Perseverance Of The Saints (13) (Ketekunan Orang-Orang Kudus)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
j) Ibrani 6:11-12 - “(11)
Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama
untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, (12) agar kamu jangan
menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan
kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.”.
Terjemahan Kitab Suci
Indonesia untuk ay 11 salah.
KJV: ‘And we
desire that every one of you do shew the same diligence to the full assurance
of hope unto the end:’ [= Dan kami ingin supaya setiap kamu menunjukkan
kesungguhan / kerajinan yang sama sampai pada kepastian penuh tentang
pengharapan sampai akhir:].
RSV: ‘And we
desire each one of you to show the same earnestness in realizing the full assurance of hope until the
end,’ [= Dan kami ingin setiap kamu menunjukkan kesungguhan yang sama dalam
mencapai / mendapat kepastian penuh
tentang pengharapan sampai akhir;].
NIV: ‘We want
each of you to show this same diligence to the very end, in order to make your
hope sure.’ [= Kami mau setiap kamu menunjukkan kesungguhan / kerajinan
yang sama sampai akhir, supaya membuat pengharapanmu pasti.].
NASB: ‘And we
desire that each one of you show the same diligence so as to realize the full assurance of hope until the
end,’ [= Dan kami ingin supaya setiap kamu menunjukkan kesungguhan /
kerajinan yang sama sehingga mencapai / mendapat
kepastian penuh tentang pengharapan sampai akhir;].
Adam
Clarke (tentang Ibr 6:11): “All
that is said here must be understood as still implying the absolute necessity
of continuing in the same degree of grace from which this full assurance of
hope is derived. This full assurance, therefore, does not imply that the man
will absolutely persevere to the end; but that, if he do persevere in this same
grace, he shall infallibly have an eternal glory. There is no unconditional perseverance
in the Scripture, nor can there be such in a state of probation.” [= Semua yang
dikatakan di sini harus dimengerti sebagai tetap menunjukkan keharusan mutlak
untuk terus dalam tingkat yang sama dari kasih karunia dari mana kepastian
pengharapan ini didapatkan. Karena itu, kepastian
penuh ini tidak menunjukkan bahwa manusia akan secara mutlak bertekun sampai
akhir; tetapi bahwa, jika ia memang bertekun dalam kasih karunia
yang sama ini, ia akan secara tak bisa salah mendapatkan suatu kemuliaan kekal.
Di sana tidak ada suatu ketekunan tak bersyarat
dalam Kitab Suci, juga di sana tidak bisa ada yang seperti itu dalam suatu
keadaan percobaan.].
Adam
Clarke (tentang Ibr 6:12): “‘That ye be not
slothful.’ This shows how the full assurance of hope is to be regulated and
maintained. They must be diligent; slothfulness will deprive them both of
hope and faith. That faith which worketh by love will maintain hope in its
full and due exercise. ‘Followers of them.’ ... That ye be mimics or imitators
of them who are inheriting the promises. And they inherited these promises by
faith in him who is invisible, and who, they knew, could not lie; and they
patiently endured, through difficulties and adversities of every kind, and
persevered unto death.” [=
‘Supaya kamu jangan menjadi lamban / malas’. Ini menunjukkan betapa kepastian
penuh dari pengharapan itu harus diarahkan / dikendalikan dan dipertahankan. Mereka harus rajin / sungguh-sungguh; kemalasan / kelambanan
akan menghilangkan dari mereka pengharapan dan iman. Iman itu yang
bekerja oleh kasih akan mempertahankan pengharapan dalam pelaksanaannya yang
penuh dan benar. ‘Penurut-penurut / peniru-peniru mereka’. ... Supaya kamu
menjadi peniru-peniru mereka yang sedang mewarisi janji-janji. Dan mereka
mewarisi janji-janji ini oleh iman kepadaNya yang tak kelihatan, dan yang
mereka tahu tidak bisa berdusta; dan mereka
bertahan / bertekun dengan sabar, melalui kesukaran-kesukaran dan
kesengsaraan-kesengsaraan dari setiap jenis, dan bertekun sampai mati.].
Penafsiran Adam Clarke ini
jelas bertentangan frontal dengan 1Yoh 2:19 - “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka
tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita,
niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu
terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita.”.
Ayat ini jelas menunjukkan
bahwa yang bisa murtad / kehilangan iman hanyalah mereka yang tidak
sungguh-sungguh. Mereka yang sungguh-sungguh, pasti akan tetap beriman.
Berbeda
dengan Adam Clarke, Lenski kelihatannya tidak menggunakan text ini untuk
menentang doktrin KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG ini.
Lenski
(tentang Ibr 6:11): “To exercise diligence in regard to the full assurance
of that hope is with all diligence to examine the divine grounds on which our
assurance rests. This will make us sure and certain, fully so in all respects,
and will thus make our hope strong like a flame that blazes up steadily to full
height. ‘Up to the end’ the writer desires this diligence to be displayed, i.
e., until the end of the life of each one of his readers.” [= Melaksanakan
kerajinan / kesungguhan berkenaan dengan kepastian penuh tentang pengharapan
itu berarti dengan seluruh kerajinan /
kesungguhan memeriksa / menguji dasar-dasar ilahi pada mana kepastian kita
bersandar / terletak. Ini akan membuat
kita pasti, pasti secara penuh dalam semua hal, dan dengan demikian akan
membuat pengharapan kita kuat seperti suatu nyala api yang membara dengan tetap
sampai ketinggian yang penuh. ‘Sampai akhir’. Sang penulis ingin
kerajinan / kesungguhan ini ditunjukkan, yaitu sampai akhir dari kehidupan dari
setiap pembacanya.].
Lenski
(tentang Ibr 6:12): “From 5:11 we know that the readers ‘have become
sluggish as regards their hearing.’ While it is not said that they have become
sluggish also as regards their hope, this is implied; for the diligence that is
required to keep the full assurance of their hope is none other than diligent
hearing and heeding the gospel with its assurance in regard to what Christ has
done and will do. Thus the present reference to sluggishness is an advance on
5:11. Not sluggish ‘but imitators of those who through faith and longsuffering
are inheriting the promises.’ This unrolls before the eyes of the readers the
example of their many fellow Christians who are faithful to the end. ... Many have already
inherited the promises, others are now entering on their inheritance and
heavenly salvation. The readers surely do not want to lose their inheritance
after God has made them heirs (v. 4–8). ... The writer says: ‘See how those
others are getting the inheritance through faith that is unshaken by what men
do to them. Imitate them, beloved, and let no one break down your faith and
make you forfeit your inheritance!’” [= Dari
5:11 kita tahu bahwa para pembaca ‘telah menjadi lamban berkenaan dengan
pendengaran mereka (terhadap
firman)’. Sekalipun tidak dikatakan
bahwa mereka telah juga menjadi lamban berkenaan dengan pengharapan mereka, ini
ada secara implicit; karena kerajinan /
kesungguhan yang dibutuhkan untuk menjaga kepastian penuh dari pengharapan, tidak
lain dari tindakan mendengar dan memperhatikan yang rajin / sungguh-sungguh
terhadap injil dengan kepastiannya berkenaan dengan apa yang Kristus telah lakukan
dan akan lakukan. Jadi referensi tentang kelambanan di sini merupakan suatu lanjutan dari
5:11. Bukan lamban ‘tetapi peniru-peniru dari mereka yang melalui iman dan
kesabaran sedang mewarisi janji-janji’. Ini menyatakan di depan mata dari para
pembaca teladan dari banyak sesama Kristen mereka, yang setia sampai akhir. ...
Banyak orang telah mewarisi janji-janji,
orang-orang lain sekarang sedang memasuki warisan dan keselamatan surgawi
mereka. Para pembaca pasti tidak ingin kehilangan
warisan mereka setelah Allah membuat mereka pewaris-pewaris (ay 4-8).
... Sang penulis berkata: ‘Lihatlah bagaimana orang-orang lain itu sedang
mendapatkan warisan itu melalui iman yang tak tergoyahkan oleh apa yang
orang-orang lakukan kepada mereka. Tirulah mereka, saudara-saudara
yang kekasih, dan jangan biarkan seorangpun menghancurkan imanmu dan membuat
kamu kehilangan warisanmu!’].
Ibr 5:11 - “Tentang hal itu banyak yang harus
kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.”.
Jadi, Lenski menafsirkan
bahwa text ini berarti bahwa orang-orang itu disuruh untuk berusaha supaya bisa
mempunyai pengharapan yang pasti tentang keselamatan mereka.
Kita sudah melihat
komentar-komentar dari penafsir-penafsir Arminian. Sekarang kita melihat
komentar-komentar dari penafsir-penafsir Reformed.
Untuk komentar dari Matthew
Henry, saya mulai membahasnya dari ayat-ayat sebelumnya, yaitu Ibr 6:9.
Ibr 6:9 - “(9) Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih,
sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki
sesuatu yang lebih baik, yang mengandung
keselamatan.”.
Catatan:
1. Kata ‘Tetapi’ pada awal ay 9 ini merupakan
suatu pengkontrasan dengan text sebelumnya, yaitu Ibr 6:4-8, yang berbicara
tentang orang-orang Kristen (KTP) yang murtad.
2. Bagian akhir dari ay 9, terjemahan dari LAI
kurang baik.
RSV: ‘that belong to salvation’ [= yang merupakan milik / bagian dari keselamatan].
KJV/NIV/NASB: ‘that accompany salvation’ [= yang menyertai keselamatan].
Matthew Henry (tentang Ibr
6:9): “He freely and openly declares the good
hope he had concerning them, that they would endure to the end: ‘But beloved,
we are persuaded better things of you,’ v. 9. Observe, 1. There are things that
accompany salvation, things that are never separated from salvation, things
that show the person to be in a state of salvation, and will issue in eternal
salvation. 2. The things that accompany salvation are better things than ever
any hypocrite or apostate enjoyed. They are better in their nature and in their
issue.” [= Ia secara terang-terangan dan
terbuka menyatakan pengharapan yang baik yang ia miliki berkenaan dengan
mereka, bahwa mereka akan bertahan sampai akhir: ‘Tetapi saudara-saudara yang kekasih,
kami diyakinkan tentang hal-hal yang lebih baik dari / tentang kamu’, ay 9. Perhatikan,
1. Di sana ada hal-hal yang
menyertai keselamatan, hal-hal yang tidak pernah terpisah dari keselamatan,
hal-hal yang menunjukkan bahwa seseorang ada dalam suatu keadaan keselamatan,
dan akan pada akhirnya menghasilkan keselamatan kekal. 2. Hal-hal yang menyertai keselamatan
adalah hal-hal yang lebih baik dari pada hal-hal yang pernah dinikmati oleh
orang-orang munafik dan orang-orang murtad. Hal-hal itu lebih baik dalam sifat
mereka dan dalam hasil mereka.].
Matthew Henry (tentang Ibr
6:11): “Those who persevere in a diligent discharge of their
duty shall attain to the full assurance of hope in the end. Observe, (1.) Full
assurance is a higher degree of hope, is full assurance of hope; they differ
not in nature, but only in degree. (2.) Full assurance is attainable by great
diligence and perseverance to the end.” [= Mereka yang bertekun dalam suatu pelaksanaan yang rajin dari
kewajiban mereka akan mencapai kepastian penuh tentang pengharapan akhir.
Perhatikan, (1.) Kepastian penuh adalah suatu tingkat
pengharapan yang lebih tinggi, adalah kepastian yang penuh dari pengharapan;
mereka tidak berbeda dalam sifatnya / hakekatnya, tetapi hanya dalam tingkatnya.
(2.) Kepastian penuh bisa dicapai dengan kerajinan dan ketekunan yang besar
sampai akhir.].
Matthew Henry (tentang Ibr
6:12): “He proceeds to set before them caution and
counsel how to attain this full assurance of hope to the end. 1. That they
should not be slothful. Slothfulness will clothe a man with rags: they must not
love their ease, nor lose their opportunities. 2. That they would follow the
good examples of those who had gone before, v. 12.” [=
Ia melanjutkan dengan menaruh di depan mereka
peringatan dan nasehat bagaimana untuk mencapai keyakinan yang penuh dari
pengharapan sampai akhir. 1. Bahwa mereka tidak boleh malas.
Kemalasan akan memakaiani seseorang dengan kain buruk / compang camping: mereka
tidak boleh mengasihi kesenangan / ketenteraman mereka, ataupun kehilangan
kesempatan-kesempatan mereka. 2. Bahwa mereka akan mengikuti teladan-teladan
yang baik dari mereka yang mendahului mereka, ay 12.].
Jadi, Matthew Henry menganggap bahwa Ibr 6:11-12 tak
berurusan dengan orang yang murtad / kehilangan keselamatan. Text ini hanya
menyuruh orang-orang Kristen berusaha supaya kepastian keselamatan mereka
ditingkatkan sampai penuh / tingkat yang lebih tinggi.
Barnes’ Notes (tentang Ibr
6:11): “‘To the full assurance of hope.’ In order to obtain
the full assurance of hope. The word rendered ‘full assurance,’ means firm
persuasion, and refers to a state of mind where there is the fullest
conviction, or where there is no doubt; see Col 2:2; 1 Thess 1:5; Heb 10:22;
compare Luke 1:1; Rom 4:21; 14:5; 2 Tim 4:5,17, where the same word, in
different forms, occurs. Hope is a compound emotion (see the note on Eph 2:12),
made up of an earnest ‘desire’ for an object, and a corresponding ‘expectation’
of obtaining it. The hope of heaven is made up of an earnest ‘wish’ to reach
heaven, and a corresponding ‘expectation’ of it, or ‘reason to believe’ that it
will be ours. The full assurance of that hope exists where there is the highest
desire of heaven, and such corresponding evidence of personal piety as to leave
no doubt that it will be ours. ‘To the end.’ To the end of life. The apostle
wished that they would persevere in such acts of piety to the end of their
course, as to have their hope of heaven fully established, and to leave no
doubt on the mind that they were sincere Christians.” [=
‘Sampai pada kepastian penuh tentang
pengharapan’. Untuk mendapatkan kepastian yang penuh dari / tentang
pengharapan. Kata yang diterjemahkan ‘kepastian yang
penuh’, berarti kepercayaan yang teguh, atau dimana di sana tidak ada keraguan;
lihat Kol 2:2; 1Tes 1:5; Ibr 10:22; bandingkan Luk 1:1; Ro 4:21;
14:5; 2Tim 4:5,17, dimana kata yang sama muncul dalam bentuk-bentuk yang
berbeda. Pengharapan adalah suatu emosi / perasaan gabungan (lihat catatan
tentang Ef 2:12), terdiri dari suatu ‘keinginan’ sungguh-sungguh untuk suatu
obyek, dan suatu ‘pengharapan’ yang sesuai untuk mendapatkannya. Pengharapan
tentang surga terdiri dari suatu ‘keinginan’ yang sungguh-sungguh untuk
mencapai surga, dan suatu ‘pengharapan’ yang sesuai tentangnya, atau ‘alasan
untuk percaya’ bahwa itu akan menjadi milik kita. Kepastian penuh tentang pengharapan itu ada dimana
di sana ada keinginan yang tertinggi tentang surga, dan bukti kesalehan pribadi
yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan keragu-raguan bahwa itu akan menjadi
milik kita. ‘Sampai pada
akhirnya’. Sampai akhir hidup. Sang rasul ingin
bahwa mereka akan bertekun dalam tindakan-tindakan kesalehan seperti itu sampai
akhir dari jalan hidup mereka, sehingga pengharapan mereka tentang surga
diteguhkan sepenuhnya, dan tidak meninggalkan keragu-raguan pada
pikiran mereka bahwa mereka adalah orang-orang Kristen yang tulus /
sungguh-sungguh.].
Barnes’ Notes (tentang Ibr
6:12): “‘That ye be not slothful.’ Indolent; inactive. This
was what he was especially desirous of guarding them against. By diligent and
strenuous effort only could they secure themselves from the danger of apostasy.” [=
‘Supaya jangan kamu menjadi malas’. Lamban / malas,
tidak aktif. Ini adalah apa yang ia secara khusus ingin supaya mereka
berjaga-jaga terhadapnya. Hanya dengan
usaha yang rajin dan keras mereka bisa mengamankan diri mereka sendiri dari
bahaya kemurtadan.].
Calvin (tentang Ibr 6:11): “‘To the full assurance of
hope,’ or, to the certainty of hope, etc. As they
who professed the Christian faith were distracted by various opinions, or were
as yet entangled in many superstitions, he bids them to be so fixed in firm
faith, as no longer to vacillate nor be driven here and there, suspended
between alternate winds of doubts. This injunction is, however, applicable to
all; for, as the truth of God is unchangeably fixed, so faith, which relies on
him, when it is true, ought to be certain, surmounting every doubt. It is a
full assurance, πληροφορία, an
undoubting persuasion, when the godly mind settles it with itself, that it is
not right to call in question what God, who cannot deceive or lie, has spoken.”
[= ‘Sampai pada kepastian penuh tentang pengharapan’, atau, sampai pada
kepastian pengharapan, dst. Karena mereka yang mengakui iman Kristen dibingungkan
/ dikacaukan pikirannya oleh bermacam-macam pandangan, atau masih terlibat /
terjerat dalam banyak takhyul, ia meminta mereka untuk begitu diteguhkan dalam
iman yang teguh, sehingga tidak lagi terombang-ambing ataupun didorong kesana
kemari, tergantung di antara angin keraguan yang berubah-ubah. Tetapi perintah
ini cocok untuk diterapkan kepada semua orang; karena, sebagaimana kebenaran
Allah tetap secara tak bisa berubah, demikian juga
iman, yang bersandar kepada Dia, pada waktu iman itu benar, harus pasti,
mengatasi setiap keraguan. Itu adalah suatu
kepastian yang penuh, πληροφορία (PLEROPHORIA), suatu
kepercayaan yang tidak ragu-ragu, pada waktu pikiran orang saleh membereskan
dirinya sendiri, bahwa tidaklah benar untuk mempertanyakan apa yang Allah, yang
tidak bisa menipu atau berdusta, telah berbicara.].
Calvin (tentang Ibr 6:11): “The word ‘hope,’
is here to be taken for ‘faith,’ because of its affinity to it. The Apostle,
however, seems to have designedly used it, because he was speaking of
perseverance. And we may hence conclude how far short of faith is that general
knowledge which the ungodly and the devils have in common; for they also
believe that God is just and true, yet they derive hence no good hope, for they
do not lay hold on his paternal favor in Christ. Let us then know that true
faith is ever connected with hope.” [=
Kata ‘pengharapan’ di sini digunakan untuk ‘iman’, karena hubungan /
kemiripannya dengannya. Tetapi sang Rasul, kelihatannya telah menggunakannya
dengan suatu tujuan / maksud, karena ia sedang
berbicara tentang ketekunan. Dan karena itu kita bisa menyimpulkan betapa
sangat kurang dari iman pengetahuan umum itu yang orang-orang jahat dan
setan-setan sama-sama mempunyainya; karena mereka juga percaya bahwa Allah
adalah adil dan benar, tetapi mereka tidak mendapatkan dari sana pengharapan
yang baik, karena mereka tidak memegang kebaikanNya yang bersifat kebapaan
dalam Kristus. Jadi hendaklah kita mengetahui bahwa
iman yang benar selalu dihubungkan dengan pengharapan.].
Calvin (tentang Ibr 6:11): “He
said ‘to the end,’ or
perfection; and he said this, that they might know that they had not yet
reached the goal, and were therefore to think of further progress. He mentioned
diligence, that they might know that they were not to sit down idly, but to
strive in earnest.” [=
Ia berkata ‘sampai pada akhirnya’, atau kesempurnaan; dan ia mengatakan ini,
supaya mereka bisa tahu bahwa mereka belum mencapai
tujuan itu, dan karena itu harus berpikir tentang kemajuan yang lebih jauh.
Ia menyebutkan kerajinan, supaya mereka bisa tahu bahwa
mereka tidak boleh duduk secara malas tetapi berjuang dengan sungguh-sungguh.].
Calvin (tentang Ibr 6:12): “‘But followers,’ or
imitators, etc. To sloth he opposes imitation; it is then the same thing as
though he said, that there was need of constant alacrity of mind; but it had
far more weight, when he reminded them, that the fathers were not made
partakers of the promises except through the unconquerable firmness of faith;
for examples convey to us a more impressive idea of things.”
[= ‘Tetapi pengikut-pengikut’, atau
peniru-peniru, dst. Terhadap kemalasan ia
mempertentangkan peniruan; maka itu adalah hal yang sama seakan-akan
ia berkata, bahwa di sana ada kebutuhan dari kesegeraan yang konstan dalam
menanggapi dari pikiran; tetapi itu mempunyai berat yang jauh lebih besar, pada
waktu ia mengingatkan mereka, bahwa bapa-bapa
tidaklah dibuat menjadi pengambil-pengambil bagian dari janji-janji kecuali
melalui keteguhan yang tak terkalahkan dari iman; karena
teladan-teladan memberi kepada kita suatu gagasan yang lebih mengesankan dari
hal-hal.].
Calvin (tentang Ibr 6:12): “‘Faith and patience,’ etc.
What is meant is, a firm faith, which has patience as its companion. For faith
is what is, chiefly required; but as many who make at first a marvelous display
of faith, soon fail, he shows, that the true evidence of that faith
which is not fleeting and evanescent, is endurance. By
saying that the ‘promises’ were
obtained by ‘faith,’ he takes
away the notion of merits; and still more clearly by saying, that they came by
‘inheritance’; for we are in no other way made heirs but by the right of
adoption.” [=
‘Iman dan kesabaran’, dst. Apa yang dimaksudkan adalah, suatu iman yang teguh,
yang mempunyai kesabaran sebagai sesuatu yang menyertainya. Karena iman adalah
apa yang secara terutama dituntut; tetapi karena banyak orang yang pada awalnya
membuat suatu pertunjukan iman yang sangat bagus, gagal dengan cepat, ia
menunjukkan, bahwa bukti yang benar dari iman itu,
yang tidak berlalu dengan cepat dan cenderung untuk hilang, adalah ketahanan /
ketekunan. Dengan mengatakan bahwa ‘janji-janji’ didapatkan oleh
‘iman’, ia membuang gagasan / pikiran tentang jasa; dan secara lebih jelas
dengan mengatakan, bahwa mereka datang oleh ‘warisan’; karena kita dibuat
menjadi pewaris-pewaris tidak dengan cara lain kecuali oleh hak dari adopsi.].
John Owen (tentang Ibr 6:11): “And herein the
apostle, with great wisdom, acquaints these Hebrews with the proper end and use
of gospel threatenings and promises; wherein men are apt to be mistaken, and so
to abuse the one and the other. For threatenings have been looked on as if they had no other end or use but to terrify the minds
of men, and to cause them to despond, - as if the things threatened must
unavoidably come upon them. Hence some have fancied that they belong not unto
the dispensation of the gospel as it is to be preached unto believers; and few
have known how to make a due application of them unto their consciences. And it
is to be feared that the end and use of God’s promises have been so far
mistaken, that some have suffered themselves to be imposed on by the
deceitfulness of sin, and to be influenced by the consideration of them into
carelessness and security, as though, do what they would, no evil could befall
them. But our apostle here discovereth the joint end of them both towards
believers, or professors of the gospel; which is to stir up and encourage them
unto their utmost, constant, persevering diligence in all duties of obedience.
And it is no small part of the duty and wisdom of the ministers of the gospel
to instruct their hearers in, and press upon them the proper use and due
improvement of the promises and threatenings of God.”
[= Dan di sini sang rasul,
dengan hikmat yang besar, memperkenalkan orang-orang Ibrani ini dengan tujuan
dan kegunaan yang benar dari ancaman-ancaman dan janji-janji dari injil; dimana
orang-orang cenderung untuk salah, dan dengan demikian menyalah-gunakan yang
satu atau yang lain. Karena ancaman-ancaman telah dilihat seakan-akan mereka
tidak mempunyai tujuan atau kegunaan lain kecuali menakut-nakuti pikiran
manusia, dan menyebabkan mereka putus asa, - seakan-akan hal-hal yang
diancamkan pasti datang secara tak terhindarkan kepada mereka. Maka sebagian
orang telah berkhayal bahwa mereka tidak termasuk jaman (dispensasi) dari injil
sebagaimana itu harus diberitakan kepada orang-orang percaya; dan sedikit orang
telah mengetahui bagaimana membuat suatu penerapan yang tepat dari mereka pada
hati nurani mereka. Dan ditakutkan bahwa tujuan dan kegunaan dari janji-janji
Allah telah disalah-mengerti begitu jauh, sehingga sebagian orang telah
membiarkan diri mereka sendiri untuk dibebani oleh penipuan dari dosa, dan
untuk dipengaruhi oleh pertimbangan dari mereka ke dalam kecerobohan dan
keamanan, seakan-akan sekalipun mereka melakukan apa yang mereka maui, tak ada
bencana bisa menimpa mereka. Tetapi sang rasul di sini menyatakan tujuan gabungan dari mereka
terhadap orang-orang percaya, atau pengaku-pengaku dari injil; yang adalah
untuk menggerakkan dan mendorong mereka pada kerajinan mereka yang tertinggi,
konstan, dan bertekun, dalam semua kewajiban dari ketaatan.
Dan bukanlah bagian kecil dari kewajiban dan hikmat dari pelayan-pelayan /
pendeta-pendeta dari injil untuk mengajar para pendengar mereka dan menekankan
kepada mereka penggunaan yang benar dan perbaikan yang benar dari janji-janji
dan ancaman-ancaman Allah.].
John Owen (tentang Ibr 6:11): “Our profession
will not be preserved, nor the work of faith and love carried on unto the glory
of God and our own salvation, without a constant studious diligence in the
preservation of the one and the exercise of the other.”
[= Pengakuan kita tidak akan dipelihara, juga pekerjaan iman dan kasih
tidak akan diteruskan pada kemuliaan Allah dan keselamatan kita sendiri, tanpa
suatu kerajinan yang sungguh-sungguh dan konstan dalam pemeliharaan dari yang
satu (iman) dan
pelaksanaan dari yang lain (kasih).].
John Owen (tentang Ibr 6:11): “Our apostle knew
nothing of that lazy kind of profession which satisfies the generality of
Christians at this day. They can show all diligence in their trades, in their
callings, in their studies, it may be in their pleasures, and sometimes in the
pursuit of their lusts; but for a watchful diligence, an earnest, studious
endeavor in and about the duties of religion, the work of faith and love, they
are strangers unto it, yea, cannot be persuaded that any such thing is required
of them or expected from them.”
[= Rasul kita tidak mengenal jenis pengakuan yang
malas itu, yang memuaskan mayoritas orang-orang Kristen pada jaman ini.
Mereka bisa menunjukkan semua kerajinan dalam
perdagangan mereka, dalam panggilan mereka, dalam study mereka, itu bisa ada
dalam kesenangan-kesenangan mereka, dan kadang-kadang dalam pengejaran dari
nafsu-nafsu mereka; tetapi untuk suatu
kerajinan yang berjaga-jaga, suatu usaha yang sungguh-sungguh dan rajin dalam
dan tentang kewajiban-kewajiban agama, pekerjaan dari iman dan kasih, mereka
adalah orang-orang asing terhadapnya, bahkan tidak bisa dibujuk bahwa yang
manapun dari hal seperti itu dituntut dari mereka atau diharapkan dari mereka.].
John Owen (tentang Ibr 6:11): “But
let no man mistake; these two principles are as certain and as sacred as any
thing in the gospel: (1.) Unless
there be in us a work of faith in personal holiness, and a labor of love
towards others, there is nothing in us that accompanies salvation, or will ever
bring us thereunto. ... (2.) That
this work of faith and labor of love will not be persisted in, nor carried on,
without studious diligence and earnest endeavors.”
[= Tetapi hendaklah jangan
ada orang yang salah; dua prinsip ini adalah sama pastinya dan sama keramatnya
seperti apapun dalam injil: (1.) Kecuali di sana ada dalam kita suatu pekerjaan
iman dalam kekudusan pribadi, dan suatu jerih payah dari kasih terhadap
orang-orang lain, di sana tidak ada apapun di dalam kita yang menyertai
keselamatan, atau akan pernah membawa kita ke sana. (2.)
Bahwa pekerjaan iman dan jerih payah kasih ini tidak akan tetap berlangsung,
atau dilanjutkan, tanpa kerajinan yang sungguh-sungguh dan usaha-usaha yang
sungguh-sungguh.].
John Owen (tentang Ibr 6:11): “There
is the plhrofori>a of
this hope, - the ‘full assurance’ of it. Hope hath its degrees, as faith hath
also. There is a weak or a little faith, and a strong or great
faith. So there is an imperfect and a more perfect hope. This ‘full assurance’
is not of the nature or essence of it, but an especial degree of it in its own improvement. A weak, imperfect
hope, will give but weak and imperfect relief under trouble; but that which
riseth up unto the full assurance will complete our relief. Wherefore, as hope
itself is necessary, so is this degree of it, especially where trials do
abound. Yet neither is hope in this degree absolute, or absolutely perfect.”
[= Di sana ada plhrofori>a (PLEROPHORIA)
dari pengharapan ini, - ‘kepastian penuh’ tentangnya. Pengharapan mempunyai
tingkat-tingkatnya, seperti iman juga mempunyainya. Di sana ada suatu iman yang
lemah dan kecil, dan suatu iman yang kuat dan besar. Demikian juga di sana ada
suatu pengharapan yang tidak sempurna dan yang lebih sempurna. ‘Kepastian yang
penuh’ ini bukanlah hakekat darinya, tetapi suatu tingkat khusus tentangnya
dalam perkembangannya. Suatu pengharapan yang lemah dan tidak sempurna akan
memberikan hanya keringanan / pertolongan yang lemah dan tidak sempurna di
bawah kesukaran; tetapi pengharapan yang bangkit / naik sampai kepastian yang
penuh akan menyempurnakan keringanan / pertolongan kita. Karena itu,
sebagaimana pengharapan itu sendiri merupakan sesuatu yang perlu demikian juga
tingkatnya ini, khususnya dimana pencobaan-pencobaan berlimpah-limpah. Tetapi
pengharapan dalam tingkat ini tidaklah mutlak atau sempurna secara mutlak.].
John Owen (Tentang Ibr 6:11): “Our minds in this
world are not capable of such a degree of assurance in spiritual things as to
free us from assaults to the contrary, and impressions of fear sometimes from
those assaults: but there is such a degree attainable as is always victorious;
which will give the soul peace at all times, and sometimes fill it with joy.
This, therefore, is the assurance of hope here intended; such a fixed,
constant, prevailing persuasion, proceeding from faith in the promises
concerning the good things promised, our interest in them, and certain
enjoyment of them, as will support us and carry us comfortably through all the
difficulties and troubles we have to conflict withal. And without this it is
not possible that we should carry on our profession to the glory of God and the
gospel, in the times of affliction and persecution. For although the least degree of sincere hope will
preserve from utter apostasy, yet unless it be confirmed and
fortified, and so wrought up unto this full assurance, it cannot be but that
great and sore trials, temptations, and persecutions, will at one time or other
take such impression on our minds, as to cause a manifold failing in the duties
of profession, either as to matter or manner, as it hath fallen out with not a
few sincere believers in all ages.”
[= Pikiran kita dalam dunia ini
tidaklah mampu untuk mempunyai tingkat kepastian seperti itu dalam hal-hal
rohani sehingga membebaskan kita dari serangan-serangan pada sebaliknya, dan
kadang-kadang kesan-kesan dari rasa takut dari serangan-serangan itu: tetapi di
sana ada suatu tingkat seperti itu yang bisa dicapai, yang selalu menang; yang
akan memberi jiwa damai pada setiap saat, dan kadang-kadang mengisinya dengan
sukacita. Karena itu, inilah kepastian pengharapan yang dimaksudkan di sini;
suatu keyakinan yang tetap, konstan, menang, keluar dari iman kepada
janji-janji berkenaan dengan hal-hal baik yang dijanjikan, perhatian kita
kepada mereka, dan penikmatan tertentu tentang mereka, karena akan mendukung
kita dan membawa kita dengan nyaman melalui semua kesukaran-kesukaran dan
problem-problem yang bagaimanapun harus kita hadapi / lawan. Dan tanpa ini
adalah mustahil bahwa kita meneruskan pengakuan kita pada kemuliaan Allah dan
injil, pada waktu penderitaan dan penganiayaan. KARENA SEKALIPUN TINGKAT TERKECIL DARI PENGHARAPAN YANG
SUNGGUH-SUNGGUH / TULUS AKAN MELINDUNGI / MENJAGA DENGAN AMAN DARI KEMURTADAN
MUTLAK, tetapi kecuali itu diteguhkan dan
dibentengi / diperkuat, dan dengan demikian mengerjakan / menghasilkan
kepastian yang penuh ini, tidak bisa tidak bahwa ujian, pencobaan, dan
penganiayaan yang besar dan berat akan kadang-kadang memberi kesan sedemikian
rupa pada pikiran kita, sehingga menyebabkan suatu kegagalan yang
bermacam-macam dalam kewajiban dari pengakuan, atau berkenaan dengan sikon (?)
atau cara, seperti yang telah terjadi dengan tidak sedikit orang-orang percaya
yang tulus / sungguh-sungguh dalam semua jaman.].
John Owen (tentang Ibr 6:11): “Not
only are we to have ‘hope,’ but we are to labor for the ‘assurance of hope.’ It is
one of the best evidences that any grace is true and saving in its nature and
kind, when we labor to thrive and grow in it, or to have it do so in us. [= Bukan
hanya kita harus mempunyai ‘pengharapan’, tetapi kita harus berjerih payah
untuk ‘kepastian dari pengharapan’. Ini adalah salah
satu bukti yang terbaik bahwa kasih karunia itu adalah benar dan menyelamatkan
dalam sifat dasar / hakekatnya dan jenisnya, pada waktu kita berjerih-payah
untuk maju dengan cepat dan bertumbuh di dalamnya, atau menyebabkannya
melakukan demikian di dalam kita.].
John Owen (tentang Ibr 6:12): “The apostle gives
a caution against an evil or vice directly
opposite unto the duty he had been pressing unto, and which, if admitted, would
obstruct its discharge: ‘That you be not slothful.’ And therein the series of
that discourse hath its connection with the beginning of verse 11: ‘We desire
that you be diligent,’ and ‘that you be not slothful;’ diligence and sloth
being the opposite virtue and vice, which are the matter of his exhortation.”
[= Sang rasul memberi suatu peringatan terhadap suatu kejahatan atau kebejatan
yang bertentangan secara langsung dengan kewajiban yang telah ia tekankan, dan
yang, jika diijinkan, akan mengganggu pelaksanaannya: ‘Supaya kamu jangan
menjadi malas’. Dan dalam hal ini seri dari pembicaraan itu mempunyai
hubungannya dengan permulaan dari ayat 11: ‘Kami menginginkan supaya kamu
rajin’, dan ‘supaya kamu tidak menjadi malas’; kerajinan dan kemalasan
merupakan kebaikan dan kebejatan yang bertentangan, yang merupakan pokok dari
desakan ini.].
Catatan: kata yang diterjemahkan ‘kesungguhan’ dalam Ibr 6:11 itu memang
bisa diterjemahkan ‘diligence’ [=
kerajinan], seperti dalam KJV/NIV/NASB.
Kesimpulan tentang Ibr 6:11-12: text ini tidak berbicara
tentang kemurtadan ataupun keselamatan yang bisa hilang, tetapi hanya menyuruh
orang-orang Kristen untuk berusaha sehingga pengharapan mereka meningkat
menjadi suatu kepastian yang penuh. Dan mereka harus melakukan hal itu sampai
akhir hidup mereka.