Perseverance Of The Saints (15) (ketekunan orang-orang kudus)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Ibrani 10:35 - “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu,
karena besar upah yang menantinya.”.
Barnes’
Notes (tentang Ibr 10:35): “‘Cast not away therefore your
confidence.’ Greek ‘your boldness;’ referring to their confident hope in God.
They were not to cast this away, and to become timid, disheartened, and
discouraged.” [= ‘Karena itu jangan membuang keyakinanmu’. Yunani ‘keberanianmu’; menunjuk pada pengharapan mereka
yang pasti kepada Allah. Mereka tidak boleh membuang ini, dan
menjadi takut, kehilangan semangat, dan kecil hati.].
Kata
Yunani PARRESIA yang dalam terjemahan LAI diterjemahkan ‘kepercayaan’,
dan dalam Alkitab bahasa Inggris diterjemahkan ‘confidence’ [= keyakinan], memang juga bisa diartikan ‘boldness’ [= keberanian].
Bdk.
Ibr 4:16 - “Sebab itu marilah
kita dengan penuh keberanian menghampiri
takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia
untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”.
Kata-kata
yang diterjemahkan ‘dengan
penuh keberanian’
di sini adalah META PARRESIA.
KJV/NKJV: ‘boldly’
[= dengan berani].
RSV/NIV/NASB: ‘with
confidence’ [= dengan keyakinan].
ASV: ‘with
boldness’ [= dengan keberanian].
Ibr 10:36 - “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya
sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”.
KJV: ‘patience’
[= kesabaran].
Barnes’ Notes (tentang
Ibr 10:36): “‘For ye have need of patience.’
They were then suffering, and in all trials we have need of patience. We have
need of it because there is in us so much disposition to complain and repine;
because our nature is liable to sink under sufferings; and because our trials
are often protracted. All that Christians can do in such cases is to be patient
- to lie calmly in the hands of God, and submit to his will day by day, and
year by year; ... ‘That after ye have done the will of God.’ That is, in
bearing trials, for the reference here is particularly to afflictions. ‘Ye
might receive the promise.’ The promised inheritance or reward - in heaven. It
is implied here that this promise will not be received unless we are patient in
our trials, and the prospect of this reward should encourage us to endure them.” [= ‘Karena
kamu memerlukan kesabaran’. Mereka
sedang menderita pada saat itu, dan dalam semua pencobaan, kita mempunyai
kebutuhan kesabaran. Kita memerlukannya karena di dalam
kita ada begitu banyak kecondongan untuk mengeluh dan mengomel; karena sifat
alamiah kita adalah sangat mungkin untuk tenggelam di bawah penderitaan; dan
karena pencobaan-pencobaan kita sering berlangsung lama / terus menerus. Semua yang orang-orang Kristen bisa lakukan dalam kasus-kasus
seperti itu adalah sabar - berbaring dengan tenang dalam tangan Allah, dan
tunduk pada kehendakNya hari demi hari, dan tahun demi tahun; ... ‘Supaya setelah kamu melakukan
kehendak Allah’. Artinya, dalam memikul pencobaan-pencobaan, karena
hubungannya di sini secara khusus adalah dengan penderitaan-penderitaan. ‘Kamu
bisa menerima janji itu’. Warisan atau upah / pahala yang dijanjikan - di
surga. Dinyatakan secara implicit di sini bahwa
janji ini tidak akan diterima kecuali kita sabar dalam pencobaan-pencobaan
kita, dan harapan tentang upah / pahala ini harus menguatkan / mendorong kita
untuk menahan mereka.].
Ibr 10:37 - “‘Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan
Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatanganNya.”.
Barnes’ Notes (tentang Ibr
10:37): “To all the afflicted it may be said that
‘he that shall come will come’ soon. The time of affiction is not long. Soon
the Redeemer will appear to deliver his afflicted people from all their sorrow;
to remove them from a world of pain and tears; and to raise their bodies from
the dust, and to receive them to mansions where trials are forever unknown;” [= Kepada semua orang yang menderita bisa
dikatakan bahwa ‘Ia yang akan datang akan datang’ dengan segera. Waktu dari
penderitaan tidaklah lama. Segera sang Penebus akan muncul untuk membebaskan
umatNya yang menderita dari semua kesedihan / penderitaan mereka; untuk
menyingkirkan mereka dari suatu dunia dari rasa sakit dan air mata; dan untuk membangkitkan
tubuh-tubuh mereka dari debu, dan untuk menerima mereka pada tempat-tempat
tinggal dimana pencobaan-pencobaan tidak dikenal selama-lamanya;].
Ibr 10:38 - “Tetapi orangKu yang benar
akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.’”.
Barnes’ Notes (tentang Ibr
10:38): “the idea which he expresses is, that the unbeliever, or he who renounces his religion, will incur
the divine displeasure. He will be a man
exposed to the divine wrath; a man on whom God cannot look but with
disapprobation. By this solemn consideration, therefore, the apostle
urges on them the importance of perseverance, and the guilt and danger of
apostasy from the Christian faith. If such a case should occur, no matter what
might have been the former condition, and no matter what love or zeal might
have been evinced, yet such an apostasy would expose the individual to the
certain wrath of God. His former love could not save him, any more than the
former obedience of the angels saved them from the horrors of eternal chains
and darkness, or than the holiness in which Adam was created saved him and his
posterity from the calamities which his apostasy incurred.” [= gagasan yang ia
nyatakan adalah, bahwa orang yang tidak percaya,
atau ia yang meninggalkan agamanya, akan mendatangkan ketidak-senangan ilahi.
Ia akan menjadi seseorang yang terbuka terhadap
murka ilahi; seseorang kepada siapa Allah tidak bisa melihat kecuali dengan
kecaman / ketidak-setujuan. Karena itu, dengan / oleh pertimbangan
yang khidmat ini, sang rasul mendesakkan kepada mereka kepentingan dari
ketekunan, dan kesalahan dan bahaya dari kemurtadan dari iman Kristen. Jika kasus seperti itu harus terjadi, tak peduli bagaimana
keadaan sebelumnya, dan tak peduli kasih dan semangat apa telah dinyatakan /
ditunjukkan, tetapi kemurtadan seperti itu akan membuka individu itu pada murka
tertentu dari Allah. Kasihnya yang dahulu
tidak bisa menyelamatkannya, sama seperti ketaatan yang dahulu dari
malaikat-malaikat tidak bisa menyelamatkan mereka dari kengerian dari rantai
dan kegelapan kekal, dan kesucian dalam mana Adam diciptakan tidak bisa
menyelamatkannya dan keturunannya dari bencana-bencana yang didatangkan oleh
kemurtadannya.].
Bdk. Yeh 18:24 - “Jikalau orang benar
berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian
yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang
dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah
setia dan karena dosa yang dilakukannya.”.
Catatan: perhatikan bahwa pada
bagian awal kutipan ini Albert Barnes menyebut orang itu sebagai ‘the unbeliever’ [= orang yang tidak percaya]. Memang orang yang bisa
murtad seperti itu membuktikan bahwa ia sesungguhnya tidak pernah percaya
dengan sungguh-sungguh. Bandingkan dengan 1Yoh 2:19 yang sudah
berulangkali kita bahas. Tetapi mengapa ia disebut ‘orang benar’ dalam Yeh 18:24 itu? Karena
Alkitab memang sering menyebut orang bukan sesuai dengan faktanya tetapi sesuai
pengakuannya / kelihatannya.
Ibr 10:39 - “Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan
diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”.
Barnes’ Notes (tentang Ibr
10:39): “‘But we are not of them ...’ We
who are true Christians do not belong to such a class. In this the apostle
expresses the fullest conviction that none of those to whom he wrote would
apostatize. The case which he had been describing was only a supposable case,
not one which he believed would occur. He had only been stating what ‘must’
happen if a sincere Christian should apostatize. But he did not mean to say
that this ‘would’ occur in regard to them, or in any case. He made a statement
of a general principle under the divine administration, and he designed that
this should be a means of keeping them in the path to life. What could be a
more effectual means than the assurance that if a Christian should apostatize
‘he must inevitably perish forever?’” [= ‘Tetapi kita bukan
dari mereka ...’ Kita yang adalah orang-orang
Kristen yang sungguh-sungguh tidak termasuk dalam golongan seperti itu. Dalam
hal ini sang rasul menyatakan keyakinan yang paling penuh bahwa tidak ada dari
mereka kepada siapa ia menulis akan murtad. Kasus yang telah ia nyatakan hanyalah kasus yang dapat
dipikirkan / dipertimbangkan, bukan kasus yang ia percaya akan terjadi.
Ia hanya menyatakan apa yang ‘harus’
terjadi jika seorang Kristen yang sungguh-sungguh murtad. Tetapi ia tidak
bermaksud untuk mengatakan bahwa ini ‘akan’ terjadi berkenaan dengan mereka,
atau dalam kasus apapun. Ia membuat
suatu pernyataan tentang suatu prinsip umum di bawah pemerintahan ilahi, dan ia merancang bahwa ini harus
menjadi suatu cara untuk menjaga mereka dalam jalan kehidupan. Cara apa yang bisa lebih efektif dari pada keyakinan bahwa
jika seorang Kristen murtad ‘ia secara tak terhindarkan harus binasa
selama-lamanya?’].
Ibr 10:35-36 - “(35) Sebab itu janganlah kamu
melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. (36) Sebab kamu
memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu
memperoleh apa yang dijanjikan itu.”.
John Owen (tentang
Ibr 10:35-36): “A grace and duty which in this
inference he exhorts them to retain; and that is παρρησίαν. ... The reason of the exhortation not to cast it away; because ‘it hath
great recompence of reward.’” [= Suatu
kasih karunia dan kewajiban yang dalam kesimpulan ini ia peringatkan /
nasehatkan untuk pertahankan; dan itu adalah PARRESIAN (kepercayaan / keyakinan). ... Alasan dari
peringatan / nasehat untuk tidak membuangnya; karena ‘itu mempunyai balasan
yang besar dari upah / pahala.’] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 197 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:35): “2. That which he exhorts them
thus unto by this argument, is the preservation and continuance of their
‘confidence.’ This παρρησία,
whatever it be, was that which engaged them in and carried them through their
sufferings; which alone was praiseworthy in them. ...
Now, this was absolutely neither their faith nor profession; but, as we have had occasion to mention several times, it is a fruit and effect of faith, whereby the minds of believers are made prompt, ready, free
unto all duties of profession, against all difficulties and discouragements. It is a boldness of mind, with freedom from bondage and
fear, in the duties of religion towards God and man, from a prevailing
persuasion of our acceptance with God therein. In this frame of spirit, by
this fruit and effect of faith, these Hebrews were carried cheerfully
through all their sufferings for the gospel. And indeed without it,
it is impossible that we should undergo any great sufferings unto the glory of
God, or our own advantage.”
[= 2. Yang ia peringatkan / nasehatkan
mereka seperti itu oleh argumentasi ini, adalah penjagaan / pemeliharaan dan
tindakan melanjutkan dari ‘keyakinan’ mereka. PARRESIA
ini, apapun itu adanya, adalah itu yang memasukkan mereka ke dalam dan membawa
mereka melalui penderitaan-penderitaan mereka. ... Ini secara mutlak
bukanlah iman atau pengakuan mereka; tetapi, seperti kita telah berkesempatan
untuk menyebutkannya beberapa kali, ITU ADALAH SUATU
BUAH DAN AKIBAT / HASIL DARI IMAN, dengan mana pikiran dari
orang-orang percaya dibuat cepat, siap, bebas dalam semua kewajiban-kewajiban
dari pengakuan, terhadap semua kesukaran-kesukaran dan hal-hal yang mengecilkan
hati. Itu adalah keberanian dari
pikiran, dengan kebebasan dari perbudakan dan rasa takut, dalam
kewajiban-kewajiban dari agama terhadap Allah dan manusia, dari suatu
kepercayaan yang menang / unggul tentang penerimaan kita dengan Allah disana.
Dalam kerangka roh ini, oleh buah dan akibat / hasil dari iman ini, orang-orang
Ibrani ini dibawa dengan sukacita melalui semua penderitaan mereka untuk injil.
Dan memang tanpa itu, adalah mustahil bahwa kita harus mengalami
penderitaan-penderitaan besar apapun bagi kemuliaan Allah, atau keuntungan diri
kita sendiri.]
- ‘Hebrews’, vol 10, hal 197-198 (ages).
Jadi, berbeda dengan Adam Clarke yang menganggap PARRESIA (Indonesia:
kepercayaan; Inggris: confidence /
keyakinan) sebagai ‘iman’, maka John Owen menganggapnya sebagai ‘suatu
keberanian yang merupakan buah / hasil dari iman’. Kalau dilihat dari ayat-ayat
di bawah ini, yang juga menggunakan kata Yunani yang sama, jelas bahwa John
Owen yang benar. PARRESIA bukanlah iman, tetapi
keberanian yang merupakan buah / hasil dari iman.
Kis 4:13 - “Ketika
sidang itu melihat keberanian (Yunani:
PARRESIAN) Petrus dan Yohanes dan
mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka;
dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.”.
KJV/RSV: ‘boldness’
[= keberanian].
NIV: ‘courage’
[= keberanian].
NASB: ‘confidence’
[= keyakinan].
Ef 3:12 - “Di
dalam Dia kita beroleh keberanian (Yunani:
PARRESIAN) dan jalan masuk kepada Allah
dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya.”.
KJV/RSV/NASB: ‘boldness’
[= keberanian].
NIV: ‘freedom’
[= kebebasan].
Ibr 10:19 - “Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian (Yunani:
PARRESIAN) dapat masuk ke dalam tempat
kudus,”.
KJV: ‘boldness’
[= keberanian].
RSV/NIV/NASB: ‘confidence’
[= keyakinan].
Ibr 10:35 - “Sebab itu janganlah
kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.”.
KJV: ‘Cast not away’ [= Jangan
membuang].
RSV/NIV/NASB: ‘do not throw away’
[= jangan membuang].
John Owen (tentang Ibr 10:35): “For as
I look on this confidence as a grace, so it is not the root, but a branch from
it: faith is the root, and confidence is a branch springing out of it. Wherefore
it may, at least for a season, be cast away, while faith abides firm.
Sometimes failing in faith makes this confidence to fail; and sometimes failing
in this confidence weakens and impairs faith. When faith on any occasion is
impaired and ensnared, this confidence will not abide; and so soon as we begin
to fail in our confidence, it will reflect weakness on faith itself.”
[= Karena saya memandang pada keyakinan ini sebagai suatu kasih karunia, maka
itu bukanlah akar, tetapi suatu cabang darinya: iman
adalah akarnya, dan keyakinan adalah suatu cabang yang keluar darinya. Karena
itu bisa saja, setidaknya untuk suatu waktu, keyakinan dibuang, sedangkan iman
tetap teguh / ada. Kadang-kadang kegagalan
/ kelemahan dalam iman membuat keyakinan ini gagal / lemah; dan kadang-kadang
kegagalan / kelemahan dalam keyakinan ini melemahkan dan merusak iman. Pada waktu
iman pada peristiwa apapun rusak / lemah dan terjerat, keyakinan ini tidak akan
tetap ada; dan begitu kita mulai gagal / lemah dalam keyakinan kita, itu akan menyatakan
kelemahan pada iman itu sendiri.] - ‘Hebrews’,
vol 10, hal 198-199 (ages).
Kata-kata Owen ini memang menunjukkan bahwa iman
dan keyakinan itu berhubungan erat, tetapi tetap saja mereka adalah 2
hal yang berbeda. Keyakinan keluar dari iman. Dan karena itu bisa saja untuk sementara waktu keyakinan dibuang, tetapi
iman tetap ada. Menurut saya penjelasan ini secara sangat menyolok menunjukkan
bahwa Ibr 10:35 ini sama sekali tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk
menyatakan bahwa iman / keselamatan bisa hilang!
John Owen (tentang Ibr 10:35): “4. The reason why they should be
careful in the preservation of this confidence; which is, that it hath a ‘great
recompence of reward.’ ... Wherefore the recompence of reward here intended is
the glory of heaven, proposed as a ‘crown,’ a reward in way of recompence unto
them that overcome in their sufferings for the gospel.”
[= 4. Alasan mengapa mereka harus berhati-hati dalam menjaga keyakinan ini;
yang adalah, bahwa itu mempunyai suatu ‘balasan upah yang besar’. ... Karena
itu balasan upah yang dimaksudkan di sini adalah kemuliaan surga, dinyatakan
sebagai suatu ‘makhkota’, suatu upah sebagai balasan kepada mereka yang menang
dalam penderitaan mereka untuk injil.] - ‘Hebrews’,
vol 10, hal 200 (ages).
Ibr 10:36 - “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu
melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”.
John Owen (tentang Ibr 10:36): “Ὑπομονῆ, is ‘a
bearing of evils with quietness and complacency of mind, without raging,
fretting, despondency, or inclination unto compliance with undue ways of
deliverance.’ παρρησία, or ‘confidence,’ will engage men into
troubles and difficulties in a way of duty; but if patience take not up the
work and carry it on, confidence will flag and fail.”
[= HUPOMONE (ketekunan /
kesabaran), adalah ‘suatu sikap bertahan terhadap kejahatan / bencana dengan
pikiran yang tenang dan aman / puas, tanpa kemarahan, tindakan
bersungut-sungut, keputus-asaan, atau kecenderungan pada ketundukan /
penyesuaian dengan cara-cara pembebasan yang tidak seharusnya’. PARRESIA, atau
‘keyakinan’, akan melibatkan orang-orang ke dalam problem-problem dan
kesukaran-kesukaran dalam jalan kewajiban; tetapi jika kesabaran tidak mengambil
pekerjaan itu dan melanjutkannya, keyakinan akan kendor / merosot dan gagal /
lemah.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 201 (ages).
Ibr 10:37-39 - “(37)
‘Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang,
sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatanganNya. (38) Tetapi orangKu yang
benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak
berkenan kepadanya.’ (39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan
diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”.
BACA JUGA: AJARAN TENTANG INKARNASI YESUS KRISTUS
John Owen (tentang Ibr 10:37-39): “The substance of the apostolical exhortation, as hath been often observed, is the constancy of the Hebrews in their profession, against persecutions and temptations. Unto this end he commends unto them the necessary use of confidence and patience, as those graces which would carry them through their difficulties and support them under them. But these graces are not the root whereon constancy and perseverance do grow; they are all branches of it. They do not give strength unto the soul to do and suffer according to the mind of God; but they are the way whereby it doth exercise its strength, which it hath from another grace. It is faith from whence alone all these things do spring.” [= Pokok / inti dari desakan rasuli ini, seperti telah sering diperhatikan, adalah kekonstanan dari orang-orang Ibrani dalam pengakuan mereka, terhadap penganiayaan-penganiayaan dan pencobaan-pencobaan. Untuk tujuan ini ia menasehatkan kepada mereka tentang perlunya penggunaan dari keyakinan dan kesabaran, karena kasih karunia - kasih karunia itu yang akan membawa mereka melalui kesukaran-kesukaran mereka dan menopang mereka di bawah hal-hal itu. Tetapi kasih karunia - kasih karunia ini bukanlah akar pada mana kekonstanan dan ketekunan tumbuh; mereka semua adalah cabang-cabang darinya. Mereka tidak memberi kekuatan kepada jiwa untuk melakukan dan menderita sesuai dengan pikiran Allah; tetapi mereka adalah cara / jalan dengan mana jiwa menggunakan kekuatannya, yang ia dapatkan dari kasih karunia yang lain. Adalah iman saja dari mana semua hal ini muncul / keluar / tumbuh.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 206 (ages).
Ibr 10:38 - “Tetapi orangKu yang benar
akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.’”.
John Owen (tentang Ibr 10:38): “The
person spoken of is ὁ δίκαιός, ‘a just person,’ a man
really made just, or justified by faith, every one that is really and truly so.”
[= Pribadi / orang yang dibicarakan adalah HO DIKAIOS,
‘seorang yang benar’, seseorang yang sungguh-sungguh dibuat jadi benar, atau
dibenarkan oleh iman, setiap orang yang sungguh-sungguh dan dengan benar adalah
demikian.]
- ‘Hebrews’, vol 10, hal 214 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:38): “In the latter part
of the verse there is a description of others, on a supposition of a contrary
state, frame, and event. In the former, the person is righteous; the way of his
acting in the present case is by faith; and the event is life, ‘he shall live.’
On the other hand, there is a supposition made of a person not so qualified,
not so acting, not so living, not having the same success, but contrary in all
these things.”
[= Dalam bagian akhir dari ayat itu disana ada
suatu penggambaran tentang orang-orang lain, pada suatu pandangan tentang suatu
keadaan, struktur, dan peristiwa yang
bertentangan. Dalam yang terdahulu, orang itu benar; jalan /
cara dari tindakannya dalam kasus itu adalah dengan iman; dan hasil akhirnya
adalah hidup, ‘ia akan hidup’. Di sisi lain,
disana ada suatu pandangan yang dibuat tentang seseorang yang tidak begitu
memenuhi syarat, tidak bertindak demikian, tidak hidup demikian, tidak
mempunyai sukses yang sama, tetapi bertentangan dalam semua hal-hal ini.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 215 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:38): “Wherefore
they do greatly deceive themselves and others who suppose it the same person
who is thus spoken of, and countenance themselves by the defect of the pronoun τις,
which is naturally and necessarily supplied in our translation.”
[= Karena itu mereka
sangat menipu diri mereka sendiri dan orang-orang lain, yang menganggapnya
sebagai orang yang sama yang dibicarakan seperti itu, dan mendukung diri mereka
sendiri oleh tidak adanya kata ganti TIS, yang secara alamiah dan
secara perlu disuplai dalam terjemahan kita.] - ‘Hebrews’,
vol 10, hal 215 (ages).
Catatan: Kata Yunani TIS artinya ‘anyone’ [= siapapun].
Jadi, berbeda / bertentangan dengan Adam Clarke yang menentang
penambahan kata ‘anyone’
/ ‘siapapun’ ini, yang ia anggap mengubah arti
ayat ini, John Owen menganggap penyuplaian kata itu sebagai sesuatu yang
alamiah dan perlu.
Dan lalu John Owen memberikan alasannya, mengapa ia berpandangan
demikian.
John Owen (tentang Ibr 10:38): “For
this reading and sense of the words, ‘The just shall live by faith, and if any
draw back,’ etc., is contrary to the order of the words both in the prophet and
the apostle, and the express declaration of the mind of the apostle in the next
verse. For as the words lie in the prophet, this of the just living by faith is
a direct exception unto and removal of them whose souls are lifted up so as to
depart from God. ‘But,’ saith he, ‘the just, it shall not be so with him;’ that
is, ‘the just shall live by his faith;’ which is a direct opposition unto the
other sort of persons. And although the order of the words be changed by the
apostle, yet the opposition between the two sorts of persons is evidently
continued.”
[= Karena pembacaan dan arti
dari kata-kata ini, ‘Orang benar akan hidup oleh iman, dan jika siapapun
mundur’, dst, adalah berkebalikan dengan urut-urutan dari kata-kata dalam sang
nabi dan sang rasul, dan pernyataan yang explicit dari pikiran sang rasul dalam
ayat selanjutnya. Karena sebagaimana kata-kata itu ada dalam sang nabi, orang
benar yang hidup oleh iman ini adalah suatu perkecualian langsung dengan dan
penyingkiran dari mereka yang jiwanya ditinggikan / menjadi sombong sehingga
meninggalkan Allah. ‘Tetapi’, katanya, ‘orang
benar, itu tidak akan demikian dengan dia’; artinya, ‘orang benar akan hidup
oleh imannya’; yang merupakan suatu pertentangan langsung dengan jenis
orang-orang yang lain. Dan sekalipun
urut-urutan dari kata-kata diubah oleh sang rasul, tetapi pertentangan antara
dua jenis orang-orang ini jelas dilanjutkan.] - ‘Hebrews’,
vol 10, hal 215 (ages).
Hab 2:1-4 - “(1) Aku mau
berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau
dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang akan
dijawabNya atas pengaduanku. (2) Lalu TUHAN menjawab aku, demikian:
‘Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang
sambil lalu dapat membacanya. (3) Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak
menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh
akan datang dan tidak akan bertangguh. (4) Sesungguhnya,
orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.”.
Kata-kata John Owen di atas sangat ruwet dan membingungkan, sehingga
saya tidak bisa pasti dalam menterjemahkannya, tetapi rasanya saya mengerti apa
yang ia maksudkan. Ia mengatakan bahwa dalam Hab 2:4 ada kontras antara 2 jenis
orang, yaitu orang yang menyombongkan diri (jenis pertama), dan orang benar
yang hidup oleh imannya (jenis kedua). Dalam pengutipan / penggunaan dari ayat
itu dalam surat Ibrani (Ibr 10:38), urut-urutan itu dibalik, tetapi
pertentangan itu tetap ada. Jadi jelas ay 38a membicarakan orang yang berbeda /
bertentangan dengan orang yang dibicarakan dalam ay 38b.
John Owen (tentang Ibr 10:38): “Wherefore
in the next verse the apostle makes an express distinction of those unto whom
he spake, or concerning whom he speaks in the two states, the one uJpostolh~v, the
other pi>stewv. Of
the latter he had spoken in the first words, and of the former in those that
are now to be spoken unto. I shall therefore retain the supplement in our
translation, ‘if any man,’ or ‘any one draw back,’ - if there be in
any an evil heart of unbelief in departing from the living God.”
[= Karena itu dalam ayat selanjutnya (ay 39) sang rasul membuat suatu pembedaan yang jelas tentang mereka
kepada siapa ia berbicara atau berkenaan dengan siapa ia berbicara dalam 2
keadaan, yang satu HUPOSTOLES, yang lain PISTEOS. Tentang yang belakangan ia telah membicarakan
dalam kata-kata pertama, dan tentang yang terakhir dalam mereka yang sekarang
dibicarakan. Karena itu saya akan mempertahankan
penambahan dalam terjemahan kita, ‘jika siapapun’, atau ‘jika siapapun mundur’,
- jika disana ada dalam siapapun suatu hati yang jahat dari ketidak-percayaan
dengan meninggalkan Allah yang hidup.] - ‘Hebrews’,
vol 10, hal 215-216 (ages).
Ibr 10:39 - “Tetapi kita bukanlah orang-orang
yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya
dan yang beroleh hidup.”.
Catatan: HUPOSTOLES = orang
yang takut-takut / ragu-ragu, dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia
diterjemahkan ‘orang-orang yang mengundurkan diri’.
Sedangkan PISTEOS diterjemahkan sebagai ‘orang-orang yang percaya’.
John Owen (tentang Ibr 10:38): “The sentence denounced against this sin
is oujk eujdokei~ hJ yuch> mou ejn aujtw~|. The
‘soul’ of God, is God himself; ... What God thus affirms of himself is, that he
hath no delight in such a person, he is not pleased with him, he shall not live
before him. There is a mei>wsiv in the
words, ‘he shall have no delight in him;’ that is, he will abhor him, despise
him, and in the end utterly destroy him.”
[= Kalimat / hukuman yang dinyatakan terhadap dosa ini adalah OUK EUDOKEI HE
PSUKHE MOU EN AUTO {= JiwaKu
tidak berkenan kepadanya}. Jiwa Allah adalah Allah sendiri; ... Maka apa
yang Allah tegaskan tentang diriNya sendiri adalah, bahwa Ia tak mempunyai kesenangan
dalam orang seperti itu, Ia tidak berkenan dengan dia, ia tidak akan hidup di
hadapanNya. Di sana ada suatu MEIOSIS dalam kata-kata, ‘ia tidak akan mempunyai
kesenangan kepadanya’; artinya, Ia akan jijik terhadapnya, merendahkan dia, dan
pada akhirnya menghancurkan / membinasakan dia.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 217 (ages).
Catatan: MEIOSIS = pengecilan, pernyataan yang mengecilkan suatu persoalan.
Ibr 10:39 - “Tetapi kita bukanlah
orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya
dan yang beroleh hidup.”.
John Owen (hal 218-219) menganggap ayat ini memberikan penghiburan /
jaminan, setelah memberikan peringatan dan ancaman terhadap kemurtadan, persis
seperti yang dilakukan dalam Ibr 6:9.
Ibr 6:4-9 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang
pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh
Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia
dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui
sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi
Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum. (7) Sebab tanah yang
menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan
tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat
dari Allah; (8) tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput
duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan
pembakaran. (9) Tetapi, hai saudara-saudaraku yang
kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu
memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung (menyertai) keselamatan.”.
John Owen (tentang Ibr 10:39): “In the
words there is a double supposition, of a twofold opposite state and a twofold
opposite event, whose foundation is laid in the verse foregoing. The states are
uJpostolh~v on the one hand, and pi>stewv on the other. The events are perdition on the one hand, and saving the soul on the other. The
first of these is denied, the latter affirmed, concerning these Hebrews.”
[= Dalam kata-kata ini ada pandangan ganda, dari suatu keadaan rangkap dua yang
berlawanan dan suatu hasil akhir rangkap dua yang berlawanan, yang dasarnya
diletakkan dalam ayat sebelumnya. Keadaan-keadaan itu adalah HUPOSTOLES di satu
pihak, dan PISTEOS di pihak lain. Hasil akhirnya adalah kebinasaan di satu
pihak, dan keselamatan jiwa di pihak lain. Yang
pertama dari hal-hal ini disangkal, yang belakangan ditegaskan, berkenaan
dengan orang-orang Ibrani ini.] - ‘Hebrews’,
vol 10, hal 219 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:39): “‘We are
not uJpostolh~v eijv ajpw>leian.’ ...
The
event of this defection was ‘destruction.’ Gradual
decays and declensions there may be among true believers, from which they may be
recovered; but those here intended are such as fall into eternal ruin.”
[= ‘Kita bukanlah dari HUPOSTOLES EIS APOLEIAN {= orang-orang yang mengundurkan diri pada
kebinasaan}’ ... Hasil akhir dari desersi / tindakan meninggalkan ini adalah
‘kehancuran / kebinasaan’. Kemunduran dan penurunan
secara perlahan-lahan bisa ada di antara orang-orang percaya yang sejati dari
mana mereka bisa dipulihkan; tetapi
mereka yang dimaksudkan di sini adalah sedemikian rupa sehingga jatuh ke dalam
kehancuran / kebinasaan kekal.] - ‘Hebrews’,
vol 10, hal 219 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:39): “That
which is asserted of these believing Hebrews is, that they belonged unto
another state, that had another event. ... He there declares, that they are not
only such as make profession of the faith, but such as truly and really believe;”
[= Yang ditegaskan tentang orang-orang Ibrani yang
percaya ini adalah, bahwa mereka termasuk dalam keadaan yang lain, yang
mempunyai hasil akhir yang lain. ... Di sana Ia menyatakan bahwa mereka bukan hanya orang-orang yang membuat pengakuan iman,
tetapi orang-orang yang dengan benar dan sungguh-sungguh percaya;] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 220 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:39): “Obs. 26. Sincere
faith will carry men through all difficulties, hazards, and troubles, unto the
certain enjoyment of eternal blessedness.”
[= Pengamatan 26. Iman yang tulus / sungguh-sungguh
akan membawa orang-orang melalui semua kesukaran-kesukaran, bahaya-bahaya, dan
problem-problem, kepada penikmatan yang pasti tentang keadaan diberkati yang
kekal.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 220
(ages).