).” [=
‘Aku juga melihat Tuhan’. - di sini ADONAY; YAHWEH dalam Yes 6:5. Yesus Kristus dimaksudkan sebagai yang berbicara dalam Yes
6:10, menurut Yoh 12:41. ... Kata-kata dari
Yes 6:10 oleh Paulus (Kis 28:25-26) dianggap berasal dari Roh Kudus.
Maka Tritunggal, dalam kesatuan, ditunjukkan secara implicit; seperti juga oleh
kata ‘Kudus’ tiga kali (Yes 6:3).].
Jadi, selain menggunakan Yoh 12:41 seperti Albert Bar nes,
Jamieson, Fausset & Brown juga menggunakan Kis 28:25-26 yang mengarah
kepada Roh Kudus!
Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada
kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu
ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus
kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi
Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini,
dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu
akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal,
dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan
mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti
dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.
Catatan:
dalam tafsirannya tentang Yes 6:3, Ada m
Clarke tak membicarakan hal ini dalam hubungannya dengan Allah Tritunggal.
Bible Knowledge Commentary bahkan terang-terangan menolak bagian ini sebagai
pendukung doktrin Allah Tritunggal.
3. Tentang
Wah 4:8 - “Dan keempat makhluk itu
masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan
mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang
sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.’”.
Matthew Henry: “And
here, 1. They adore one God, and one only, ‘the Lord God Almighty,’
unchangeable and everlasting. 2. They adore three holies in this one God, the
Holy Father, the Holy Son, and the Holy Spirit; and these are one infinitely
holy and eternal Being, who sits upon the throne, ‘and lives for ever and
ever.’” [=
Dan di sini, 1. Mereka memuja satu Allah, dan hanya satu saja, ‘Tuhan Allah
Yang Maha Kuasa’, tak berubah dan kekal. 2. Mereka memuja tiga Yang Kudus dalam
satu Allah ini, Bapa yang Kudus, Anak yang Kudus, dan Roh Kudus; dan Mereka ini
adalah satu Keberadaan (Being) yang kudus secara tak terbatas dan kekal, yang
duduk di atas takhta, ‘dan hidup selama-lamanya’.].
Pulpit Commentary: “Holy, holy, holy. The thrice-repeated
‘holy’ has very generally been held to indicate the Trinity of the Godhead.” [= Kudus, kudus,
kudus. ‘Kudus’ yang diulang tiga kali telah secara umum dipegang untuk
menunjukkan Tritunggal dari Ketuhanan / keilahian.].
William Hendriksen: “They
ascribe glory and honour and thanksgiving to the everlasting One who sits upon
the throne. (See 7:12.) They do this not once but again and again. They are
constantly saying, ‘Holy, holy, holy, Lord God the Almighty, who was and who is
and who is coming.’ Thus these cherubim glorify God, the Father, who represents
the Trinity. (Cf. Isa. 6:3.)” [= Mereka memberikan kemuliaan dan
hormat dan syukur kepada Yang Kekal yang duduk di atas takhta (lihat 7:12).
Mereka melakukan ini bukan satu kali tetapi berulang-ulang. Mereka secara terus
menerus berkata, ‘Kudus, kudus, kudus, Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, yang ada,
dan sudah ada dan yang akan datang’. Demikianlah para kerub ini memuliakan
Allah, sang Bapa, yang mewakili Tritunggal. (bdk. Yes 6:3).] - ‘More Than Conquerors’, hal 88.
Lenski: “The three
‘holy,’ like the entire name, refer to the Triune God. ‘The One who Is,’ etc.,
in 1:4 refers to the Father, in 1:8 equally to the Son. In 1:8 ‘the Almighty’
is the Son, here he is the Triune God. To be sure, this doxology renews the one
found in Isa. 6:3, but to say that John modifies it in a characteristic
apocalyptic way is to deny that John heard even as Isaiah also heard. ‘The
whole earth is full of his glory’ is proper only in Isaiah where the seraphim
cry their praise of God to each other. It does not belong here where the whole
ascription directly concerns the Triune God.” [= Tiga ‘kudus’ itu, seperti seluruh nama itu, menunjuk kepada
Allah Tritunggal. ‘Yang ada’, dst., dalam 1:4 menunjuk kepada Bapa,
dalam 1:8 secara sama menunjuk kepada Anak. Dalam 1:8 ‘Yang Maha Kuasa’ adalah
Anak, di sini (4:8)
‘Yang Maha Kuasa’ adalah Allah Tritunggal. Tak diragukan, doxologi ini
memperbaharui doxologi yang ditemukan dalam Yes 6:3, tetapi mengatakan bahwa
Yohanes memodifikasinya dengan suatu cara yang bersifat apokaliptik berarti menyangkal
bahwa Yohanes menden gar sama seperti Yesaya juga
menden gar.
‘Seluruh bumi penuh dengan kemuliaanNya’ adalah benar hanya dalam Yesaya dimana
para serafim meneriakkan pujian mereka tentang Allah satu kepada yang lain. Itu tidak termasuk di sini dimana seluruh pernyataan secara
langsung berkenaan dengan Allah Tritunggal.].
Dalam ay 4-5 ada kata-kata ‘dari
Dia’, ‘dari
ketujuh roh’, lalu ‘dari
Yesus Kristus’. Karena itu jelas
bahwa ‘Dia’ adalah Bapa! Jadi,
dalam ay 4 istilah / kata-kata ‘yang ada dan
yang sudah ada dan yang akan datang’
jelas menunjuk kepada Bapa.
Tetapi ay 8 bicara tentang siapa? Mulai ay 5-7 tex t ini terus bicara
tentang Yesus Kristus, demikian juga kalau kita membaca ay 9-20-nya! Kalau
begitu, maka pasti ay 8 juga tentang Yesus Kristus, dan karena itu istilah /
kata-kata ‘yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang’ jelas menunjuk kepada Yesus Kristus.
Dan istilah ‘Yang Maha Kuasa’ dalam Wah 1:8 juga jelas menunjuk kepada Yesus
Kristus, tetapi istilah itu dalam Wah 4:8, menurut Lenski, menunjuk kepada
Allah Tritunggal.
Herman Hoeksema:
“The
Throne in Heaven. ... Before the throne are seven lamps burning, which are the
seven Spirits of God. These seven Spirits, as we have already explained in
connection with 1:4, are indeed the Holy Spirit, but then as the Spirit of
Christ as He dwells in the church
of God forever. The
Triune God sits on the Throne. The Father, the Son, and the Holy Ghost in their
essential divinity are enthroned as the Lord God Almighty, thrice holy.” [= Takhta di
Surga. ... Di depan takhta ada tujuh lampu / obor menyala, yang adalah tujuh
Roh Allah (ay
5). Tujuh Roh ini, seperti telah kami jelaskan dalam hubungan dengan 1:4,
memang adalah Roh Kudus, tetapi pada saat itu sebagai Roh Kristus karena Ia
tinggal dalam gereja Allah selama-lamanya. Allah Tritunggal duduk di atas
Takhta. Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam ketuhanan hakiki Mereka dinobatkan /
ditempatkan sebagai Tuhan Allah Yng Maha Kuasa, tiga kali kudus.] - ‘Behold He Cometh’, hal 156,157.
Herman Hoeksema:
“It
all sings of the holiness of the Most High: ‘Holy, holy, holy,’ thrice repeated
to express the divine fulness of the holiness of God, of the Triune.” [= Semua
menyanyi tentang kekudusan dari Yang Maha Tinggi: ‘Kudus, kudus, kudus’,
diulang tiga kali untuk menyatakan kepenuhan ilahi tentang kekudusan dari
Allah, dari Tritunggal.] - ‘Behold
He Cometh’, hal 163.