PROVIDENCE OF GOD (10):Terjadinya Dosa.
Pdt.Budi Asali, m.div.
B) Terjadinya dosa.
1) Dalam
hal ini Allah bekerja secara pasif.
Dalam terjadinya hal-hal yang baik,
Allah bekerja secara aktif. Dengan kasih
karuniaNya, Allah mengekang / menahan manusia sehingga tidak berbuat dosa,
bahkan bisa berbuat baik.
Tetapi dalam terjadinya dosa, Allah
bekerja secara pasif. Ia mengangkat kasih karuniaNya itu yang memang Ia tidak
punya kewajiban untuk berikan kepada siapapun), dan dosapun terjadi.
Perhatikan:
a) Istilah ‘Allah menyerahkan’ dalam Ro 1:24,26,28.
Ro 1:24-28 - “(24) Karena itu Allah
menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran,
sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan
kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan
Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang
memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar
dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan
yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang
terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan
laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang
setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu
untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka
kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak
pantas:”.
Calvin
(tentang Ro 1:24):
“It
is indeed certain, that he not only permits men to fall into sin, by allowing
them to do so, and by conniving at them; but that he also, by his equitable
judgment, so arranges things, that they are led and carried into such madness
by their own lusts, as well as by the devil. He therefore adopts the word, ‘give up,’ according to the constant
usage of Scripture; which word they forcibly wrest, who think that we are led
into sin only by the permission of God: for as Satan is the minister of God’s
wrath, and as it were the executioner, so he is armed against us, not through
the connivance, but by the command of his judge. ... we must make this
exception, that the cause of sin is not from God,
the roots of which ever abide in the sinner himself;” [= Memang pasti, bahwa Ia bukan hanya mengijinkan
manusia jatuh ke dalam dosa, dengan mengijinkan mereka melakukan demikian, dan
dengan mengijinkan secara diam-diam / pura-pura tidak tahu akan mereka; tetapi
bahwa Ia juga, oleh penghakimanNya yang adil,
mengatur hal-hal sedemikian rupa, sehingga mereka dibimbing dan dibawa ke dalam
kegilaan seperti itu oleh nafsu mereka sendiri, maupun oleh setan.
Karena itu ia menggunakan kata ‘menyerahkan’, menurut penggunaan yang tetap
dalam Kitab Suci; kata mana mereka puntir dengan paksa, yang mengira bahwa kita
dibimbing ke dalam dosa hanya oleh ijin Allah: karena Iblis adalah pelayan dari
murka Allah, dan juga algojonya, sehingga ia dipersenjatai menentang kita,
bukan melalui ijin / pura-pura tidak tahu, tetapi oleh perintah dari Hakimnya.
... kita harus membuat perkecualian ini, bahwa penyebab
dosa bukan dari Allah, akar-akar mana selalu ada / tinggal dalam
diri orang berdosa itu sendiri;].
Catatan: saya tak setuju
dengan kata-kata yang warna hijau; karena Allah memang adalah penyebab pertama
dari segala sesuatu. Saya tak tahu dalam arti apa Calvin mengatakan kata-kata
itu.
Bdk. Maz 81:12-13 - “(12)
Tetapi umatKu tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel tidak suka kepadaKu. (13)
Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan
hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti
rencananya sendiri!”.
Ini menunjukkan bahwa Allah mencabut
kasih karuniaNya yang tadinya menahan manusia untuk berbuat dosa, sehingga
dosapun terjadi.
b) Kis 14:16 - “Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya
masing-masing,”.
c) Yes 64:7 - “Tidak ada yang memanggil namaMu atau yang bangkit
untuk berpegang kepadaMu; sebab Engkau
menyembunyikan wajahMu terhadap kami, dan menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami.”.
Jadi,
penyembunyian wajah Allah itu boleh dikatakan diidentikkan atau menyebabkan
kita dikuasai oleh dosa. Tetapi ayat ini diterjemahkan dalam 2 versi. RSV/NASB
menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia , tetapi KJV/NIV berbeda.
RSV:
‘for thou hast hid thy face from us, and hast delivered us into the hand of
our iniquities’ [= sebab Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami, dan
telah menyerahkan kami ke dalam tangan dari kejahatan-kejahatan kami].
NASB:
‘For Thou hast hidden Thy face from us, And hast delivered us into the
power of our iniquities’ [= Sebab Engkau telah menyembunyikan wajahMu
dari kami, Dan telah menyerahkan kami ke dalam kuasa dari kejahatan-kejahatan
kami].
KJV: ‘for thou hast hid thy face from us,
and hast consumed us, because of our iniquities’ [= karena Engkau telah
menyembunyikan wajahMu dari kami, dan telah menghabiskan kami, karena
kejahatan-kejahatan kami].
NIV:
‘for you have hidden your face from us and made us waste away because of
our sins’ [= karena Engkau telah menyembunyikan
wajahMu dari kami dan membuat kami merana karena dosa-dosa kami].
Catatan: Kitab Suci sering menyatakan seolah-olah
Allah bekerja secara aktif dalam
terjadinya dosa. Untuk ini lihat komentar Calvin di bawah ini, dan juga no 2a
di bawah.
Calvin: “For after his
light is removed, nothing but darkness and blindness remains. When his Spirit
is taken away, our hearts harden into stones. When his guidance ceases, they
are wrenched into crookedness. Thus it is properly said that he blinds,
hardens, and bends those whom he has deprived of the power of seeing, obeying,
and rightly following.”
[= Karena setelah terangNya disingkirkan, tidak ada apapun kecuali kegelapan
dan kebutaan yang tertinggal. Pada waktu RohNya diambil, hati kita mengeras
menjadi batu. Pada waktu bimbinganNya berhenti, mereka dipelintir sehingga
menjadi bengkok. Jadi bisa dikatakan secara benar
bahwa Ia membutakan, mengeraskan hati, dan membengkokkan mereka dari siapa Ia
mencabut / menghilangkan kuasa untuk melihat, mentaati dan mengikut dengan
benar.]
- ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book II, Chapter IV, No 3.
2) Allah
sebagai ‘first cause’ [= penyebab
pertama] menggunakan ‘second causes’ [=
penyebab-penyebab kedua] sehingga dosa terjadi sesuai dengan rencanaNya.
a) Allah
sebagai first cause [= penyebab
pertama].
Allah merupakan ‘first cause’ dari segala sesuatu (termasuk dosa) karena Ialah yang
menetapkan / merencanakan segala sesuatu dan mengatur pelaksanaan seluruh
rencanaNya itu. Karena Allah adalah ‘first cause’ dari segala sesuatu inilah
maka Allah sering digambarkan seakan-akan Ia adalah pelaku langsung / aktif
dari sesuatu yang dalam faktanya tidak Ia lakukan secara langsung / aktif.
Misalnya:
1. Allah ‘menyuruh’ Yusuf ke Mesir (Kej 45:5,7,8 bdk. Maz 105:17).
Kej 45:5,7-8 - “(5) Tetapi
sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu
menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. ... (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk
menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga
sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah
kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa
bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh
tanah Mesir.”.
Bdk. Maz 105:17
- “diutusNyalah seorang mendahului mereka: Yusuf,
yang dijual menjadi budak.”.
2. Allah mengeraskan hati Firaun (Kel 4:21b 7:3
9:12 10:1,20,27 11:10).
Kel 4:21 - “Firman
TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah,
supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di
depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya,
sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.”.
3. Ayub mengatakan bahwa Tuhanlah yang mengambil
harta dan anak-anaknya (Ayub 1:21).
Ayub 1:21
- “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku,
dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN
yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!’”.
4. Daud mengatakan bahwa Tuhanlah yang menyuruh
Simei mengutukinya (2Sam 16:10-11).
2Sam 16:10-11 - “(10) Tetapi kata raja: ‘Apakah urusanku dengan
kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud,
siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?’ (11) Pula kata Daud kepada
Abisai dan kepada semua pegawainya: ‘Sedangkan anak kandungku ingin mencabut
nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah
ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman
kepadanya demikian.”.
5. Tuhan menghasut Daud untuk mengadakan sensus
(2Sam 24:1).
2Sam 24:1 - “Bangkitlah pula
murka TUHAN terhadap orang Israel ; Ia menghasut
Daud melawan mereka, firmanNya: ‘Pergilah, hitunglah orang Israel
dan orang Yehuda.’”.
Bdk. 1Taw 21:1 - “Iblis bangkit melawan
orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. ”.
Dua ayat ini tidak akan bisa
diharmoniskan, kecuali kita menerima doktrin yang sedang kita pelajari ini.
Ini bukan merupakan sesuatu yang aneh,
karena kalau saya membangun sebuah rumah, sekalipun saya membangun rumah itu
menggunakan orang lain (pemborong, kuli dsb) dan tidak membangunnya sendiri,
saya tetap bisa berkata bahwa sayalah yang membangun rumah.
b) Allah menggunakan ‘second causes’ [= penyebab-penyebab kedua].
Dalam terjadinya dosa, Allah tidak
bertindak langsung / aktif, tetapi menggunakan ‘second causes’ [= penyebab-penyebab kedua]. Yang bisa dijadikan
sebagai ‘second causes’, adalah:
1. Setan.
Tentang Firaun yang dikeraskan hatinya
oleh Allah, Calvin berkata: “Did he harden it by not
softening it? This is indeed true, but he did something more. He turned Pharaoh
over to Satan to be confirmed in the obstinacy of his breast.” [= Apakah Ia mengeraskannya dengan tidak
melunakkannya? Ini memang benar, tetapi Ia melakukan sesuatu yang lebih
dari itu. Ia menyerahkan Firaun kepada Setan untuk
diteguhkan dalam kekerasan hatinya.] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, Chapter IV, No 4.
Contoh:
a. Ayub 1:15,17 - “(15) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan
merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang
luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ ... (17) Sementara
orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Orang-orang Kasdim
membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul
penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat
memberitahukan hal itu kepada tuan.’”.
Di sini Allah menggunakan setan untuk
menggoda orang-orang Syeba dan Kasdim sehingga mereka berbuat dosa dengan
merampok harta Ayub.
b. 1Sam 16:14
18:10 19:9 - ‘roh jahat dari pada
Tuhan’. Ini pasti menunjuk kepada setan.
1Sam 16:14 - “Tetapi
Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN.”.
1Sam 18:10 - “Keesokan
harinya roh jahat yang dari pada Allah
itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan
di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari. Adapun
Saul ada tombak di tangannya.”.
Catatan: untuk kata ‘kerasukan’, KJV/NIV menterjemahkan ‘bernubuat’, tetapi RSV/NASB menterjemahkan ‘mengoceh’.
1Sam 19:9 - “Tetapi roh jahat yang dari pada TUHAN hinggap pada Saul,
ketika ia duduk di rumahnya, dengan tombaknya di tangannya; dan Daud sedang
main kecapi.”.
Calvin: “One passage
will however be enough to show that Satan intervenes to stir up the reprobate
whenever the Lord by his providence destines them to one end or another. For in
Samuel it is often said that ‘an evil spirit of the Lord’ and ‘an evil spirit
from the Lord’ has either ‘seized’ or ‘departed from’ Saul (1Sam. 16:14; 18:10;
19:9). It is unlawful to refer this to the Holy Spirit. Therefore, the impure
spirit is called ‘spirit of God’ because it responds to his will and power, and
acts rather as God’s instrument than by itself as the author.” [= Satu text akan cukup untuk
menunjukkan bahwa Setan campur tangan untuk menghasut orang yang ditentukan
untuk binasa kapanpun Tuhan, oleh providensiaNya, menentukan mereka ke suatu
titik tertentu. Karena dalam kitab Samuel sering dikatakan bahwa ‘roh jahat
dari pada Tuhan’ dan ‘roh jahat dari Tuhan’ telah ‘mencekam / menguasai’ atau ‘meninggalkan’ Saul (1Sam 16:14; 18:10;
19:9). Ini tidak boleh diartikan untuk menunjuk kepada Roh Kudus. Karena itu, roh yang kotor / najis itu disebut ‘roh dari Allah’ karena
roh itu menanggapi kehendak dan kuasaNya, dan bertindak lebih sebagai alat
Allah dari pada dari dirinya sendiri sebagai pencipta.] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, Chapter IV, No 5.
Catatan: dalam kata-kata ‘meninggalkan Saul’, saya yakin Calvin bukan
memaksudkan 1Sam 16:14a, karena itu memang menunjuk kepada Roh Kudus. Ia pasti
memaksudkan 1Sam 16:23.
1Sam 16:23 - “Dan
setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil
kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.”.
c. 1Raja 22:19-23 - Di sini Allah menggunakan
setan / roh jahat untuk menggoda nabi-nabi palsu sehingga nabi-nabi palsu itu
mengeluarkan suatu dusta.
1Raja 22:19-23
- “(19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN.
Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara
sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk
maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang
berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia
berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut
semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau
akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu,
sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam
mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk
menimpakan malapetaka kepadamu.’”.
Calvin: “God wills that
the false king Ahab be deceived; the devil offers his services to this end; he
is sent, with a definite command, to be a lying spirit in the mouth of all the
prophets (1Kings 22:20,22). If the blinding and insanity of Ahab be God’s
judgment, the figment of bare permission vanishes: because it would be
ridiculous for the Judge only to permit what he wills to be done, and not also
to decree it and to command its execution by his ministers.” [= Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak
benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini; ia dikirim,
dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta dalam mulut semua nabi-nabi
itu (1Raja 22:20,22). Jika pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman
Allah, isapan jempol tentang ‘sekedar ijin’ hilang:
karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk
hanya mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga
menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.
d. 2Sam 24:1 - “Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap
orang Israel ; Ia menghasut
Daud melawan mereka, firmanNya: ‘Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda.’”.
1Taw 21:1 - “Iblis bangkit
melawan orang Israel dan ia
membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. ”.
Kedua ayat di atas ini paralel, dan
sama-sama berbicara tentang dosa Daud yang dalam kesombongannya melakukan
sensus, tetapi 2Sam 24:1 mengatakan bahwa Tuhan yang menghasut Daud untuk
melakukan hal itu, sedangkan 1Taw 21:1 mengatakan bahwa Iblislah yang
membujuk Daud melakukan hal itu. Apakah kedua ayat ini bertentangan? Bagi
orang yang menolak doktrin Reformed ini maka kedua ayat ini pasti bertentangan
dan tidak bisa diharmoniskan. Tetapi bagi orang Reformed yang sejati, kedua
ayat ini tidak menimbulkan problem. 2Sam 24:1 mengatakan bahwa Allahlah
yang menghasut Daud, untuk menunjukkan bahwa Allah adalah ‘first cause’ [= penyebab pertama] dari peristiwa itu; sedangkan
1Taw 21:1 mengatakan bahwa Iblislah yang membujuk Daud, karena Allah
memakainya sebagai ‘second cause’ [=
penyebab kedua] untuk menjatuhkan Daud ke dalam dosa sesuai dengan rencanaNya.
2. Manusia.
Contoh:
a. 1Raja 22:19-23 - di sini Tuhan menggunakan
nabi-nabi palsu untuk mendustai Ahab sehingga ia melakukan sesuatu yang salah
yaitu berperang, dan akhirnya mati dalam peperangan itu.
b. Mat 24:4-5 - Tuhan menggunakan penyesat /
nabi palsu untuk menyesatkan banyak orang.
Mat 24:4-5
- “(4) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Waspadalah supaya
jangan ada orang yang menyesatkan kamu! (5) Sebab banyak orang akan datang
dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan
banyak orang.”.
Sikap yang benar terhadap terhadap second cause.
John Calvin: “Meanwhile,
nevertheless, a godly man will not overlook the
secondary causes. And indeed, he will not, just because
he thinks those from whom he has received benefit are ministers of the divine
goodness, pass them over, as if they had deserved no thanks for their human
kindness; but from the bottom of his heart will feel himself beholden to them,
willingly confess his obligation, and earnestly try as best he can to render
thanks and as occasion presents itself. In short, for benefits received he will
reverence and praise the Lord as their principal author, but will honor men as
his ministers; and will know what is in fact true: it is by God’s will that he
is beholden to those through whose hand God willed to be beneficent. If this
godly man suffers any loss because of negligence or imprudence, he will
conclude that it came about by the Lord’s will, but also impute it to himself.
Suppose a disease should carry off anyone whom he treated negligently, although
it was his duty to take care of him. Even though he knows that this person had
come to an impassable boundary, he will not on this account deem his misdeed
less serious; rather, because he did not faithfully discharge his duty toward
him, he will take it that through the fault of his negligence the latter had
perished. Where fraud or premeditated malice enters into the committing of
either murder or theft, he will even less excuse such a crime on the pretext of
divine providence; but in this same evil deed he will clearly contemplate God’s
righteousness and man’s wickedness, as each clearly shows itself.” - ‘Institutes of The Christian Religion’,
Book I, Chapter 17, No 9.
Catatan: saya tidak
menterjemahkan bagian ini tetapi menceritakannya dengan kata-kata saya sendiri
di bawah ini.
Baik
dalam hal yang baik maupun buruk / jahat, Allah menggunakan second causes /
penyebab-penyebab kedua.
Pada
waktu ada penyebab kedua yang membawa kebaikan bagi kita, misalnya menolong kita
dari problem yang kita alami, kita tak boleh mengabaikan second cause itu
dengan berpikir bahwa toh first cause-nya adalah Tuhan sendiri. Kita memang
harus berterima kasih kepada Tuhan sebagai First Cause, tetapi kita tetap juga
harus berterima kasih kepada orang yang Tuhan gunakan sebagai second cause itu.
Sebaliknya
pada waktu Tuhan menggunakan second cause untuk melakukan hal-hal yang buruk /
jahat terhadap kita, itu tak berarti orang yang menjadi second cause itu tidak
bersalah. Dan kalau Tuhan menyebabkan bencana karena kelalaian kita sendiri,
maka kita sendiri tetap juga bersalah.
Kedua point di atas (Allah bekerja secara pasif
& adanya penggunaan ‘second causes’)
menyebabkan Allah bukanlah pencipta dosa (God
is not the author of sin).