KRISTOLOGI (2)-Yesus Kristus Sungguh-sungguh Allah:Anak Allah.
Oleh:pdt.budi asali, m.div.
I) Kristus adalah sungguh-sungguh Allah.
1) Yesus menyebut
diriNya sendiri ‘Anak Allah’.
Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian
berpendapat bahwa karena Yesus adalah Anak Allah, maka Ia bukan Allah.
Mereka juga berulangkali mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengclaim
diriNya sebagai Allah, tetapi selalu sebagai Anak Allah.
Jawaban:
a) Yesus memang tidak pernah menyatakan diri
sebagai ‘Allah’; Ia selalu menyatakan diri
sebagai ‘Anak
Allah’.
Tetapi perlu dipertanyakan pertanyaan ini: apakah kita harus membentuk
pemikiran / kepercayaan / ajaran tentang Yesus hanya berdasarkan kata-kata
Yesus sendiri saja, atau juga dari bagian-bagian Kitab Suci yang lain? Yang
dianggap sebagai Firman Tuhan itu hanya kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga
bagian-bagian lain dari Kitab Suci? Sekalipun Yesus sendiri tidak pernah
menyatakan diri sebagai ‘Allah’, tetapi banyak ayat-ayat Kitab Suci yang
menyatakan demikian, tetapi ini akan saya bahas belakangan.
b) Ingat bahwa suatu istilah dalam Kitab Suci
harus diartikan sesuai dengan pengertian penulisnya / orang jaman itu tentang
istilah tersebut, bukan dengan pengertian orang jaman sekarang tentang istilah
tersebut.
Tentang istilah ‘Anak Allah’ yang digunakan oleh Yesus
terhadap diriNya sendiri ini, banyak orang menyalah-artikan istilah ini, dengan
mengatakan bahwa istilah ‘Anak Allah’ menunjukkan bahwa dulu hanya ada Allah saja, yang
lalu beranak, dsb. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak setua / sekekal BapaNya.
Tetapi ini adalah penafsiran yang menggunakan pengertian orang jaman sekarang
tentang istilah ‘Anak
Allah’
itu. Padahal istilah itu digunakan sekitar 2000 tahun yang lalu di Palestina,
dan karena itu harus diartikan menurut pengertian orang-orang di sana pada
jaman itu.
Kalau begitu apa artinya?
Tentang istilah / gelar ‘Anak Allah’ bagi Yesus, W. E. Vine memberikan komentar sebagai
berikut: “absolute
Godhead, not Godhead in a secondary or derived sense, is intended in the title” (= keAllahan
yang mutlak, bukan keAllahan dalam arti sekunder atau yang didapatkan, yang
dimaksudkan dalam gelar tersebut) - ‘An Expository Dictionary of New Testament
Words’, hal 1061.
Tetapi, apa dasarnya
pandangan seperti ini?
1. Kita bisa mendapat jawabannya dengan
membandingkan istilah ‘Anak
Allah’
dengan istilah ‘Anak  Manusia’, yang sama-sama merupakan gelar / sebutan
yang sangat sering digunakan oleh Yesus untuk diriNya sendiri. Kalau istilah ‘Anak  Manusia’ diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul
manusia’,
maka istilah ‘Anak
Allah’
harus diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul Allah’.
Maz 8:5 - “apakah manusia,
sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga
Engkau mengindahkannya?”.
Dalam ayat ini jelas ada dua
kalimat paralel, yang artinya sama, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda.
Jadi, ‘anak manusia’ sama dengan ‘manusia’!
2. Bandingkan dengan Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di
perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
Pikirkan ayat ini! Mereka menganggap Yesus betul-betul
adalah Anak Allah, dan karena itu mereka lalu menyembah Dia. Kalau mereka
menganggap bahwa ‘Anak
Allah’ itu ‘bukan Allah’, atau ‘lebih rendah dari Allah’, maka mungkinkah mereka, yang adalah orang-orang
Yahudi (bangsa monotheist, yang hanya menyembah Allah saja), lalu menyembah
Dia? Dari ayat ini jelas bahwa mereka menganggap istilah ‘Anak Allah’ berarti ‘Allah sendiri’.
3. Bandingkan dengan Yoh 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu
bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang
Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan
hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri
dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.”.
NIV/NASB: ‘making himself equal with
God’ (= membuat diriNya sendiri setara dengan Allah).
Di sini terlihat dengan
jelas bahwa pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai ‘Anak Allah’, orang-orang Yahudi pada
saat itu mengerti bahwa kata-kata itu berarti bahwa Yesus menganggap diri
sehakekat dengan Allah, atau menyamakan diri dengan Allah, atau menganggap diri
setara dengan Allah. Ini mereka anggap sebagai penghujatan terhadap Allah, dan
karena itu mereka mau merajam Yesus.
Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian
menganggap bahwa penyetaraan Yesus dengan Allah itu hanya merupakan anggapan
/ penafsiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang pengakuan Yesus
sebagai Anak Allah.
Jawaban:
Kalau itu memang merupakan
pemikiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang kata-kata Yesus itu, mengapa
Yesus tidak mengoreksi pemikiran yang salah itu?
4. Yoh 19:7
- “Jawab
orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu
Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.’”.
Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia menganggap
diriNya sebagai Anak Allah’ adalah ‘Ia
membuat diriNya sendiri Anak Allah’.
Bdk. Mark 14:61-64 - “(61) Tetapi  Ia 
Pengakuan Yesus bahwa diriNya adalah Anak Allah
membuat orang-orang Yahudi itu menganggapNya menghujat Allah, sehingga mereka
menganggap bahwa Ia harus dihukum mati. Dan lagi-lagi, tidak ada bantahan /
pengkoreksian dari Yesus terhadap tuduhan tersebut.
2) Ada 
a) Maz 45:7-8
- “(7) Takhtamu
kepunyaan (ya) Allah, tetap
untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat
kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu
Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan,
melebihi teman-teman sekutumu.”.
Alkitab Indonesia 
KJV: ‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, ya
Allah).
Juga ayat ini
dikutip dalam Ibr 1:8-9.
Ibr 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak  Ia 
Catatan: anehnya di sini Alkitab Indonesia 
b) Yes
9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada
di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”.
Istilah
‘Allah yang perkasa’ ini muncul lagi dalam Yes 10:21.
Yes 10:20-21 - “(20)
Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum
keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi
akan bersandar kepada TUHAN,
Yang Mahakudus, Allah
Israel, dan tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub
akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa.”.
Di sini istilah ini diterapkan kepada Yahweh / Allah Israel 
c) Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.”.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada
Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
d) Yoh 1:18
- “Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak
Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.
Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi itu.
NWT: ‘the only begotten god’ (= satu-satunya
allah yang diperanakkan).
TDB:  “satu-satunya
allah yang diperanakkan”.
Catatan: NWT (New World Translation) dan TDB
(Terjemahan Dunia Baru) adalah Kitab Suci Saksi Yehuwa.
NASB: ‘the only
begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem (= problem text, dimana
ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain). Ada 
1. ‘the only begotten’ (= satu-satunya yang diperanakkan).
2. ‘the only begotten Son’ (= satu-satunya Anak yang diperanakkan).
3. ‘the only begotten Son of God’ (= satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan).
4. ‘(the) only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan bahwa ada definite
article / kata sandang tertentu (‘the only begotten God’),
tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak digunakan definite article
/ kata sandang tertentu (‘only begotten God’).
Kebanyakan penafsir menganggap bahwa manuscript yang
keempatlah yang benar, dengan alasan:
1. Ini didukung
oleh manuscript yang paling kuno.
Makin kuno suatu manuscript, makin dekat manuscript
itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin dipercaya. Makin
baru suatu manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah aslinya sehingga
makin tidak dipercaya.
Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis
langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang dianggap sebagai infallible
dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph
ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan atau
manuscript-manuscript, yang sudah mengandung kesalahan.
2. Ini
merupakan ‘bacaan
yang lebih sukar’ (‘more difficult
reading’).
Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan
yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima, berdasarkan suatu
anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari ‘yang tidak
masuk akal’ menjadi ‘yang masuk
akal’, dari pada mengubah dari ‘yang masuk
akal’ menjadi ‘yang tidak
masuk akal’. Dengan kata lain,
penyalin manuscript itu mungkin sekali mempermudah bacaan, tetapi tidak mungkin
mempersukar bacaan.
Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no
1, maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya menjadi no 2 atau no 3, dan
lebih-lebih tidak mungkin ada penyalin yang mengubah menjadi yang no 4, yang
‘begitu tidak masuk akal’.
Demikian juga kalau yang benar adalah no 2 atau no 3.
Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin sekali
penyalin menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia menganggapnya sebagai
pasti salah, sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.
Pada waktu Yesus disebut dengan istilah ‘only begotten God’ (= satu-satunya Allah
yang diperanakkan), maka:
a. Secara
implicit ini menunjukkan bahwa ada
semacam kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah yang diperanakkan, dan ada
yang tidak) sehingga juga bisa digunakan sebagai dasar dari Allah Tritunggal.
BACA JUGA: BUKTI PRA EKSISTENSI DAN KEKEKALAN KRISTUS
b. Ini
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini
juga menjadi dasar dari doktrin ‘the
eternal generation of the Son’, yang mengajarkan bahwa Anak diperanakkan
secara kekal oleh Bapa.
c. Ini
menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi
Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan Ia diperanakkan. Jadi , Ia 
e) Yoh 20:28 - “Tomas menjawab
Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Tomas mengatakan
demikian hanya sebagai seruan keheranan / karena kaget. Tetapi ini sama sekali
tidak mungkin, karena:
1. Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus.
NASB (Literal /
hurufiah): “Thomas
answered and said to Him, ‘My Lord and my God!’” (= Tomas menjawab
dan berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’).
Perhatikan bahwa dalam
terjemahan NASB, yang memang menterjemahkan secara hurufiah ini, dikatakan
bahwa ‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya’. Kalau seseorang
mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya
Allah’, karena kaget, ia sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada
siapapun. Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget, lalu
berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’. Tidak, ia
betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa Tomas
mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.
2. A. H. Strong mengatakan bahwa kebiasaan
menyebut nama Allah pada saat kaget seperti itu tidak ada dalam kalangan
Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama Allah dengan sembarangan
/ sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).
Satu hal lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan ayat ini adalah
bahwa Yesus bukan saja tidak menegur / memarahi / menyalahkan Tomas atas
kata-katanya itu, tetapi Yesus bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam
Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menerima, dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ oleh Tomas
terhadap diriNya itu.
