Mujijat
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Pandangan Kharismatik tentang mujijat dan tanggapan /
jawabannya:
I) Orang kristen harus terus / selalu
mengalami mujijat seperti pada jaman Kitab Suci.
Tanggapan saya:
1) Dalam
Kitab Suci sekalipun mujijat tidak dilakukan / dialami oleh tiap orang percaya
pada setiap saat!
Mari kita melihat
mujijat-mujijat dalam setiap jaman dalam Kitab Suci:
·
Mulai
Adam dan Hawa sampai Nuh, hanya tercatat 1 mujijat, yaitu pengangkatan Henokh
(Kej 5:24).
·
Mulai
Nuh sampai Abraham, juga tercatat hanya 1 mujijat, yaitu peristiwa menara Babil
(Kej 11:1-9).
·
Mulai
Abraham sampai Yusuf, ada beberapa mujijat, tetapi bisa dikatakan bahwa pada
masa ini tetap jarang sekali terjadi mujijat.
·
Selama
bangsa Israel di Mesir (lebih kurang 400 tahun), boleh dikata-kan tidak ada
mujijat.
·
Jaman
Musa dan Yosua, banyak sekali mujijat.
·
Jaman
Hakim-hakim, kadang-kadang saja ada mujijat.
·
Jaman
Saul, Daud dan Salomo, jarang sekali ada mujijat.
·
Jaman
raja-raja (setelah Israel pecah menjadi dua), jarang sekali ada mujijat.
·
Jaman
Elia, Elisa, dan nabi-nabi, banyak
sekali mujijat.
·
Jaman
Ezra dan Nehemia (setelah kembali dari pembuangan Babil-onia), tidak ada
mujijat.
·
selama
400 tahun antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak ada mujijat.
·
Pada
masa Yohanes Pembaptis dikatakan bahwa ia tidak melakukan satu tandapun (Yoh
10:41).
·
Pada
masa tiga setengah tahun pelayanan Yesus, ada banyak sekali mujijat.
·
Pada
jaman rasul-rasul, juga ada banyak
sekali mujijat.
Kesimpulannya: dalam Kitab Suci
mujijat-mujijat itu bergerombol di 4 tempat / masa yaitu:
a) Jaman
Musa dan Yosua.
b) Jaman
Elia, Elisa dan nabi-nabi.
c) Jaman
pelayanan Tuhan Yesus.
d) Jaman
rasul-rasul.
Pertanyaannya adalah: mengapa
mujijat-mujijat itu bergerombol seperti itu? John Stott menjawab sebagai
berikut:
“The
major purpose of miracles was to authenticate each fresh stage of revelation” (= tujuan utama dari
mujijat-mujijat adalah membuktikan / mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu /
penyataan) - John
R. W. Stott, ‘Baptism and Fullness’,
p 97.
Dasar Kitab Suci: Kel 19:9 Kis 14:3
2Kor 12:12 Ibr 2:3,4.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
orang-orang tertentu bisa melakukan mujijat untuk membuktikan bahwa mereka
adalah nabi / rasul dan untuk membuktikan / mengesahkan bahwa ajaran mereka
betul-betul datang dari Allah.
2) Sekarang
Kitab Suci sudah lengkap. Tidak ada wahyu yang baru lagi!
Memang banyak orang Kharismatik yang
percaya bahwa sekarangpun masih ada wahyu Allah. Perhatikan kutipan di bawah
ini:
“Kunci penulisan buku ini ialah
hikmat dan wahyu yang bergantung pada kenyataan keberadaan Yesus yang tidak
pernah berubah baik kemarin, hari ini dan untuk selama-lamanya (Ibr 13:8 ...”.
“Demikian pula halnya pengalaman
para nabi dan rasul dalam penerimaan hikmat dan wahyu seperti yang kami alami”.
“Pelayanan kami mengalami
perkembangan melalui kuasa pernyataan FirmanNya yang Mujizat dan yang nyata
melalui peranan theologia sempurna: hikmat dan wahyu”.
“Oleh kemurahan Tuhan, melalui
getaran hikmat dan wahyu ini, Tuhan mulai memakai kami, masing-masing David
berusia 6 1/2 tahun dan Ribka 5 tahun, dalam penglihatan dan pendengaran
rohani. Hal ini terus berlangsung hingga kini sesudah kami dipakai Tuhan untuk
berkhotbah (David 8 tahun dan Ribka 6 1/2 tahun)”.
“Sewaktu penulis menulis buku ini
akal pikirannya dipengaruhi / dikuasai oleh Roh Kudus”.
“Wahyu adalah perkataan Kristus
yang diterima secara langsung oleh roh manusia / penulis yang selanjutnya
dicetuskan dalam penulisan buku ini melalui penglihatan dan pendengaran rohani.
Di dalam buku ini kita dapat menemukan kata ‘Aku’ maksudnya adalah Tuhan yang
berbicara kepada penulis / berdialog dalam alam roh” - (David dan Ribka Moningka,
‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal III,IV,VI).
Tetapi kalau memang jaman sekarang ini
masih ada wahyu Tuhan, itu berarti bahwa wahyu yang baru itu harus dijadikan
Kitab Suci jilid II! Ini berarti menambahi Kitab Suci / Firman Tuhan!
Bandingkan ini dengan ayat-ayat seperti Ul 4:2
Ul 12:32 Amsal 30:6 Mat 5:19
Wah 22:18-19 yang jelas mengajarkan bahwa kita tidak boleh menambahi
ataupun mengurangi Kitab Suci / Firman Tuhan.
Karena jaman sekarang tidak ada wahyu
lagi, dan karena fungsi utama dari mujijat adalah membuktikan / mengesahkan
wahyu Tuhan, maka jelas bahwa pada jaman sekarang mujijat harus berkurang
frekwensinya. Tetapi ingat, jangan sampai kita terjerumus ke dalam pandangan
golong-an Liberal yang sama sekali tidak percaya mujijat. Itu jelas adalah
pan-dangan yang tidak alkitabiah. Mujijat tetap ada, tetapi tidak bisa
diharap-kan terjadi sesering seperti dalam Kitab Suci. Ingat bahwa sekalipun
tujuan utama dari mujijat adalah mengesahkan wahyu Tuhan, tetapi tetap
ada tujuan yang lain.
John Stott:
“What
then, should be our response to miraculous claims today? It should be neither a
stubborn incredulity (‘but miracles don’t happen today’) nor an uncritical
gullibility (‘of course! miracles are happening all the time’), but rather a
spirit of open-minded enquiry: ‘I don’t expect miracles as a common-place
today, because the special revelation they were given to authenticate is
complete; but of course God is sovereign and God is free, and there may well be
particular situation in which he pleases to perform them’” [= Lalu apa tanggapan kita yang
seharusnya terhadap claim mujijat jaman ini? Bukan suatu ketidakpercayaan yang
bandel (‘tetapi mujijat tidak terjadi pada jaman ini’), juga bukan sikap mudah
tertipu yang tidak kritis (‘tentu saja! mujijat terus terjadi setiap waktu’),
tetapi suatu roh penyelidikan dengan pikiran terbuka: ‘Aku tidak mengharapkan
mujijat sebagai kejadian sehari-hari, karena wahyu khusus, terhadap mana mereka
diberikan untuk menge-sahkan, telah lengkap; tetapi tentu saja Allah itu
berdaulat dan Allah itu be-bas, dan mungkin saja ada suatu situasi tertentu
dimana Ia berkenan untuk melakukan mujijat] - John R. W. Stott, ‘Baptism
and Fullness’, p 98-99.
3) Mujijat
adalah suatu peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam atau bertentangan
dengan apa yang biasanya terjadi.
Misalnya: manusia tidak bisa berjalan
di atas air. Ini adalah hukum alam dan inilah yang biasanya terjadi. Pada saat
Yesus dan Petrus bisa berjalan di atas air, itu bertentangan dengan hukum alam
/ apa yang biasanya terjadi. Jadi, itu adalah mujijat.
Sekarang, kalau mujijat itu harus selalu
terjadi (terus menerus), maka mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa terjadi
dan mujijat itu bukan lagi mujijat!
John Stott berkata:
“...
a miracle by definition is an extraordinary event, a creative deviation from
God’s normal and natural ways of working. If miracles were to become
commonplace they would cease to be miracles” (= ... definisi mujijat adalah suatu kejadian yang
luar biasa, suatu penyimpangan dari cara kerja Allah yang normal dan alamiah.
Kalau mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa / terjadi sehari-hari, maka
mujijat itu berhenti menjadi mujijat) - John R. W. Stott, ‘Baptism
and Fullness’, p 96.
Misalnya semua orang bisa berjalan di
atas air, bukankah hal itu menjadi hal biasa / lumrah, dan bukan lagi merupakan
mujijat? Dan sebaliknya bukankah orang yang tenggelam justru menjadi sesuatu
yang luar biasa / mujijat?
Jadi, menghendaki mujijat terjadi terus
menerus adalah suatu omong kosong yang tolol. Bahkan pada jaman Yesus dan
rasul-rasulpun mujijat tidak terjadi secara terus menerus! Bdk. Mat
26:53-54 Kis 4:1-22 Kis 5:26-42
Kis 7:57-60 Kis 9:23-25 Kis 12:1-2
Kis 14:19-20 Kis 27. Dalam semua
ayat-ayat ini tidak terjadi mujijat padahal bisa dikatakan ‘dibutuh-kan
mujijat’ karena adanya kematian, atau bahaya / penganiayaan di depan mata.
II) Orang kristen (protestan) tidak mengalami
mujijat karena mereka tidak percaya / mengharapkan mujijat.
Ayat-ayat yang dipakai sebagai dasar
pandangan ini ialah: Mark 6:5 Mat
17:19-20 Mark 11:22-24.
Juga perhatikan kutipan di bawah ini:
“Ada begitu banyak umatKu yang
menutup mata dari setiap ren-canaKu. Mereka bertanya-tanya apakah Aku masih
terus bekerja hingga saat ini ...
Mereka pula bertanya-tanya mengapa
mereka sama sekali tidak mengalami bukti pekerjaanKu. Ketahuilah ... bagaimana
Aku dapat menyatakan bukti kuasaKu kepada mereka jika mereka akhirnya tidak dapat
menerima dan tidak dapat mengakui hal itu sebagai pernyataan kuasaKu yang
berlaku hingga saat ini. Aku tidak pernah dan memang tidak akan pernah berubah.
Demikian pula halnya dengan keajaibanKu ...
Mereka tidak akan mengalami mujizat
kemenangan yang sempurna dalam segala perkara karena mereka sendiri yang
menutup diri dari hal demikian itu” - (David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang
Mujizat’, hal 1).
Tanggapan saya:
1) Memang
kadang-kadang Tuhan menjadikan iman sebagai syarat terja-dinya mujijat seperti
pada ayat-ayat yang dijadikan dasar di atas. Tetapi perlu diketahui bahwa
sering juga Tuhan melakukan mujijat, tanpa me-nuntut iman / sekalipun orangnya
tidak percaya bahwa mujijat akan ter-jadi.
Contoh:
·
Kebangkitan
Lazarus dalam Yoh 11. Tidak seorangpun, baik murid-murid Yesus, maupun
Maria atau Marta, dan lebih-lebih Lazarusnya yang sudah mati itu, yang percaya
/ mengharapkan terjadinya mujijat kebangkitan Lazarus dari antara orang mati,
tetapi toh mujijat itu ter-jadi!
·
Mat
11:20-24 menunjukkan bahwa orang-orang yang ada dalam kota itu adalah
orang-orang yang tak beriman / tak bertobat, tetapi toh banyak mujijat
dilakukan oleh Yesus di sana.
·
Dalam
Mark 6:5 sekalipun, juga terjadi mujijat (sekalipun tidak ba-nyak),
padahal orang-orangnya tidak percaya.
2) Sebaliknya,
ada banyak orang yang imannya hebat, tetapi tidak meng-alami mujijat.
Contoh:
·
Yohanes
Pembaptis dalam Yoh 10:41 Mat 14:1-12.
·
Paulus
dalam 2Kor 12:7-10.
Kesimpulannya: mujijat terjadi atau
tidak, tergantung pada kehendak Tuhan. Karena itu dalam menafsirkan ayat-ayat
seperti Mark 11:22-24, yang menun-jukkan bahwa doa yang disertai iman bisa
menghasilkan muijijat, kita juga harus memperhatikan ayat seperti 1Yoh 5:14
yang berbunyi: “Dan
inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau
kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.
III) Tuhan Yesus tidak berubah (Ibr 13:8).
Karena Yesus tidak berubah, maka kalau
dahulu Yesus melakukan banyak mujijat, sekarang pasti juga demikian.
Tanggapan saya:
Tuhan Yesus memang tidak berubah,
tetapi dalam hal apa? Dalam sifat-sifatNya! Baik dahulu, sekarang maupun
selama-lamanya Ia tetap maha kuasa, maha suci, maha adil, berdaulat, dsb. Jadi
memang sekarangpun Dia pasti bisa melakukan apa yang dahulu Ia pernah
lakukan. Tetapi kalau Yesus bisa melakukan, itu tidak berarti Ia mau
melakukan! Dalam Kitab Suci ditunjukkan banyak hal yang pernah Ia lakukan
tetapi tidak Ia lakukan lagi, seperti:
- peristiwa penciptaan alam semesta
beserta isinya (Kej 1-2 Yoh 1:1-3).
Ini pernah Ia lakukan tetapi tidak pernah Ia ulangi.
- inkarnasi, kematian dan
kebangkitanNya. Inipun Ia lakukan hanya satu kali saja.
- Ia pernah menyuruh Petrus berjalan
di atas air, tetapi Ia tidak pernah mengulang hal itu pada orang lain.
- Ia pernah menghancurkan dunia
dengan menggunakan air bah pada jaman Nuh (peristiwa dahsyat ini jelas
merupakan mujijat), tetapi Ia bah-kan berjanji tidak akan melakukan hal
itu lagi (Kej 9:11-17).
- Ia pernah memimpin bangsa Israel
dengan menggunakan tiang awan dan tiang api pada waktu mereka ada di
padang gurun (Kel 13:21-22), tetapi Ia tidak pernah mengulangi hal itu.
Kesimpulannya: kalau pada jaman ini Ia
melakukan hanya sedikit mujijat, itu tidak berarti Ia berubah!
IV) Kisah 2:17-19 mengharuskan banyak mujijat.
Tanggapan saya:
1) Kis
2:17-18:
a) ‘Bernubuat’.
Ada 2 penafsiran tentang kata
‘bernubuat’ ini:
·
memberitakan
Firman Tuhan setelah mendapat wahyu langsung dari Allah (seperti nabi-nabi
Perjanjian Lama).
·
memberitakan
Firman Tuhan setelah mendapat pengertian dari Ki-tab Suci (seperti pengkhotbah
jaman sekarang).
b) ‘Penglihatan
dan mimpi’.
Juga ada 2 penafsiran tentang kata-kata
ini:
·
kata-kata
ini diartikan secara hurufiah.
·
kata-kata
ini dianggap sebagai kiasan / simbol yang artinya: Allah akan menyatakan diri kepada
manusia (bdk. Bil 12:6).
Alasan untuk memilih tafsiran ke 2 ini
ialah: pada hari Pentakosta itu, tidak ada penglihatan ataupun mimpi, sehingga
kalau diarti-kan secara hurufiah, berarti nubuat ini tidak tergenapi.
Yang manapun yang benar dari arti-arti
ini, jelas bahwa semua ini sudah digenapi pada abad pertama itu.
2) Kis
2:19-20.
Ada 2 penafsiran juga tentang bagian
ini:
a) Ini menunjuk pada apa yang akan terjadi
menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang keduakalinya.
b) Ini adalah ancaman hukuman (kontras dengan
Kis 2:17-18 di atas).
Calvin mengatakan
bahwa:
·
‘matahari’
dan ‘bulan’ menunjuk pada kasih Allah.
·
‘kegelapan’,
‘api’, dan ‘darah’ menunjuk pada penghukuman / mur-ka Allah.
Arti kedua ini lebih cocok dengan
kontexnya karena:
¨ Kis 2:17-18 menunjukkan berkat Tuhan.
¨ Kis 2:19-20 menunjukkan ancaman hukuman
/ murka Allah.
¨ Kis 2:21 menunjukkan bahwa
sekalipun ada ancaman hukuman dalam Kis 2:19-20, tetapi orang yang percaya akan
selamat.
Kesimpulannya: Kis 2:17-20 tidak bisa
dijadikan dasar untuk berkata bahwa pada akhir jaman akan ada banyak mujijat.
Nubuat nabi Yoel itu sudah digenapi pada abad pertama, dan kata-kata ‘mujijat’
dan ‘tanda’ pada Kis 2:19 menunjuk pada ancaman hukuman.
V) Yoh 14:12 mengatakan bahwa orang percaya
akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan yang Yesus lakukan.
Tanggapan saya:
1) Yoh
14:10,11,12 masing-masing mengandung kata ‘pekerjaan-pekerjaan’. Ada
bermacam-macam penafsiran tentang arti kata tersebut:
a) Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ hanya menunjuk
pada mujijat-mujijat yang Yesus lakukan.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Pada saat menafsirkan Yoh 14:12,
kita harus memperhatikan fakta bahwa dalam Kitab Suci sekalipun tidak ada satu
rasulpun yang bisa melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih hebat
dari mujijat-mujijat yang Yesus lakukan! Jadi jelas bahwa kata ‘pekerjaan’
dalam Yoh 14:12 ini tidak mungkin sekedar diartikan ‘tindakan melakukan
mujijat’. Penafsiran seperti ini bertentangan dengan fakta dalam Kitab Suci
sendiri!
b) Pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang Yesus
lakukan.
Ada juga orang yang menambahkan bahwa
di dalam kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ itu juga tercakup kesembuhan jiwa dari
orang-orang yang bertobat karena pemberitaan Injil tersebut.
Calvin kelihatannya termasuk dalam
golongan kedua ini karena dalam tafsirannya tentang Yoh 14:12 ini ia berkata:
“Now
the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful
conversion in the world, in which the Divinity of Christ was more
powerfully displayed than while he dwelt among men. Thus, we see that the proof
of his Divinity was not confined to the person of Christ, but was diffused
through the whole body of the Church” (= Kenaikan Kristus ke surga segera disusul oleh suatu
pertobatan yang luar biasa dalam dunia, dimana keilahian Kristus
ditunjukkan dengan lebih hebat dari pada waktu Ia diam / tinggal di antara
manusia. Jadi, kita lihat bahwa bukti keilahianNya tidak dibatasi pada pribadi
Kristus, tetapi disebarkan dalam seluruh tubuh Gereja).
William Hendriksen juga termasuk dalam
golongan kedua ini. Ini terlihat dari kata-katanya di bawah (di bawah no 2b).
c) Gabungan a) dan b).
Kalau dilihat Yoh
14:10 maka kelihatannya arti b) yang lebih cocok.
Kalau dilihat Yoh
14:11 maka kelihatannya arti a) yang lebih cocok.
Karena itu ada orang
yang menggabungkan kedua arti ini.
Jadi, ‘pekerjaan’ = mujijat +
kesembuhan jiwa / pertobatan yang disebabkan karena Pemberitaan Injil / Firman
Tuhan.
Kalau pandangan ketiga ini yang benar,
maka sekalipun rasul-rasul / orang kristen melakukan mujijat lebih sedikit dari
Yesus (atau bahkan tidak melakukan mujijat sama sekali), tetapi tetap bisa
melakukan ‘pekerjaan’ yang lebih besar dari ‘pekerjaan’ Yesus, yaitu kalau
mereka mempertobatkan lebih banyak jiwa melalui pemberitaan Injil / Firman
Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Yesus.
2) Aspek
lain yang harus diperhatikan dimana rasul-rasul / orang percaya bisa melakukan
pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Yesus adalah:
a) Lebih
besar dalam ruang lingkup.
Yesus hanya mencakup orang Yahudi di
Palestina, tetapi rasul-rasul dan orang-orang kristen mencakup segala bangsa di
seluruh dunia.
b) Lebih
besar dalam hal pengaruh / kwalitet.
Pekerjaan Yesus secara mayoritas
terjadi dalam dunia fisik, dimana orang-orang cuma kagum / heran, tetapi
tidak bertobat (yang bertobat tentu saja ada, tetapi sangat sedikit).
Pekerjaan rasul-rasul / orang-orang
kristen secara mayoritas terjadi dalam dunia rohani, dimana pengaruhnya
adalah: banyak orang-orang yang bertobat.
William Hendriksen menekankan kedua hal
ini dengan berkata:
“...
greater works than these, namely, miracles in the spiritual realm. ... Christ’s
works had consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm,
performed largely among the Jews. When he now speaks about the greater works,
he is in all probability thinking of those in connection with the conversion of
the Gentiles. Such works were of a higher character and vaster in extent” (= pekerjaan-pekerjaan yang lebih
besar dari ini, yaitu, mujijat-mujijat dalam dunia rohani. ... Sebagian besar
pekerjaan-pekerjaan Kristus terdiri dari mujijat-mujijat dalam dunia fisik,
pada umumnya dilakukan di antara orang-orang Yahudi. Sekarang pada waktu Ia
berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia
berpikir tentang hal itu dalam hubungannya dengan pertobatan orang-orang non
Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu mempunyai sifat / karakter yang lebih
besar dan luas yang lebih luas).
Catatan:
Satu hal yang perlu diperhatikan dari
kata-kata Hendriksen ini ialah bahwa pertobatan merupakan suatu mujijat (dalam
dunia rohani)!
Kesimpulannya: sekalipun saat ini kita
tidak melakukan mujijat, itu tidak berarti bahwa Yoh 14:12 tidak
tergenapi!
VI) Mujijat
harus banyak terjadi supaya orang kafir mau percaya kepada Yesus.
Peter Masters, pada waktu berbicara
tentang Dr. Paul Yonggi Cho dan ajarannya, mengatakan:
“This
is his own explanation of how he arrived at his teaching on incubating prayer
answers and healing diseases. He tells us that he was driven to finding an
explanation of how Buddhist monks in Korea managed to perform better miracles
than those which his own Pentecostalist churches could perform. It worried him
greatly that many Koreans got healing through yoga meditation, and through
attending meetings of the Soka Gakkai, a Japanese Buddhist sect with twenty
millions members. According to Cho many deaf, dumb and blind people had
recovered their faculties through these religious groups. Cho was very jealous
of the success which these other religions had in attracting followers. He
wrote: ‘While Christianity has been in Japan for more than a hundred years,
with only half a percent of the population claiming to be Christians, Soka
Gakkai has millions of followers ... Without seeing miracles people cannot be
satisfied that God is powerful. It is you (Christians) who are responsible to
supply miracles for these people’” [= Ini adalah penjelasannya sendiri tentang bagaimana
ia sampai pada ajarannya tentang mengerami jawaban-jawaban doa dan penyembuhan
penyakit. Ia menceritakan kepada kami bahwa ia didorong untuk menemukan
penjelasan bagaimana biarawan-biarawan Buddha di Korea berhasil mengadakan
mujijat-mujijat yang lebih baik dari mujijat-mujijat yang bisa diadakan oleh
gereja-gereja Pentakostanya. Merupakan hal yang sangat mencemaskan baginya
bahwa banyak orang Korea yang mendapatkan kesembuhan melalui meditasi yoga, dan
melalui kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan Soka Gakkai, suatu sekte
Buddha bangsa Jepang dengan 20 juta anggota. Menurut Cho banyak orang-orang
tuli, bisu dan buta dipulihkan pancainderanya melalui grup agama ini. Cho
sangat cemburu / iri dengan kesuksesan agama-agama lain ini dalam menarik
pengikut. Ia menulis: ‘Sementara kekristenan telah ada di Jepang selama lebih
dari 100 tahun, dengan hanya setengah persen dari jumlah penduduk mengaku
sebagai orang kristen, Soka Gakkai mempunyai jutaan pengikut .... Tanpa melihat
mujijat-mujijat orang tidak bisa percaya bahwa Allah itu berkuasa. Kamulah
(orang-orang kristen) yang bertanggung jawab untuk menyuplai mujijat untuk
orang-orang ini’]
- Peter Masters, ‘The Healing Epidemic’,
pp 26-27.
Tanggapan saya:
1) Mujijat
tidak mempertobatkan orang.
a) Yesus melakukan begitu banyak mujijat, tetapi
toh hanya mempertobatkan sedikit orang.
Pada waktu Yesus membangkitkan Lazarus,
tidak ada tokoh-tokoh agama Yahudi yang bisa menyangkal hal itu. Tetapi apa
tanggapan mereka? Mereka ingin membunuh baik Yesus maupun Lazarus (Yoh
11:49-53 Yoh 12:10-11).
b) Juga perhatikan sikap Abraham terhadap
permintaan orang kaya dalam cerita Yesus tentang Lazarus dan orang kaya (Luk
16:19-31).
Dalam cerita itu terlihat bahwa orang
kaya yang sudah masuk neraka itu meminta mujijat kepada Abraham, yaitu supaya
Lazarus dibangkitkan dari antara orang mati supaya bisa memberitakan Injil
kepada 5 saudaranya yang masih hidup (Luk 16:27-28). Tetapi Abraham
menjawab bahwa pada kelima orang itu ada kesaksian Musa dan para nabi (yaitu
Firman Tuhan / Perjanjian Lama), dan mereka harus memperhatikan Firman Tuhan
tersebut (Luk 16:29). Tetapi orang kaya itu lalu berkata bahwa kelima
saudaranya itu akan bertobat kalau ada seorang yang datang dari antara orang
mati kepada mereka (Luk 16:30). Dengan kata lain, orang kaya itu
beranggapan bahwa Firman Tuhan saja tidak akan mempertobatkan mereka, tetapi
mujijat pasti akan mempertobatkan mereka (perhatikan bahwa dalam nerakapun ia
masih punya pandangan yang sesat!). Tetapi dalam Luk 16:31, Abraham, yang
jelas tidak setuju dengan pandangan orang kaya yang sesat itu, lalu menjawab: “Jika mereka tidak mendengarkan
kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan mau diyakinkan, sekalipun
oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati”.
2) Yesus
tidak mau memberi tanda.
Mat 12:38-40 - “(38) Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat
dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari
padaMu.’ (39) Tetapi jawabNya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak
setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan
tanda selain tanda nabi Yunus. (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam
perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di
dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.
Apa artinya ‘tanda
nabi Yunus’? Ada yang menganggap ay 40 sebagai penekanan / inti bagian ini dan
lalu berkata bahwa tanda itu adalah kebangkitan Yesus. Tetapi kelihatannya
ay 40 ini hanya merupakan tambahan saja dan bukan merupakan inti /
penekanan dari bagian ini. Alasannya:
·
Luk 11:29-30 maupun Mat 16:1-4 menyebut
tentang Yunus tetapi tidak menyebut tentang ‘3 hari dan 3 malam’.
Luk 11:27-30 - “Ketika orang banyak mengerumuniNya, berkatalah Yesus:
‘Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda,
tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab
seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak
Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini”.
Mat 16:1-4 - “Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki
hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari
sorga kepada mereka. Tetapi jawab Yesus: ‘Pada petang hari karena langit merah,
kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan
redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi
tanda-tanda zaman tidak. Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu
tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi
Yunus.’ Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi”.
·
Mark 8:11-12 bahkan hanya berkata bahwa mereka tidak
akan diberi tanda. Bagian ini sama sekali tidak menyinggung tentang Yunus!
Mark 8:11-12 - “Lalu
muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia
mereka meminta dari padaNya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam
hatiNya dan berkata: ‘Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.’”.
Ini semua
menunjukkan bahwa Mat 12:40 bukanlah bagian inti tetapi hanya merupakan
tambahan saja, karena kalau Mat 12:40 merupakan penekanan / inti, maka tidak
mungkin 3 bagian Kitab Suci yang lain menghapuskan bagian ini.
Kesimpulan: arti
bagian ini adalah: mereka tidak akan diberi tanda, tetapi hanya diberi
pemberitaan Firman Tuhan! Yunus sendiri juga tidak memberi mujijat apa-apa
kepada orang Niniwe; ia hanya memberitakan Firman Tuhan. Mereka harus percaya
pada Firman Tuhan tanpa tanda / mujijat.
3) Dalam
1Kor 1:22-23 Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi meminta tanda / mujijat,
tetapi Paulus tidak menuruti keinginan mereka! Sebaliknya, Paulus memberitakan
Kristus yang tersalib, yang bagi orang-orang Yahudi itu merupakan suatu batu
sandungan. Mengapa Paulus melakukan hal itu? Karena memang Injil (bukan
mujijat, tetapi Injil!) adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya (Ro 1:16).
Memang sebetulnya, penekanan mujijat dan kesembuhan
dalam kekristenan merupakan suatu kebodohan. Mengapa? Karena dalam agama-agama
lain dan sekte-sekte sesat, dan bahkan dalam kalangan orang yang mempelajari
magic, tenaga dalam, kebatinan, dsb, hal-hal ini juga banyak. Kalau kekristenan
menekankan hal-hal itu, kekristenan tidak kelihatan istimewa. Yang istimewa
dalam kekristenan dan yang tidak
dipunyai agama lain adalah keselamatan / pengampunan karena penebusan Kristus
(Injil), dan ini yang harus ditekankan!
4) Pertanyaan
yang harus diajukan kepada Pdt. Paul Yonggi Cho adalah: mengapa Abraham, Yesus,
dan Paulus tidak menunjukkan kuasa Allah, dan menyuplai mujijat, dalam
text-text ini? Dan kalau Abraham, Yesus dan Paulus tidak menunjukkan kuasa
Allah atau menyuplai mujijat di sini, mengapa orang kristen / hamba Tuhan jaman
sekarang salah, kalau mereka hanya memberitakan Injil / Firman Tuhan, tanpa
menunjukkan kuasa Allah dalam bentuk mujijat-mujijat?
Penutup:
Orang Kharismatik selalu mencari kuasa / mujijat. Banyak di
antara mereka yang membanggakan diri karena mujijat-mujijat itu, dan mereka
yang bisa mengada-kan mujijat merasa diri mereka ‘sakti’ dan disanjung oleh
banyak orang.
Tetapi marilah kita perhatikan beberapa hal di bawah ini:
1) Kitab Suci memperingatkan kita akan banyak
mujijat-mujijat palsu, khususnya menjelang kedatangan Yesus yang keduakalinya
(Mat 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9-12
Wah 13:13-14 Wah 16:13-14).
Orang yang selalu tergila-gila pada mujijat, apalagi
yang menerima seadanya mujijat tanpa mengujinya dahulu, mempunyai potensi yang
sangat besar untuk disesatkan oleh para nabi palsu yang bisa mengadakan
mujijat!
2) Paulus tidak membanggakan mujijat yang ia
alami, tetapi sebaliknya ia membanggakan penderitaan / kelemahannya (2Kor 11:30
2Kor 12:1-10).
3) John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata
dari Michael Green, yang disebutnya sebagai orang yang ‘not
unfriendly to the Charismatic position’ (= orang yang bukannya tidak bersahabat dengan posisi
Kharismatik),
sebagai berikut:
“The
Charismatic were always out for power; they were elated by spiritual power, and
were always seeking short cuts to power. It is the same today. Paul’s reply is
to boast not of his power but of his weakness, through which alone the power of
Christ can shine. Paul knew about the marks of an apostle, in signs, and
wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12) but he knew that the power of an
apostle, or of any other Christian, came from the patient endurance of
suffering, such as he had with his torn in the flesh, or the patient endurance
of reviling and hardship such as he was submitted to in the course of his
missionary work (1Cor 4). The Charismatic had a theology of the resurrection
and its power; they needed to learn afresh the secret of the cross and its
shame ... which yet produced the power of God (1Cor 1:18)” [= Orang Kharismatik selalu
mencari kuasa; mereka gembira / berbesar hati oleh kuasa rohani, dan selalu
mencari jalan pintas menuju kuasa. Hal yang sama terjadi pada masa ini. Jawaban
Paulus adalah memegahkan diri bukan karena kuasanya tetapi karena kelemahannya,
yang merupakan satu-satunya jalan melalui mana kuasa Kristus bisa bersinar.
Paulus tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri seorang rasul, dalam tanda-tanda,
mujijat-mujijat, dan perbu-atan-perbuatan ajaib (2Kor 12:12) tetapi ia
tahu bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen yang manapun juga, datang
dari sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan, seperti yang ia miliki dengan
duri dalam dagingnya, atau sikap bertahan yang sabar terhadap caci maki dan
kesukaran terhadap mana ia diserahkan dalam perjalanan misionarisnya
(1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia kebangkitan dan kuasanya;
mereka perlu untuk mem-pelajari lagi rahasia dari salib dan kehinaannya ....
yang menghasilkan kuasa Allah (1Kor 1:18)] - John F. MacArthur, Jr. dalam buku ‘The Charismatics’, p 104. Ia mengutip
dari buku karangan Michael Green yang berjudul ‘I believe in the Holy Spirit’, p 208.
-o0o-