KRISTOLOGI (12)-Teori Kenosis.
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Selanjutnya, dalam membahas
ketidak-berubahan LOGOS baik dalam hakekat,
sifat, maupun kegiatanNya pada saat berinkarnasi ini, kita perlu membahas
suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis [= teori
pengosongan diri]. Teori Kenosis ini merupakan
suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!
Teori Kenosis ini, yang didasarkan
pada Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan
/ membuang sebagian
/ seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang
terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjukkan Yesus tidak maha tahu).
Fil 2:6-7 - “(6)
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, (7)
melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Kesalahan dari Teori Kenosis
ini:
a) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa
berubah.
Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan
dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa,
tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian,
seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak
berkesudahan.”.
Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub,
tidak akan lenyap.”.
Yak 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan
setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala
terang; padaNya tidak ada perubahan atau
bayangan karena pertukaran.”.
Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah,
sekalipun hanya untuk sementara!
b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat
Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus
bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia
biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi
Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai
yang tidak terbatas.
Dalam tafsirannya tentang
Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa
Kristus melepaskan atau membuang
keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannya dari pandangan manusia.
Calvin: “Christ,
indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a
time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it” (= Kristus tidak bisa melepaskan
dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara
waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia,
bukan dengan menguranginya, tetapi dengan
menyembunyikannya).
Herman Hoeksema menambahkan
bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi
kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan
mujijat.
Herman Hoeksema: “This
does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in
order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the
divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into
the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was
hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as,
for instance, in the performance of His wonders” (= Ini
tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat
ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena
hakekat ilahi tidak bisa berubah. ...
Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa
sehingga di depan
manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu
kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan
keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal
399.
F) Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.
Ajaran Anabaptist mengatakan
bahwa Kristus membawa hakekat manusiaNya dari surga (berdasarkan
1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia
datang ke dunia.
1Kor 15:47 - “Manusia
pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.”.
Jadi hakekat manusiaNya
betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa
/ mirip dengan kita tetapi secara organic
tidak berhubungan dengan kita.
Kalau ini benar, maka boleh
dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam
kandungan Maria!
Ajaran Reformed menentang ajaran
Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat
manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain, sebagai manusia, Yesus
berasal dari sel telur Maria.
Dasar Kitab Suci pandangan
ini:
1) Ibr 2:14 - “Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,
supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas
maut;”.
Ibr 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam
segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas
kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Fil 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat
karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan
mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa
karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.
Kalau kita membandingkan
dengan terjemahan Alkitab-Alkitab bahasa Inggris maka dari 4 ayat di atas,
hanya Ibr 2:14 yang memang menggunakan kata ‘sama’, sedangkan yang lain menggunakan kata ‘seperti’.
Ibr 2:14 (KJV): ‘Forasmuch then as the children are partakers of flesh and blood, he also
himself likewise took part of the same;
that through death he might destroy him that had the power of death, that is,
the devil;’.
Ibr 2:17 (KJV): ‘Wherefore in all things it behoved him to be made like unto his
brethren, that he might be a merciful and faithful high priest in things
pertaining to God, to make
reconciliation for the sins of the people.’.
Fil 2:7 (KJV): ‘But
made himself of no reputation, and took upon him the form of a servant, and was
made in the likeness of men:’.
Ro 8:3 (KJV): ‘For what the law could not do, in that it was weak through the flesh, God
sending his own Son in the likeness of
sinful flesh, and for sin, condemned sin in the flesh:’.
Lalu, mengapa yang lain
menggunakan kata ‘seperti’? Untuk menjawab ini, saya
mengutip ulang tafsiran Calvin dan William Hendriksen tentang Ro 8:3 di sini:
Calvin (tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of the flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no stains, yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the punishment due to our sins, and doubtless death exercised all its power over it as though it was subject to itself. ... Christ underwent our infirmities, that he might be more inclined to sympathy, and in this respect also there appeared some resemblance of a sinful nature.” [= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.].
William Hendriksen (tentang
Ro 8:3): “In his
incarnation the divine Son assumed the human nature, ... But he took on that
human nature not as it came originally from the hand of the Creator (‘and
behold it was very good,’ Gen. 1:31), but weakened by sin, though remaining itself without any sin.”
[= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu datang
seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah sangat
baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya tetap tanpa
dosa apapun.].
Jadi, sebetulnya Yesus
memang mengambil hakekat manusia yang sama dengan kita, tetapi digunakan kata ‘seperti’ karena hakekat manusia yang
diambil bukanlah hakekat manusia sebagaimana itu pertama kali diciptakan oleh
Allah (Kej 1:31 - ‘sungguh
amat baik’),
tetapi yang sudah dilemahkan oleh dosa,
sekalipun hakekat manusia itu sendiri tanpa dosa.
Kalau Yesus memang
sungguh-sungguh adalah manusia, Ia haruslah sungguh-sungguh anak Maria.
2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan
dari Maria, dan Kristus hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya tidak
ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi
Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan
supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada
dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani,
tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan
dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh
belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh
bangsa.”.
3) Yesus disebut ‘tunas
Daud’, ‘tunas
yang keluar dari tunggul Isai’, ‘taruk dari
pangkal Isai’.
Yes 11:1,10 - “(1)
Suatu tunas akan keluar dari tunggul
Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10) Maka
pada waktu itu taruk dari pangkal Isai
akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh
suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.
Yes 4:2 - “Pada waktu itu tunas
yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah
menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”.
Yes 53:2 - “Sebagai taruk
ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas
dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita
memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.
Yer 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah
firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas
adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan
melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.
Wah 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan
engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat
membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”.
Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi
kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang
gilang-gemilang.’”.
Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia
betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan organic dengan Daud.
4) Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan
kita berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out of
/ keluar dari (Yunani: EX) Judah ].
Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria,
maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari
Yehuda’
ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau
Ia memang adalah bayi dari surga yang
dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel
/ Yahudi.
BACA JUGA: AJARAN KENOSIS YANG ALKITABIAH
5) Ibr 2:11 - “
a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang
dikuduskan (= manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ibr 2:11a: ‘Ia
yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.
TB2-LAI hampir sama dengan
TB1.
NASB: ‘are all of one Father’ (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB
salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada
Allah.
NIV: ‘are of the same family’ (= semua dari satu keluarga).
RSV: ‘have all one origin’ (= semua mempunyai satu asal mula).
KJV: ‘are all of one’ (= semua dari satu).
Terjemahan-terjemahan ini
lebih benar karena kata ‘satu’ sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk
kepada Adam,
karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah
menjadi manusia yang sama dengan kita.
Ini menunjukkan bahwa Yesus
betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ (= buatan surga) yang
lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Sekalipun ada orang yang
berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin,
John Owen, dsb, menganggap bahwa kontext menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu
hakekat’,
karena tujuan kontext ini memang menunjukkan bahwa
Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus
sampai ay 17).
John Calvin: “In this sense he also says
that ‘the Author of sanctification and those who are sanctified have all one
origin’ (Hebrews 2:11a). The context shows that this expression refers to the
fellowship of nature, for he immediately adds: ‘That is why he is not ashamed
to call them brethren’ (Hebrews 2:11b).” [= Dalam arti
ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan mereka yang
dikuduskan semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Kontext menunjukkan bahwa ungkapan ini menunjuk pada
persekutuan hakekat, karena ia segera menambahkan: ‘itulah sebabnya Ia tidak malu
menyebut mereka saudara’ (Ibr 2:11b).] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book
II, Chapter 13, no 2.
Kalau Yesus adalah bayi dari
surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus
diganti dengan ‘dua’!
b) Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’ (Ibr 2:11b).
Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang
dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah
sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.
Kalau Yesus tidak berasal
dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.
c) Bandingkan juga dengan Ibr 2:14-17 yang
menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia
yang sama dengan kita!
6) Yesus disebut sebagai:
a) Keturunan perempuan / Hawa (Literal: ‘seed of the woman’) - Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan
perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya
(KJV/RSV/NASB: ‘her
seed’); keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
b) Keturunan Abraham [Literal: ‘your seed’ (= benihmu)] - Kej 22:18
(bdk. Kis 3:25).
Kej 22:18 - “Oleh keturunanmulah
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan
firmanKu.’”.
Catatan: kata ‘keturunan’ ada dalam bentuk tunggal.
Bdk. Gal 3:16 - “Adapun
kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ‘kepada keturunan-keturunannya’ seolah-olah
dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu’, yaitu Kristus.”.
Kis 3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat
bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita,
ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu
semua bangsa di muka bumi akan diberkati.”.
Catatan: di sini kata ‘keturunan’ juga ada dalam bentuk
tunggal.
c) Keturunan Daud (Literal: ‘seed of David’) - 2Tim 2:8.
2Tim 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari
antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan
Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.
Istilah ‘seed’ (= benih / keturunan) jelas menunjukkan adanya hubungan
organic!
7) Luk 1:41-42 - “(41)
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam
rahimnya dan Elisabetpun
penuh dengan Roh Kudus, (42)
lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua
perempuan dan diberkatilah buah
rahimmu.”.
Dalam Luk 1:42,
Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal:
‘the fruit of your womb’).
Catatan:
perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam
keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!
John
Calvin: “Now,
if he had not truly been begotten of the seed of David, what will be the point
of this expression that he is ‘the fruit of her womb’ (Luke 1:42)?” [=
Sekarang, seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari
benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah ‘buah
rahimnya’ (Luk 1:42)?]
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.
Ini jelas menunjukkan bahwa
Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.
8) Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal
itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu
kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
Dalam Luk 1:34 Maria
bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia belum bersuami. Kalau
Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam
‘bayi tabung’), maka dalam Luk 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa
Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kandungan Maria. Tetapi
ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:
a) Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah
Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri
dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.
William Hendriksen (tentang Luk 1:35): “The answer
is cast in the form of synonymous parallelism, so that ‘The Holy Spirit’ is
paired with ‘the power of the Most High,’ and ‘will come upon you’ with ‘will
overshadow you.’ Resultant meaning: The personal Holy Spirit will bring
about this wonder in Mary’s womb by exerting his divine power. ...
Nevertheless, something must perhaps be added. The ‘overshadowing’ or ‘covering’
of which Luke speaks here is not static but active. It is creative,
productive. It causes Mary to conceive a child. Our thoughts are
therefore also - and perhaps especially - directed to the Spirit of God
creatively hovering over the waters at the time of creation (Gen. 1:2). In
this same connection see Ps. 104:30, expressed poetically in the line: ‘Thy
Spirit O God makes life to abound.’ The overshadowing Spirit, therefore, not
only protects but also creates. It brings about conception within
Mary’s womb.” [= Jawaban diberikan dalam bentuk
paralelisme yang sinonim, sehingga ‘Roh Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari
Yang Maha-tinggi’ dan ‘akan turun ke atasmu’ dengan ‘akan menaungi engkau’. Arti
yang dihasilkan: Roh Kudus yang bersifat pribadi akan menimbulkan /
menghasilkan keajaiban ini dalam kandungan Maria dengan menggunakan kuasa
ilahiNya. ... Namun, sesuatu mungkin harus ditambahkan. ‘Penaungan’
atau ‘penutupan / penurunan atas’ tentang mana Lukas berbicara di sini bukanlah
statis tetapi aktif. Itu adalah bersifat mencipta, bersifat menghasilkan.
Itu menyebabkan Maria mengandung seorang anak. Karena
itu, pikiran kita juga - dan mungkin khususnya - diarahkan kepada Roh Allah
dengan / secara mencipta melayang-layang di atas permukaan air pada saat
penciptaan (Kej 1:2). Dalam hubungan yang sama lihat Maz
104:30, khususnya dalam kalimat yang bersifat puisi: ‘RohMu, ya Allah, membuat
kehidupan berlimpah-limpah’. Karena
itu, Roh yang menaungi, bukan hanya melindungi tetapi juga mencipta. Itu
menyebabkan / menimbulkan / menghasilkan janin dalam kandungan Maria.].
Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera
raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.
Maz 104:30 - “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau
membaharui muka bumi.”.
b) Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut
kudus.
Ini menunjukkan bahwa Yesus
bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal
kalau Yesus adalah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan
pengudusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria
(yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengudusan dari Roh Kudus
supaya Yesus bisa lahir suci.
Bahwa ini memang ajaran
Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster
Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:
“The Son of God, the second person in the
Trinity, being very and eternal God, of one substance and equal with the
Father, did, when the fulness of time was come, take upon Him man’s nature,
with all the essential properties, and common infirmities thereof, yet without
sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of the virgin
Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and distinct natures,
the Godhead and the manhood, were inseparably joined together in one person,
without conversion, composition, or confusion. Which person is very God, and
very man, yet one Christ, the only Mediator between God and man.” (= Anak Allah, pribadi kedua dalam
Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan waktunya sudah
tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat
hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa; dikandung oleh
kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh
/ utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan kemanusiaan,
digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu pribadi, tanpa
perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah
sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan
manusia.).
Pandangan ini juga didukung
oleh Athanasian Creed / Pengakuan Iman Athanasius: “28. It
is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus
Christ is both God and man. 29. He
is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in
time from the substance of his mother.” (= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa
kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan
manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari
kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan
dalam waktu dari zat ibuNya.) - A. A. Hodge, ‘Outlines
of Theology’, hal 117-118.
Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu
berasal dari sel telur Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu
adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak
kekal, atau mulai ada di dalam waktu.
Perlu diingat bahwa
kata-kata ‘begotten, not made’ (= ‘diperanakkan,
bukan dicipta’) dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada
kemanusiaan / hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.
Perhatikan beberapa kutipan
pendukung di bawah ini.
John Owen:
“The
framing, forming, and miraculous conception of the body of Christ in the womb
of the blessed Virgin was the peculiar and especial work of the Holy Ghost. ...
The act of the Holy Ghost in this matter was a creating act; not,
indeed, like the first creating act, which produced the matter and substance of
all things out of nothing, causing that to be which was not before, neither in
matter, nor form, nor passive disposition; but like those subsequent acts of
creation, whereby, out of matter before made and prepared, things were made
that which before they were not, and which of themselves they had no active
disposition unto nor concurrence in. So man was created or formed of the dust
of the earth, and woman of a rib taken from man. There was a previous matter
unto their creation, but such as gave no assistance nor had any active
disposition to the production of that particular kind of creature whereinto
they were formed by the creating power of God. Such was this act of the Holy
Ghost in forming the body of our Lord Jesus Christ; for although it was effected
by an act of infinite creating power, yet it was formed or made of the
substance of the blessed Virgin.” [= Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang
bersifat mujijat dari tubuh Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati
merupakan pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan
penciptaan; memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang
menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada, menyebabkannya
ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya, bentuknya, maupun penyusunan
/ kecondongan pasif; tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang
berikutnya, dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat
dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada
dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak mempunyai
kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah manusia /
orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan perempuan dari
tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi
sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan
aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka dibentuk
oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan
Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu
dihasilkan oleh tindakan dari kuasa penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu
dibentuk atau dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.
Herman Bavinck:
· “Even
though Christ has assumed a human nature which is finite and limited and
which began in time, as person, as Self, Christ does not in Scripture stand
on the side of the creature but on the side of God” (= Sekalipun Kristus telah
mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang
dimulai dalam waktu, tetapi sebagai pribadi, sebagai Diri / Ego,
dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak
Allah) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 317.
· “The
relationship is that of Creator and creature, and the creature from the
nature of his being can never become Creator, nor have the significance and
worth for us human beings of the Creator” (= Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan, dan makhluk ciptaan sesuai dengan
keadaan alamiah keberadaannya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, atau
mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
· “That
human nature did not exist beforehand. ... But in the incarnation, also,
Scripture holds to the goodness of creation and to the Divine origin of
matter”
(= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya.
... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul ilahi dari
zat / bahan)
- ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.
· “Just
as the human nature of Christ did not exist before the conception in Mary, so
it did not exist for sometime before, nor some time after, in a state of
separation from Christ”
(= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada
sebelum pembuahan di dalam Maria,
begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam
keadaan terpisah dari Kristus) - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 326.
· “In
short, to one and the same subject, one and the same person, Divine and human
attributes and works, eternity and time, omnipresence and limitation,
creative omnipotence and creaturely weakness are ascribed” (= Singkatnya, subyek yang satu
dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap mempunyai sifat-sifat
dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan dan
keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 326.
Calvin tentang kata-kata ‘seperti
anak manusia’
dalam Daniel 7:13:
“We
must now see why he uses the word ‘like’ the Son of man; ... the Prophet says,
‘He appeared’ to him ‘as the Son of man,’ as Christ had not yet taken upon him
our flesh. And we must remark that saying of Paul’s: When the fulness of time
was come, God sent his Son, made of a woman. (Gal. 4:4.) Christ then began to
be a man when he appeared on earth as Mediator, for he had not assumed the seed
of Abraham before he was joined with us in brotherly union. This is the reason
why the Prophet does not pronounce Christ to have been man at this period, but
only like man; for otherwise he had not been that Messiah formerly promised
under the Law as the son of Abraham and David. For if from the beginning he had
put on human flesh, he would not have been born of these progenitors. It
follows, then, that Christ was not a man from the beginning, but only appeared
so in a figure. ... This was a symbol, therefore, of Christ’s future flesh,
although that flesh did not yet exist”
[= Sekarang kita harus melihat mengapa
ia menggunakan kata ‘seperti’ Anak manusia; ... sang Nabi berkata, ‘Ia
kelihatan’ kepadanya ‘seperti Anak manusia’, karena Kristus
belum mengambil kepadaNya daging kita. Dan kita harus memperhatikan
perkataan Paulus itu: ‘Pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, Allah mengutus
AnakNya, dibuat dari seorang perempuan.’ (Gal 4:4). Maka Kristus mulai menjadi / adalah seorang manusia pada waktu Ia
muncul di bumi sebagai Pengantara, karena Ia belum mengambil benih /
keturunan Abraham sebelum Ia digabungkan dengan kita dalam persatuan
persaudaraan. Inilah alasannya mengapa sang Nabi tidak mengumumkan Kristus
sudah adalah manusia pada masa ini, tetapi hanya seperti
manusia; karena kalau tidak Ia bukanlah Mesias itu yang sebelumnya dijanjikan
di bawah hukum Taurat sebagai anak / keturunan Abraham dan Daud. Karena
seandainya dari semula Ia telah mengenakan daging manusia, Ia tidaklah
dilahirkan oleh nenek moyang ini. Maka akibatnya adalah bahwa Kristus bukanlah
seorang manusia dari semula, tetapi hanya kelihatan demikian dalam suatu bentuk
jasmani. ... Karena itu, ini adalah suatu simbol dari daging Kristus yang akan
datang, sekalipun daging itu belum ada (pada saat itu).] - hal 41.
Daniel 7:13 - “Aku terus melihat dalam
penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti
anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia
dibawa ke hadapanNya.”.
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya,
maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk
kepada hukum Taurat.”.
BACA JUGA: 12 KHOTBAH KEBANGUNAN ROHANI (2)
Calvin menambahkan: jadi
kalau dalam ayat-ayat seperti Fil 2:7 digunakan kata ‘seperti’, maka alasannya berbeda
dengan pada waktu kata ‘seperti’ itu digunakan dalam Dan
7:13. Dalam Fil 2:7 (juga Ro 8:3 Ibrani 2:17) kata ‘seperti’ itu digunakan karena daging
yang telah diambil oleh Kristus itu bukan seperti daging dari Adam sebelum ia
jatuh ke dalam dosa, tetapi daging yang sekalipun tidak berdosa tetapi telah
dilemahkan oleh dosa. Sedangkan dalam Daniel 7:13, kata ‘seperti’ itu digunakan karena pada
saat itu daging Kristus memang belum ada, dan yang dilihat oleh Daniel pada
saat itu hanyalah simbol dari daging Kristus yang akan datang.
Catatan: untuk Fil 2:7 dan Ibr 2:17
lihat KJV.
Dan dalam tafsirannya
tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:
“the Prophet
could not properly nor wisely mention the human nature of Christ with the
divine, with reference to eternity. The Word of God, we know, was eternal; and
we know, that when the fulness of time came, as Paul says, Christ put on our
nature, (Gal. 4:4.) Hence the beginning of Christ as to the flesh was not so
old, if his existence be spoken of: to set them together then would have been
absurd.”
[= sang Nabi tidak
bisa secara tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia
dari Kristus dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu,
bahwa pada saat kegenapan waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus
memakai / mengenakan hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan dari Kristus berkenaan dengan daging tidaklah begitu tua, jika keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat mereka (keilahian dan kemanusiaan Kristus) bersama-sama
akan merupakan sesuatu yang menggelikan / konyol.] - hal 299.
Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem
Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit
bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang
permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.
Philip Schaff: “The
Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten
from eternity of the unbegotten Father. To this Athanasius refers the passage
concerning the Only-begotten who is in the bosom of the Father”
[= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan;
sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari
kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada
text tentang Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh
1:18)] -
‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.
Robert M. Bowman Jr.: “In
his ‘Prologue’ John contrasts the Word, which ‘was’ (EN, third person imperfect
form of EIMI) in the beginning, with his bringing into existence (EGENETO, the
third person singular indicative form of GENESTHAI) of all things (John 1:1-3).
... to say that the Word was continuing to exist at the beginning of created
time is simply another way of saying that the Word was eternal. By going on to
say that this uncreated Logos ‘became’ (egeneto)
flesh (1:14), John draws another contrast between the two natures of Christ. To
put it in the classic terminology of orthodox incarnational theology, Christ
was uncreated (EN) with respect to his deity, but created (EGENETO) with
respect to his humanity” [= Dalam
‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah ada
(EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan
pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari
GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman terus
ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain
untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa Logos
yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging (1:14),
Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk
mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox, Kristus
tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan keallahanNya, tetapi
diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s Witnesses,
Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.