Arti Pengolesan Minyak Dalam Nama Tuhan (Markus 6:13)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Ini tulisan saya tentang pengolesan minyak dalam Yakobus 5:14, artinya sama saja dengan yang dalam Markus 6:13.
Mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan (ay 14).
Ini adalah kebiasaan Yahudi pada saat itu dan dilakukan oleh murid Yesus pada saat itu dalam Mark 6:13 - “dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”.
Ada beberapa pandangan tentang arti ‘pengolesan minyak’ di sini:
a. Roma Katolik.
Ini dijadikan dasar dari sakramen perminyakan, yang diberikan oleh pastor kepada orang yang mau mati dan tujuannya adalah untuk mempersiapkan orang menghadapi kematian.
Pandangan ini jelas tidak cocok dengan text ini karena Yakobus memerintahkan hal itu dengan tujuan supaya orang itu sembuh, bukan untuk mempersiapkan orang itu mengha¬dapi kematian.
b. Calvin.
Ini adalah sakramen sementara. Minyak menunjuk pada karunia kesembuhan dan karena karunia kesembuhan diang¬gap sudah lenyap, maka Calvin berpendapat bahwa sakramen sementara itu juga harus dibuang.
Kelemahan pandangan ini:
• Tidak ada dasar untuk menganggap ini sebagai sakramen, karena tidak diperintahkan langsung oleh Kristus.
• Kata bahasa Yunani yang digunakan di sini adalah ALEIPHO, yang berarti ‘mengoles dengan minyak / meminyaki’. A. T. Robertson (hal 65) mengatakan bahwa kata ini diguna¬kan kalau hal pemberian minyak itu dilakukan bukan dalam upacara agama. Kalau dalam upacara agama, diguna¬kan kata Yunani KHRIO (=to anoint / mengurapi). Dari kata ini didapatkan kata KHRISTOS (Kristus / yang diurapi). Jadi, pemberian minyak ini tidak mungkin dianggap sebagai sakramen. Hal yang sama terjadi dalam Mark 6:13 - “dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”.
Catatan: baik untuk Yak 5:14 maupun Mark 6:13 boleh dikatakan semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ‘anoint’. Sekalipun kata ini biasanya diterjemahkan ‘mengurapi’ (secara agamawi), tetapi tidak harus demikian. Webster’s New World Dictionary memberikan arti lain yaitu ‘to pour or rub oil’ (=mencurahkan atau menggosokkan minyak). Bagaimanapun, baik dalam Yak 5:14 maupun dalam Mark 6:13, saya lebih memilih terjemahan Kitab Suci Indonesia (‘mengoles’) dari pada Kitab Suci bahasa Inggris!
c. Pengolesan dengan minyak ini berhubungan dengan karunia kesembuhan.
Matthew Henry: “In the times of miraculous healing, the sick were to be anointed with oil in the name of the Lord. Expositors generally confine this anointing with oil to such as had the power of working miracles; and, when miracles ceased, this institution ceased also. In Mark’s gospel we read of the apostle’s anointing with oil many that were sick, and healing them, Mark 6:13. And we have accounts of this being practiced in the church two hundred years after Christ; but then the gift of healing also accompanied it, and, when the miraculous gift ceased, this rite was laid aside” (=Pada jaman penyembuhan secara mujijat, orang sakit harus diurapi / diolesi dengan minyak dalam nama Tuhan. Para penafsir pada umumnya membatasi pengurapan /
Keberatan:
Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa karunia kesembuhan / bersifat mujijat sudah berhenti?
1Kor 13:8-10 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”.
Saya berpendapat bahwa saat yang dibicarakan dalam ay 8,10 ini adalah akhir jaman / kedatangan Kristus yang keduakalinya / saat kita masuk surga. Jadi, bahasa Roh, nubuat, dan semua karunia yang bersifat mujijat, akan terus ada sampai saat itu.
d. Minyak adalah obat (bdk. Yes 1:6 dan Luk 10:34).
Yes 1:6 - “Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak”.
Luk 10:34 - “Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya”.
A. T. Robertson: “The use of olive oil was one of the best remedial agencies known to the ancients. They used it internally and externally. Some physicians prescribe it today. It is clear both in Mark 6:13 and here that medicinal value is attached to the use of the oil and emphasis is placed on the worth of prayer. There is nothing here of the pagan magic or of the later practice of ‘extreme unction’ (after the eighth century). It is by no means certain that ALEIFOO here and in Mark 6:13 means ‘anoint’ in a ceremonial fashion rather than ‘rub’ as it commonly does in medical treatises. Trench (New Testament Synonyms) says: ‘ALEIFEIN is the mundane and profane, CHRIEIN the sacred and religious, word.’ At bottom in James we have God and medicine, God and the doctor, and that is precisely where we are today. The best physicians believe in God and want the help of prayer” [=Penggunaan minyak zaitun adalah salah satu cara / alat pengobatan terbaik yang dikenal bagi orang-orang kuno. Mereka menggunakannya baik dari dalam / diminum maupun dari luar / digosokkan. Sebagian dokter menuliskan resep untuk itu pada jaman sekarang. Adalah jelas dari baik dalam Mark 6:13 dan di sini (Yak 5:14) bahwa nilai pengobatan dilekatkan pada penggunaan minyak dan penekanan diletakkan pada nilai dari doa. Tidak ada apapun di sini tentang magic dari orang kafir atau tentang praktek belakangan dari sakramen perminyakan (setelah abad 8). Adalah sama sekali tidak pasti bahwa ALEIFOO di sini dan dalam Mark 6:13 berarti ‘mengurapi’ dalam suatu cara / mode yang bersifat upacara dan bukannya ‘menggosok’ seperti yang biasanya dilakukan dalam penanganan medis. Trench (Sinonim Perjanjian Baru) mengatakan ‘ALEIFEN adalah kata yang bersifat biasa dan duniawi, CHRIEIN adalah kata yang bersifat kudus dan agamawi’. Pada hakekatnya dalam Yakobus kita mendapati Allah dan obat, Allah dan dokter, dan itu adalah persis dimana kita ada pada jaman ini. Dokter yang terbaik percaya kepada Allah dan membutuhkan pertolongan dari doa].
Adam Clarke: “Oil was and is frequently used in the east as a means of cure in very dangerous diseases; and in Egypt it is often used in the cure of the plague. Even in Europe it has been tried with great success in the cure of dropsy. And pure olive oil is excellent for recent wounds and bruises; and I have seen it tried in this way with the best effects. ... it was the custom of the Jews to apply it as a means of healing, and that St. James refers to this custom, is not only evident from the case of the wounded man ministered to by the good Samaritan, Luke 10:34, but from the practice of the Jewish rabbins. ... here I am satisfied that it has no other meaning than as natural means of restoring health; and that St. James desires them to use natural means while looking to God for an especial blessing” (=Baik dulu maupun sekarang minyak sering digunakan di Timur sebagai cara penyembuhan dalam penyakit-penyakit yang sangat berbahaya; dan di Mesir minyak sering digunakan dalam penyembuhan dari wabah / penyakit pes. Bahkan di Eropah minyak telah dicoba dengan sukses yang besar dalam penyembuhan dari penyakit dropsy. Dan minyak zaitun murni sangat bagus untuk luka dan memar yang baru terjadi; dan saya telah melihat bahwa minyak dicoba dengan cara ini dengan hasil yang terbaik. ... merupakan kebiasaan dari orang-orang Yahudi untuk menggunakan minyak sebagai cara penyembuhan, dan bahwa Santo Yakobus menunjuk pada kebiasaan ini, bukan hanya jelas dari kasus dari orang terluka yang dilayani oleh orang Samaria yang baik, Lukas 10:34, tetapi juga dari praktek dari rabi-rabi Yahudi. ... di sini saya tidak ragu-ragu bahwa minyak tidak mempunyai arti lain dari pada sebagai cara alamiah untuk memulihkan kesehatan; dan bahwa Santo Yakobus ingin supaya mereka menggunakan cara-cara alamiah sementara memandang kepada Allah untuk suatu berkat yang khusus) - hal 827.
Yes 1:6 - “Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak”.
Luk 10:34 - “Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya”.
A. T. Robertson: “The use of olive oil was one of the best remedial agencies known to the ancients. They used it internally and externally. Some physicians prescribe it today. It is clear both in Mark 6:13 and here that medicinal value is attached to the use of the oil and emphasis is placed on the worth of prayer. There is nothing here of the pagan magic or of the later practice of ‘extreme unction’ (after the eighth century). It is by no means certain that ALEIFOO here and in Mark 6:13 means ‘anoint’ in a ceremonial fashion rather than ‘rub’ as it commonly does in medical treatises. Trench (New Testament Synonyms) says: ‘ALEIFEIN is the mundane and profane, CHRIEIN the sacred and religious, word.’ At bottom in James we have God and medicine, God and the doctor, and that is precisely where we are today. The best physicians believe in God and want the help of prayer” [=Penggunaan minyak zaitun adalah salah satu cara / alat pengobatan terbaik yang dikenal bagi orang-orang kuno. Mereka menggunakannya baik dari dalam / diminum maupun dari luar / digosokkan. Sebagian dokter menuliskan resep untuk itu pada jaman sekarang. Adalah jelas dari baik dalam Mark 6:13 dan di sini (Yak 5:14) bahwa nilai pengobatan dilekatkan pada penggunaan minyak dan penekanan diletakkan pada nilai dari doa. Tidak ada apapun di sini tentang magic dari orang kafir atau tentang praktek belakangan dari sakramen perminyakan (setelah abad 8). Adalah sama sekali tidak pasti bahwa ALEIFOO di sini dan dalam Mark 6:13 berarti ‘mengurapi’ dalam suatu cara / mode yang bersifat upacara dan bukannya ‘menggosok’ seperti yang biasanya dilakukan dalam penanganan medis. Trench (Sinonim Perjanjian Baru) mengatakan ‘ALEIFEN adalah kata yang bersifat biasa dan duniawi, CHRIEIN adalah kata yang bersifat kudus dan agamawi’. Pada hakekatnya dalam Yakobus kita mendapati Allah dan obat, Allah dan dokter, dan itu adalah persis dimana kita ada pada jaman ini. Dokter yang terbaik percaya kepada Allah dan membutuhkan pertolongan dari doa].
Adam Clarke: “Oil was and is frequently used in the east as a means of cure in very dangerous diseases; and in Egypt it is often used in the cure of the plague. Even in Europe it has been tried with great success in the cure of dropsy. And pure olive oil is excellent for recent wounds and bruises; and I have seen it tried in this way with the best effects. ... it was the custom of the Jews to apply it as a means of healing, and that St. James refers to this custom, is not only evident from the case of the wounded man ministered to by the good Samaritan, Luke 10:34, but from the practice of the Jewish rabbins. ... here I am satisfied that it has no other meaning than as natural means of restoring health; and that St. James desires them to use natural means while looking to God for an especial blessing” (=Baik dulu maupun sekarang minyak sering digunakan di Timur sebagai cara penyembuhan dalam penyakit-penyak
BACA JUGA: EKSPOSISI MATIUS 25:1-13
Catatan:
• ‘Dropsy’ adalah suatu penyakit yang menimbulkan pengumpulan cairan serum yang abnormal dalam rongga-rongga atau jaringan tubuh - Webster’s New World Dictionary.
• sekalipun dikatakan bahwa minyak berfungsi sebagai obat, tetapi jelas bukan dalam arti seperti minyak urapan yang digunakan oleh Yesaya Pariaji!
• sekalipun kata-kata dalam ay 14 berbunyi ‘mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan’, itu tidak berarti bahwa ini merupakan upacara agamawi.
Barnes’ Notes: “‘In the name of the Lord.’ By the authority or direction of the Lord; or as an act in accordance with his will, and that will meet with his approbation. When we do anything that tends to promote virtue, to alleviate misery, to instruct ignorance, to save life, or to prepare others for heaven, it is right to feel that we are doing it in the name of the Lord. Compare, for such uses of the phrase ‘in the name of the Lord,’ and ‘in my name,’ Matt 10:22; 18:5,20; 19:29; 24:9; Mark 9:41; 13:13; Luke 21:12,17; Rev 2:3; Col 3:17. There is no reason to think that the phrase is used here to denote any peculiar religious rite or ‘sacrament.’ It was to be done in the name of the Lord, as any other good deed is” (=‘Dalam nama Tuhan’. Oleh otoritas atau pengarahan dari Tuhan; atau sebagai suatu tindakan sesuai dengan kehendakNya, dan itu akan mendapatkan penerimaanNya. Pada waktu kita melakukan apapun yang cenderung untuk memajukan kebaikan, mengurangi kesengsaraan, mengajar ketidak-tahuan / kebodohan, menyelamatkan kehidupan / nyawa, atau mempersiapkan orang-orang lain untuk surga, adalah benar untuk merasa bahwa kita sedang melakukannya dalam nama Tuhan. Bandingkan, untuk penggunaan-penggunaan seperti itu dari ungkapan-ungkapan ‘dalam nama Tuhan’, dan ‘dalam namaKu’, Mat 10:22; 18:5,20; 19:29; 24:9; Mark 9:41; 13:13; Luk 21:12,17; Wah 2:3; Kol 3:17. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa ungkapan yang digunakan di sini menunjukkan upacara agamawi khusus apapun, atau ‘sakramen’. Itu harus dilakukan dalam nama Tuhan, seperti perbuatan-perbuatan baik lainnya juga demikian).
Kalau minyak memang berfungsi sebagai obat, lalu untuk apa orang yang sakit disuruh memanggil penatua? Pertama, mereka disuruh memanggil penatua, bukan tabib, mungkin karena pada umumnya orang Kristen abad-abad awal sangat miskin. Jadi, obatnya adalah bantuan dari penatua / gereja. Kedua, selain memberi obat untuk si sakit, penatua juga berdoa untuknya (ay 14).
Kalau pandangan bahwa minyak adalah obat ini yang diambil, maka jelas bahwa praktek pengolesan dengan minyak sudah tidak perlu lagi dilakukan pada jaman ini. Penatua bisa memberi obat yang lain. Dan tentu saja kalau orangnya tidak miskin, tidak perlu penatua yang memberi obat. Jadi, dalam menafsirkan bagian ini, kontextualisasisangat dibutuhkan!
• ‘Dropsy’ adalah suatu penyakit yang menimbulkan pengumpulan cairan serum yang abnormal dalam rongga-rongga atau jaringan tubuh - Webster’s New World Dictionary.
• sekalipun dikatakan bahwa minyak berfungsi sebagai obat, tetapi jelas bukan dalam arti seperti minyak urapan yang digunakan oleh Yesaya Pariaji!
• sekalipun kata-kata dalam ay 14 berbunyi ‘mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan’, itu tidak berarti bahwa ini merupakan upacara agamawi.
Barnes’ Notes: “‘In the name of the Lord.’ By the authority or direction of the Lord; or as an act in accordance with his will, and that will meet with his approbation. When we do anything that tends to promote virtue, to alleviate misery, to instruct ignorance, to save life, or to prepare others for heaven, it is right to feel that we are doing it in the name of the Lord. Compare, for such uses of the phrase ‘in the name of the Lord,’ and ‘in my name,’ Matt 10:22; 18:5,20; 19:29; 24:9; Mark 9:41; 13:13; Luke 21:12,17; Rev 2:3; Col 3:17. There is no reason to think that the phrase is used here to denote any peculiar religious rite or ‘sacrament.’ It was to be done in the name of the Lord, as any other good deed is” (=‘Dalam nama Tuhan’. Oleh otoritas atau pengarahan dari Tuhan; atau sebagai suatu tindakan sesuai dengan kehendakNya, dan itu akan mendapatkan penerimaanNya. Pada waktu kita melakukan apapun yang cenderung untuk memajukan kebaikan, mengurangi kesengsaraan, mengajar ketidak-tahuan / kebodohan, menyelamatkan kehidupan /
Kalau minyak memang berfungsi sebagai obat, lalu untuk apa orang yang sakit disuruh memanggil penatua? Pertama, mereka disuruh memanggil penatua, bukan tabib, mungkin karena pada umumnya orang Kristen abad-abad awal sangat miskin. Jadi, obatnya adalah bantuan dari penatua / gereja. Kedua, selain memberi obat untuk si sakit, penatua juga berdoa untuknya (ay 14).
Kalau pandangan bahwa minyak adalah obat ini yang diambil, maka jelas bahwa praktek pengolesan dengan minyak sudah tidak perlu lagi dilakukan pada jaman ini. Penatua bisa memberi obat yang lain. Dan tentu saja kalau orangnya tidak miskin, tidak perlu penatua yang memberi obat. Jadi, dalam menafsirkan bagian ini, kontextualisasi