Perseverance Of The Saints (12) (Ketekunan Orang-Orang Kudus)
Pdt.Budi asali, M.Div.
John Owen (tentang Ibrani 3:6): “‘If we
hold fast our confidence and the glorying of hope firm unto the end.’ These
words may have a double sense: First, to express the condition on which the truth of the former assertion doth
depend: ‘We are his house, but on this condition, that we hold fast,’ etc.
Secondly, to express a description of
the persons who are so the house of Christ, by a limitation and
distinction amongst professors, showing that in the former assertion he intends
only those who hold fast their confidence firm to the end.”
[= ‘Jika kita memegang keyakinan kita dan memegahkan pengharapan dengan teguh
sampai akhir’. Kata-kata ini bisa mempunyai arti ganda: Pertama, untuk menyatakan syarat pada mana
kebenaran dari pernyataan yang terdahulu tergantung: ‘Kita adalah rumahNya, tetapi dengan kondisi / syarat ini, bahwa kita
memegang teguh’, dst. Kedua,
untuk menyatakan suatu penggambaran tentang orang-orang yang adalah rumah
Kristus, oleh suatu pembatasan dan pembedaan di antara pengaku-pengaku, yang menunjukkan bahwa dalam pernyataan yang terdahulu ia
memaksudkan hanya mereka yang memegang keyakinan mereka dengan teguh sampai
akhir.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 91 (ages).
John Owen (tentang Ibr 3:6): “According unto
these several interpretations the words are severally employed. Those who
embrace the first sense make use of them to prove a possibility of the falling
away of true believers, and that totally and finally, from Christ; for, say
they, without the supposition thereof, the words are superfluous and useless.
Those who cleave to the latter sense suppose the words irrefragably to confirm
the certain permanency in the faith of those who are truly the house of Christ,
they being such alone as whose faith hath the adjuncts of permanency and
stability annexed unto it. For others, whatever they may profess, they are never
truly or really the house of Christ; whence it undeniably follows that all true
believers do certainly persevere unto the end.”
[= Menurut beberapa penafsiran ini
kata-kata itu digunakan secara terpisah / berbeda. Mereka yang mempercayai arti pertama menggunakan mereka untuk
membuktikan suatu kemungkinan murtad dari
orang-orang percaya yang sejati, dan itu secara total dan final, dari Kristus;
karena mereka berkata, tanpa anggapan itu, kata-kata itu berlebihan dan tak
berguna. Mereka yang mempercayai arti yang terakhir menganggap kata-kata itu
secara tidak bisa dibantah meneguhkan kepermanenan
yang pasti dalam iman dari mereka yang sungguh-sungguh adalah rumah Kristus,
hanya mereka yang adalah seperti itu saja yang imannya mempunyai
tambahan-tambahan kepermanenan dan kestabilan yang dihubungkan dengannya.
Untuk orang-orang lain, apapun yang mereka akui, mereka tidak pernah dengan
benar atau dengan sungguh-sungguh rumah Kristus; dari mana secara pasti
mengikuti bahwa semua orang-orang percaya yang
sejati pasti bertekun sampai akhir.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 91 (ages).
John Owen (tentang Ibr 3:6): “as to the first
sense contended for, I shall briefly observe, - first, that the supposition
urged proves not the inference intended; and, secondly, that the argument from
this place is not suited unto the hypothesis of them that make use of it. For,
as Paul puts himself among the number of those who are spoken of, whose faith
yet none will thence contend to have been liable unto a total failure; so such
conditional expressions of gospel-comminations, although they have a peculiar
use and efficacy towards believers in the course of their obedience, as
manifesting God’s detestation of sin, and the certain connection that there is
by God’s eternal law between unbelief and punishment, yet they do not include
any assertion that the persons of believers may at any time, all things considered,
on the part of God as well as of themselves, actually fall under those
penalties, as hath been at large elsewhere evinced. Again, this argument suits
not the hypothesis that it is produced in the confirmation of; for if it be the
condition of the foregoing assertion, whereon the truth of it doth depend, then
are none at present the house of God, but upon a supposition of their perseverance
unto the end. But their opinion requires that persons may be really this house
by virtue of their present faith and obedience, although they afterwards
utterly fall from both, and perish for evermore. This, then, cannot be the
sense of the words according to their principles who make use of them for their
ends: for they say that men may be the house of Christ although they hold not
fast their confidence unto the end; which is directly to contradict the
apostle, and to render his exhortation vain and useless.”
[= berkenaan dengan arti pertama yang diperdebatkan, saya akan meninjau
secara singkat, - pertama, bahwa anggapan yang dinyatakan tidak membuktikan
kesimpulan yang dimaksudkan; dan kedua, bahwa argumentasi dari tempat ini tidak
cocok dengan anggapan dari mereka yang menggunakannya. Karena Paulus meletakkan dirinya sendiri di antara sejumlah orang /
kelompok dari mereka yang dibicarakan, dan tak akan ada orang yang dari hal ini
akan memperdebatkan apakah imannya (iman
Paulus) bisa menjadi gagal total; maka ungkapan-ungkapan bersyarat seperti itu dari
ancaman-ancaman injil, sekalipun mereka mempunyai manfaat dan kemujaraban
khusus terhadap orang-orang percaya dalam jalan ketaatan mereka, karena
menyatakan kebencian Allah terhadap dosa, dan hubungan tertentu yang ada di
sana oleh hukum yang kekal dari Allah di antara ketidak-percayaan dan hukuman,
tetapi mereka tidak mencakup penegasan / pernyataan
bahwa orang-orang percaya bisa pada saat manapun, dengan mempertimbangkan
segala sesuatu, di pihak Allah maupun diri mereka sendiri, secara
sungguh-sungguh jatuh ke bawah hukuman-hukuman itu, seperti telah dibuktikan
secara panjang lebar di tempat lain. Selanjutnya, argumentasi ini
tidak sesuai dengan anggapan bahwa itu dihasilkan dalam peneguhannya; karena jika itu adalah syarat dari peneguhan / pernyataan
sebelumnya, pada mana kebenaran dari / tentangnya tergantung, maka tidak ada
dari yang ada sekarang yang adalah rumah Allah, kecuali pada anggapan tentang
ketekunan mereka sampai akhir. Tetapi
pandangan mereka menuntut bahwa orang-orang bisa sungguh-sungguh adalah rumah
ini berdasarkan iman dan ketaatan mereka sekarang ini, sekalipun mereka
belakangan jatuh / murtad secara total dari keduanya, dan binasa selama-lamanya.
Maka, ini tidak bisa adalah arti dari kata-kata
itu sesuai dengan prinsip / pendirian mereka yang menggunakan kata-kata itu
untuk tujuan mereka: karena mereka berkata bahwa
orang-orang bisa adalah rumah Kristus sekalipun mereka tidak memegang teguh
keyakinan mereka sampai akhir; yang secara langsung menentang sang
rasul, dan menyebabkan / menjadikan nasehat / peringatannya sia-sia dan tak
berguna.] -
‘Hebrews’, vol 3, hal 91-92 (ages).
Catatan: John Owen sama seperti penafsir-penafsir kuno pada umumnya juga
secara salah menganggap Paulus sebagai penulis
surat Ibrani.
Bandingkan kata-kata Owen
pada bagian bawah dari kutipan di atas ini dengan komentar Adam Clarke tentang
Ibr 3:6 yang telah saya berikan di atas, yang menganggap bahwa orang Kristen
adalah gereja Allah / rumah Allah sekarang
inI!
John Owen (tentang Ibr 3:6): “The words,
therefore, are a description of the persons who are the house of Christ, from a
certain effect or adjunct of that faith whereby they become so to be. They are
such, and only such, as ‘hold fast their confidence and glorying of hope firm
unto the end,’ whereby they are distinguished from temporary professors, who
may fall away.”
[= Karena itu, kata-kata ini adalah suatu penggambaran tentang orang-orang yang
adalah rumah Kristus, dari suatu hasil tertentu atau tambahan dari iman itu
dengan mana mereka menjadi demikian. Mereka adalah
sedemikian rupa, dan hanya sedemikian rupa, yang ‘memegang keyakinan mereka dan
memegahkan pengharapan dengan teguh sampai akhir’, dengan mana mereka dibedakan
dari pengaku-pengaku sementara, yang bisa murtad.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 92 (ages).
John Owen (tentang Ibr 3:12): “There
is need of great care, heedfulness, watchfulness, and circumspection, for a due
continuance in our profession, to the glory of God and advantage of our own
souls. A careless profession will issue in apostasy open or secret, or great
distress, Matthew 13:5,6, Song of Solomon 3:1,5. Our course is a warfare; and
those who take not heed, who are not circumspect in war, will assuredly be a
prey to their enemies. Be their strength never so great, one time or other they
will not avoid a fatal surprisal.”
[= Di sana ada kebutuhan tentang pemeliharaan,
perhatian, kewaspadaan, dan kehati-hatian, untuk suatu kelanjutan dalam
pengakuan kita, bagi kemuliaan Allah dan manfaat / keuntungan dari jiwa kita
sendiri. Suatu pengakuan yang ceroboh akan menghasilkan
kemurtadan yang terbuka atau diam-diam / rahasia, atau keadaan yang sangat
berbahaya, Mat 13:5-6, Kidung 3:1,5. Jalan
kita adalah suatu peperangan; dan mereka yang tidak memperhatikan, yang tidak
berhati-hati dalam perang, pasti akan menjadi mangsa bagi musuh-musuh mereka.
Sebesar apapun kekuatan mereka, satu saat atau saat yang lain mereka tidak akan
menghindari sesuatu yang mengejutkan.] - ‘Hebrews’,
vol 3, hal 226-227 (ages).
Mat 13:5-6,20-21 - “(5)
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu
benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari
terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. ... (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang
yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia
tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau
penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”.
Kidung 3:1,5 - “(1)
Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak
kutemui dia. ... (5) Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi
kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan
dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!”.
John Owen (tentang Ibr 3:12): “Any
one defect is enough to denominate an action evil; but unto that which is good
there must be a concurrence of all necessary circumstances. See Ephesians
5:15,16. And who is sufficient for these things? God
alone by his Spirit and grace can enable us hereunto. But he works these things
by us as well as in us, and gives heedful diligence
where he gives success.”
[= Satu cacat manapun adalah cukup untuk menyebut / menyatakan suatu tindakan
sebagai jahat; tetapi kepada apa yang baik di sana harus ada suatu persetujuan
/ kerja sama dari semua keadaan yang perlu. Lihat Ef 5:15,16. Dan siapa yang cukup untuk hal-hal ini? Allah saja oleh Roh
dan kasih karuniaNya bisa memampukan kita pada hal ini. Tetapi Ia mengerjakan
hal-hal ini oleh kita maupun di dalam kita, dan memberi kerajinan / ketekunan yang
memperhatikan dimana Ia memberi kesuksesan.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 227 (ages).
Ef 5:15-16 - “(15) Karena itu, perhatikanlah
dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi
seperti orang arif, (16) dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini
adalah jahat.”.
John Owen (tentang Ibr 3:12): “There is an
especial evil in the days wherein we live, which we cannot avoid without great
circumspection. ... He that walks the midst of mares and serpents, and goes on
confidently, without consideration of his danger, as if his paths were all
smooth and safe, will one time or other be entangled or bitten. Blind confidence in a course of profession, as if the whole
of it were a dangerless road, is a ruining principle, 1 Peter 1:17; Proverbs
28:14; ‘A prudent man foreseeth the evil, and hideth himself; but the simple
pass on, and are punished,’ Proverbs 22:3. It is the highest folly not to look
out after dangers, and which usually ends in sorrow, trouble, and punishment.
Fear is necessary in continual exercise; not a fear of distrust or diffidence,
of anxious scrupulosity, but of care, duty, and diligence.”
[= Di sana ada suatu
kejahatan khusus pada hari-hari dimana kita hidup, yang tidak bisa kita hindari
tanpa kehati-hatian yang besar.
... Ia yang berjalan di tengah-tengah kuda-kuda betina
dan ular-ular, dan berjalan dengan yakin, tanpa pertimbangan tentang bahayanya,
seakan-akan jalannya seluruhnya mulus dan aman, akan pada satu saat atau saat
yang lain terbelit / terjerat atau digigit. Keyakinan yang buta dalam jalan dari pengakuan, seakan-akan
seluruhnya adalah suatu jalan yang tidak mempunyai bahaya, merupakan suatu prinsip
yang menghancurkan, 1Pet 1:17; Amsal 28:14; ‘Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah
ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka’,
Amsal 22:3. Merupakan suatu kebodohan yang terbesar
untuk tidak berhati-hati terhadap bahaya-bahaya, dan yang biasanya berakhir
dalam kesedihan, kesukaran, dan hukuman. Rasa
takut adalah perlu dalam penggunaan terus menerus; bukan suatu rasa takut dari
ketidak-percayaan atau keragu-raguan, dari kehati-hatian yang kuatir / cemas, tetapi dari perhatian,
kewajiban, dan kerajinan / usaha yang hati-hati.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 227 (ages).
1Pet 1:17 - “Dan
jika kamu menyebutNya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi
semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah
kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.”.
Amsal 28:14 - “Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN,
tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.”.
Amsal 22:3 - “Kalau
orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak
berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.”.
Dari kata-kata John Owen di atas ini terlihat bahwa orang Reformed tidak mengajar bahwa “karena keselamatan tidak
bisa hilang, maka kita boleh hidup ceroboh / tak hati-hati”,
sebagaimana yang difitnahkan / dituduhkan oleh orang-orang Arminian! Kalau ada orang Reformed yang seperti itu, maka itu adalah
kesalahan oknum, bukan kesalahan ajarannya. Semua
orang Reformed yang sejati, percaya adanya
jaminan dari Allah, tetapi juga mempercayai bahwa manusia tetap bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik.
John Owen (tentang Ibr 3:12): “As for
unbelief, it is usually distinguished into that which is negative and that
which is privative. 1st. Negative unbelief is whenever any man
or men believe not, or have not faith, although they never had the means of
believing granted unto them. ... So the apostle calls him an unbeliever who
comes in accidentally to the assembly of the church, who never heard the word
preached before, 1 Corinthians 14:23,24. In this sense, all those persons and
nations who have never had as yet the gospel preached unto them are infidels,
or unbelievers; that is, they are so negatively, - they believe not, but yet
cannot be said to have in them ‘an evil heart of unbelief.’ 2dly. It is privative, when men believe not,
although they enjoy the means of faith or believing. And herein consists the
highest acting of the depraved nature of man. And it is on many accounts the
greatest provocation of God that a creature can make himself guilty of. ... Now
this privative unbelief is twofold: - (1st.) In refusing
to believe when it is required; (2dly.) In rejecting
the faith after it hath been received.”
[= Tentang
ketidak-percayaan, biasanya dibedakan menjadi ketidak-percayaan yang negatif dan ketidak-percayaan yang bersifat privatif. Pertama,
Ketidak-percayaan yang negatif adalah pada waktu siapapun tidak percaya, atau
tidak mempunyai iman, sekalipun mereka tak pernah mempunyai cara / jalan untuk
percaya yang diberikan kepada mereka. ... Karena itu sang rasul menyebut dia seorang yang tidak
percaya yang datang / masuk secara kebetulan dalam pertemuan dari gereja, yang
tidak pernah mendengar firman dikhotbahkan / diberitakan sebelumnya, 1Kor
14:23-24. Dalam arti ini, semua orang-orang dan bangsa-bangsa itu yang belum
pernah mendapatkan injil diberitakan kepada mereka adalah orang-orang kafir,
atau orang-orang yang tidak percaya; artinya mereka adalah demikian secara
negatif, - mereka tidak percaya, tetapi tidak bisa dikatakan mempunyai di dalam
mereka ‘suatu hati yang jahat dari ketidakpercayaan’. Kedua, Itu bersifat privatif,
pada waktu orang-orang tidak percaya, sekalipun mereka menikmati cara / jalan
dari iman atau percaya. Dan
di sini terdapat tindakan tertinggi dari hakekat manusia yang bejat. Dan
adalah dalam banyak cerita / laporan provokasi terbesar terhadap Allah bahwa
seorang makhluk bisa membuat dirinya sendiri bersalah tentangnya. ... Ketidak-percayaan yang bersifat privatif ini ada dua: - (1)
Dalam menolak untuk percaya pada waktu itu dituntut / diminta; (2) Dalam
menolak iman setelah itu diterima.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 234-235 (ages).
1Kor 14:23-24 - “(23) Jadi, kalau
seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan
bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar
atau orang-orang yang tidak beriman,
tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? (24) Tetapi kalau semua
bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman
atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua
dan diselidiki oleh semua;”.
John Owen (tentang Ibr 3:12): “Now, the unbelief
here intended by the apostle is this privative unbelief, consisting in the
rejection of the truth of the gospel after it hath been received and professed.
And this also may be considered two ways: - [1st.] Initially, as to some degrees of it; [2dly.]
As it may be finished and
completed. Of these our apostle treateth
severally and distinctly. Of the former in this place, and Hebrews 4:11-13,
Hebrews 12:15,16; of the latter, Hebrews 6:4-6, Hebrews 10:26,27. The first consists in any declension
of heart from Christ and the gospel. This may be in various degrees and on
several accounts. The latter is a total renunciation of the gospel, of which we
spake before. It is the former that the apostle here intends, and therein a
prevention of the latter:”
[= Orang-orang yang tidak
percaya yang dimaksudkan di sini (dalam Ibr 3:12 ini) oleh sang rasul adalah ketidak-percayaan
yang bersifat privatif ini, yang terdiri dari penolakan dari kebenaran injil
setelah itu diterima dan diakui. Dan ini juga bisa dipikirkan dalam dua cara:
- (1.) Pada permulaannya, berkenaan dengan tingkatnya;
(2.) Pada waktu itu diselesaikan dan dilengkapkan / disempurnakan. Tentang
hal-hal ini rasul kita membahas secara terpisah dan berbeda. Tentang yang terdahulu di tempat ini, dan Ibr 4:11-13, Ibr
12:15,16; tentang yang belakangan, Ibr 6:4-6, Ibr 10:26,27. Yang pertama terdiri dari penurunan apapun dari hati dari Kristus
dan injil. Ini bisa ada dalam bermacam-macam tingkat dan pada beberapa catatan
/ cerita. Yang belakangan adalah suatu
penyangkalan total dari injil, tentang mana kita berbicara sebelumnya. Adalah yang terdahulu yang sang rasul maksudkan di sini,
dan di sana ada suatu pencegahan terhadap yang belakangan:] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 240 (ages).
Ibr 4:11-13 - “(11) Karena itu baiklah
kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun
jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. (12) Sebab
firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua
manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan
sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. (13) Dan
tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu
telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan
pertanggungan jawab.”.
Ibr 12:15-16 - “(15) Jagalah supaya jangan
ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh
akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
(16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau
yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak
kesulungannya untuk sepiring makanan.”.
Ibr 6:4-6 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang
pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh
Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia
dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi,
tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab
mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya
di muka umum.”.
Ibr 10:26-27 - “(26) Sebab jika kita
sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran,
maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (27) Tetapi yang ada ialah
kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan
menghanguskan semua orang durhaka.”.
Dengan demikian, inti dari
apa yang John Owen katakan tentang Ibr 3:12 adalah bahwa ini hanya menunjuk
pada orang-orang Kristen yang sedang menurun dalam iman / kerohanian, dan Ibr
3:12 ini diberikan supaya jangan terjadi kemurtadan total.
John Owen (tentang Ibr 3:14): “As to its
coherence with the verses foregoing, it containeth an enforcement of the
general exhortation unto perseverance, and the avoidance of backsliding or
apostasy in all the causes and tendencies unto it, ... he lets them know that
all their interest in Christ, and all the benefits they did expect or might be
made partakers of by him, did depend upon their answering his exhortation unto
constancy and perseverance in their profession;”
[= Berkenaan dengan hubungannya dengan ayat-ayat sebelumnya, ini mengandung suatu desakan / penguatan tentang desakan /
nasehat umum pada ketekunan, dan penghindaran dari kemerosotan atau kemurtadan
dalam semua penyebab dan kecenderungan kepadanya, ... ia membiarkan
mereka tahu bahwa semua kepentingan mereka dalam Kristus, dan semua manfaat
yang mereka harapkan atau bisa dibuat menjadi pengambil-pengambil bagian olehNya,
tergantung pada tanggapan mereka terhadap desakan /
nasehat pada kekonstanan dan ketekunan dalam pengakuan mereka.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 273 (ages).
Kata-kata John Owen di atas ini lagi-lagi menunjukkan bahwa theologia
Reformed mempercayai bahwa orang kristen yang sejati memang harus bertekun
sampai akhir!!!
John Owen (tentang Ibr 3:14): “‘We are made
partakers of Christ, if we hold fast the beginning of our confidence;’ that is,
we are so thereby, either causally and formally, or interpretatively and
declaratively. If in the first sense, then our participation of Christ depends
on our perseverance unto the end, nor can we come unto the one until we have
attained the other. But this is contrary to the text, which supposeth us
actually instated in that participation, as the words necessarily require. If
it be in the latter sense, then our perseverance is enjoined as an evidence of
our participation of Christ, that whereby it may be tried whether it be true
and genuine, - which if it be, it will be producing this effect; as James
requires that we should try or evidence and manifest our faith by our works, of
what sort it is.”
[= ‘Kita dibuat jadi pengambil-pengambil bagian dari Kristus jika kita memegang
teguh permulaan dari keyakinan kita’; artinya, kita adalah demikian olehnya, atau secara causal dan formal, atau secara interpretatif
dan deklaratif. Jika dalam arti pertama,
maka partisipasi kita dari Kristus tergantung pada ketekunan kita sampai akhir,
dan kita tidak bisa datang pada yang satu sampai kita telah mencapai yang lain.
Tetapi ini bertentangan dengan textnya, yang menganggap kita sungguh-sungguh
diteguhkan dalam partisipasi itu, seperti yang harus dituntut oleh kata-kata
itu. Jika itu ada dalam arti yang belakangan, maka
ketekunan kita digabungkan sebagai suatu bukti dari partisipasi kita dari
Kristus, sehingga dengan demikian itu bisa diuji apakah itu benar dan asli, -
yang jika partisipasi itu benar, itu akan menghasilkan hasil ini;
seperti Yakobus tuntut bahwa kita harus membuktikan dan menyatakan iman kita
dengan / oleh perbuatan kita, dari jenis apa iman kita itu.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 274 (ages).
John Owen (tentang Ibr 3:14): “‘What
is it to be partakers of Christ? He and we are made one he the head, we the
body, co-heirs and incorporated with him. We are one body with him, as he
speaks, of his flesh and bones.’ ... The trial and evidence hereof is declared
in the last words, ... - ‘If so be that we hold fast’ (or ‘steadfast’) ‘the
beginning of our confidence unto the end.’”
[= Apa artinya menjadi pengambil-pengambil bagian dari Kristus? Ia dan kita
disatukan, Dia adalah kepala, kita adalah tubuh, rekan pewaris dan bergabung
dengan Dia. Kita adalah satu tubuh dengan Dia, seperti Ia katakan’ ‘dari daging
dan tulangNya’. ... Ujian dan bukti tentang ini
dinyatakan dalam kata-kata terakhir, ... - ‘Jika kita memegang teguh’ (atau
‘setia’) ‘permulaan dari keyakinan kita sampai akhir’.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 275 (ages).
John Owen (tentang Ibr 3:14): “Constancy and
steadfastness in believing is the great touchstone, trial, and evidence of
union with Christ, or a participation of him. So it is here proposed by the
apostle. We are ‘partakers of Christ,’ - that is, declared, manifested, and
evidenced so to be, - ‘if we hold fast the beginning of our subsistence in him
firm unto the end.’ ... It is enduring faith that is true faith, and which evidenceth us
indeed to be partakers of Christ. And he gives it as a mark of a false
profession, that it ‘but dureth for a while,’ Matthew 13:21.”
[= Kekonstanan dan keteguhan / kesetiaan dalam
percaya adalah batu penguji, ujian, dan bukti dari persatuan dengan Kristus,
atau suatu partisipasi dariNya. Demikianlah itu di sini dikemukakan
oleh sang rasul. Kita adalah ‘pengambil-pengambil bagian dari Kristus’, - artinya,
diumumkan, dinyatakan dan dibuktikan sebagai demikian, - ‘jika kita memegang
teguh permulaan dari keyakinan kita dalam Dia sampai akhir’. ... Adalah iman yang bertekun / bertahan yang adalah iman yang
benar, dan yang membuktikan bahwa kita memang adalah
pengambil-pengambil bagian dari Kristus. Dan Ia
memberinya sebagai suatu tanda dari suatu pengakuan yang palsu, bahwa itu
bertahan untuk sementara / suatu waktu’, Mat 13:21.] - ‘Hebrews’, vol 3, hal 285 (ages).
j) Ibr 6:11-12 - “(11)
Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama
untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, (12) agar kamu jangan
menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan
kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.”.
Terjemahan Kitab Suci
Indonesia untuk ay 11 salah.
KJV: ‘And we
desire that every one of you do shew the same diligence to the full assurance
of hope unto the end:’ [= Dan kami ingin supaya setiap kamu menunjukkan kesungguhan
/ kerajinan yang sama sampai pada kepastian penuh tentang pengharapan sampai
akhir:].
RSV: ‘And we
desire each one of you to show the same earnestness in realizing the full
assurance of hope until the end,’ [= Dan kami ingin setiap kamu menunjukkan
kesungguhan yang sama dalam merealisasikan kepastian penuh tentang pengharapan
sampai akhir;].
NIV: ‘We want
each of you to show this same diligence to the very end, in order to make your
hope sure.’ [= Kami mau setiap kamu menunjukkan kesungguhan / kerajinan
yang sama sampai akhir, supaya membuat pengharapanmu pasti.].
NASB: ‘And we
desire that each one of you show the same diligence so as to realize the full
assurance of hope until the end,’ [= Dan kami ingin supaya setiap kamu
menunjukkan kesungguhan / kerajinan yang sama sehingga merealisasikan kepastian
penuh tentang pengharapan sampai akhir;].
Adam
Clarke (tentang Ibr 6:11): “All
that is said here must be understood as still implying the absolute necessity
of continuing in the same degree of grace from which this full assurance of
hope is derived. This full assurance, therefore, does not imply that the man
will absolutely persevere to the end; but that, if he do persevere in this same
grace, he shall infallibly have an eternal glory. There is no unconditional
perseverance in the Scripture, nor can there be such in a state of probation.” [= Semua yang
dikatakan di sini harus dimengerti sebagai tetap menunjukkan keharusan mutlak
untuk terus dalam tingkat yang sama dari kasih karunia dari mana kepastian
pengharapan ini didapatkan. Karena itu, kepastian
penuh ini tidak menunjukkan bahwa manusia akan secara mutlak bertekun sampai
akhir; tetapi bahwa, jika ia memang bertekun dalam kasih karunia
yang sama ini, ia akan secara tak bisa salah mendapatkan suatu kemuliaan kekal.
Di sana tidak ada suatu ketekunan tak bersyarat
dalam Kitab Suci, juga di sana tidak bisa ada yang seperti itu dalam suatu
keadaan percobaan.].
Kata-kata ini jelas
bertentangan frontal dengan 1Yoh 2:19 - “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka
tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita,
niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu
terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk
pada kita.”.
Adam
Clarke (tentang Ibr 6:12): “‘That ye be not
slothful.’ This shows how the full assurance of hope is to be regulated and
maintained. They must be diligent; slothfulness will deprive them both of
hope and faith. That faith which worketh by love will maintain hope in its
full and due exercise. ‘Followers of them.’ ... That ye be mimics or imitators
of them who are inheriting the promises. And they inherited these promises by
faith in him who is invisible, and who, they knew, could not lie; and they
patiently endured, through difficulties and adversities of every kind, and
persevered unto death.” [=
‘Supaya kamu jangan menjadi lamban / malas’. Ini menunjukkan betapa kepastian
penuh dari pengharapan itu harus diarahkan / dikendalikan dan dipertahankan. Mereka harus rajin / sungguh-sungguh; kemalasan / kelambanan
akan menghilangkan dari mereka pengharapan dan iman. Iman itu yang
bekerja oleh kasih akan mempertahankan pengharapan dalam pelaksanaannya yang
penuh dan benar. ‘Penurut-penurut / peniru-peniru mereka’. ... Supaya kamu
menjadi peniru-peniru mereka yang sedang mewarisi janji-janji. Dan mereka
mewarisi janji-janji ini oleh iman kepadaNya yang tak kelihatan, dan yang
mereka tahu tidak bisa berdusta; dan mereka
bertahan / bertekun dengan sabar, melalui kesukaran-kesukaran dan
kesengsaraan-kesengsaraan dari setiap jenis, dan bertekun sampai mati.].
Berbeda
dengan Adam Clarke, Lenski kelihatannya tidak menggunakan text ini untuk
menentang doktrin KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG ini.
Lenski
(tentang Ibr 6:11): “To exercise diligence in regard to the full assurance
of that hope is with all diligence to examine the divine grounds on which our
assurance rests. This will make us sure and certain, fully so in all respects,
and will thus make our hope strong like a flame that blazes up steadily to full
height. ‘Up to the end’ the writer desires this diligence to be displayed, i.
e., until the end of the life of each one of his readers.” [= Melaksanakan
kerajinan / kesungguhan berkenaan dengan kepastian penuh tentang pengharapan
itu berarti dengan seluruh kerajinan /
kesungguhan memeriksa / menguji dasar-dasar ilahi pada mana kepastian kita
bersandar / terletak. Ini akan membuat kita pasti, pasti secara
penuh dalam semua hal, dan dengan demikian akan membuat pengharapan kita kuat
seperti suatu nyala api yang membara dengan tetap sampai ketinggian yang penuh.
‘Sampai akhir’. Sang penulis ingin kerajinan / kesungguhan ini ditunjukkan,
yaitu sampai akhir dari kehidupan dari setiap pembacanya.].
Lenski
(tentang Ibr 6:12): “From 5:11 we know that the readers ‘have become
sluggish as regards their hearing.’ While it is not said that they have become
sluggish also as regards their hope, this is implied; for the diligence that is
required to keep the full assurance of their hope is none other than diligent
hearing and heeding the gospel with its assurance in regard to what Christ has
done and will do. Thus the present reference to sluggishness is an advance on
5:11. Not sluggish ‘but imitators of those who through faith and longsuffering
are inheriting the promises.’ This unrolls before the eyes of the readers the
example of their many fellow Christians who are faithful to the end. ... Many have already
inherited the promises, others are now entering on their inheritance and
heavenly salvation. The readers surely do not want to lose their inheritance
after God has made them heirs (v. 4–8). ... The writer says: ‘See how those
others are getting the inheritance through faith that is unshaken by what men
do to them. Imitate them, beloved, and let no one break down your faith and
make you forfeit your inheritance!’” [= Dari
5:11 kita tahu bahwa para pembaca ‘telah menjadi lamban berkenaan dengan
pendengaran mereka (terhadap
firman)’. Sekalipun tidak dikatakan
bahwa mereka telah juga menjadi lamban berkenaan dengan pengharapan mereka, ini
ada secara implicit; karena kerajinan / kesungguhan yang dibutuhkan untuk
menjaga kepastian penuh dari pengharapan bukan lain dari tindakan mendengar dan
memperhatikan yang rajin / sungguh-sungguh terhadap injil dengan kepastiannya
berkenaan dengan apa yang Kristus telah lakukan dan akan lakukan. Jadi referensi tentang
kelambanan di sini merupakan suatu lanjutan dari 5:11. Bukan lamban ‘tetapi
peniru-peniru dari mereka yang melalui iman dan kesabaran sedang mewarisi
janji-janji’. Ini menyatakan di depan mata dari para pembaca teladan dari
banyak sesama Kristen mereka yang setia sampai akhir. ... Banyak
orang telah mewarisi janji-janji, orang-orang lain sekarang sedang memasuki
warisan dan keselamatan surgawi mereka. Para
pembaca pasti tidak ingin kehilangan warisan mereka setelah Allah membuat
mereka pewaris-pewaris (ay 4-8). ... Sang penulis berkata: ‘Lihatlah
bagaimana orang-orang lain itu sedang mendapatkan warisan itu melalui iman yang
tak tergoyahkan oleh apa yang orang-orang lakukan kepada mereka. Tirulah mereka, kekasih, dan jangan biarkan seorangpun
menghancurkan imanmu dan membuat kamu kehilangan warisanmu!’].
Ibr 5:11 - “Tentang hal itu banyak yang harus
kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.”.