Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perseverance Of The Saints (16) (ketekunan orang-orang kudus)


Pdt.Budi Asali, M.Div.

l)  Ibrani 12:1-4 - “(1) Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. (2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.
Ay 2 (KJV): ‘Looking unto Jesus the author and finisher of our faith;’ [= Dengan memandang kepada Yesus, pencipta dan penyelesai dari iman kita;].

Ibr 12:1 - “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita..

Adam Clarke (tentang Ibr 12:1): ‘Let us run with patience the race.’ ‎..‎. Let us start, run on, and continue running, until we get to the goal. ... He must run a hard race for thee. This is a race which is of infinite moment to us: the prize is ineffably great; and, if we lose it, it is not a simple loss, for the whole soul perishes.[= ‘Marilah kita lari dengan kesabaran dalam perlombaan’. Marilah kita mulai, terus lari, dan melanjutkan lari, sampai kita sampai pada tujuan. ... Ia harus lari dalam perlombaan lari yang berat untuk Engkau. Ini adalah suatu perlombaan yang merupakan momen yang tak terbatas bagi kita: hadiahnya besar secara tak tergambarkan; dan, jika kita kalah, itu bukan hanya kalah, karena seluruh jiwa binasa.].

Tanggapan saya: Ibr 12:1 itu sama sekali tidak membicarakan kekalahan, dan sekalipun dalam suatu perlombaan seseorang bisa saja kalah, tetapi Alkitab secara jelas mengatakan bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin kalah. Ini sudah pernah kita bahas (lihat session / pelajaran 7). Baca Ro 8:37  1Kor 15:57  2Kor 2:14a.

Ro 8:37 - Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita..

1Kor 15:57 - Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita..
Catatan: bahasa Yunani menggunakan present participle, dan KJV/RSV/NIV/NASB semuanya menterjemahkan kata ini dalam bentuk present (‘giveth’ / ‘gives’)

2Kor 2:14a - Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya..

Ibr 12:1 - “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘let us run’ [= marilah / hendaklah kita lari].

Lenski (tentang Ibr 12:1): “The durative idea of the present imperative is enhanced by the emphatically placed phrase: ‘by means of ὑπομονή,’ which is not ‘patience,’ which makes us think of quietness, nonresistance, and the like, but ‘perseverance’ (remaining under and holding out under a severe strain). ... The runners are not to let down under the strain, to slow up, or even to stop for any reason. The writer includes himself in his admonition. R., W. P., regards the subjunctive as volitive: ‘we will go on running’; it is hortative: ‘let us go on,’ etc. In 10:39 we have positive assertion; here hortation. Many start well in the race of faith ‘lying before us,’ which is like the track laid out for runners, but they do not hold out to the end, they fail in regard to perseverance.” [= Gagasan yang bersifat terus menerus dari kata perintah bentuk present diperkuat oleh ungkapan yang ditempatkan secara menekankan: ‘dengan cara / jalan dari HUPOMONE’, yang bukanlah ‘kesabaran’, yang membuat kita berpikir tentang sikap berdiam diri, tidak melawan, dan sejenisnya, tetapi ‘ketekunan’ (tetap berada dibawah dan bertahan di bawah tekanan yang hebat). ... Para pelari tidak boleh melemah di bawah tekanan, melambat, atau bahkan berhenti untuk alasan apapun. Penulis mencakup dirinya sendiri dalam nasehatnya. R., W. P., menganggap subjunctive-nya sebagai bersifat menyatakan suatu keinginan: ‘kita akan terus berlari’; itu bersifat memberi nasehat: ‘marilah / hendaklah kita terus’, dst. Dalam 10:39 kita mempunyai penegasan yang bersifat positif; di sini suatu nasehat. Banyak orang mulai / start dengan baik dalam perlombaan iman ‘yang berada di depan kita’, yang adalah seperti suatu jalur yang ditempatkan bagi pelari-pelari, tetapi mereka tidak bertahan sampai akhir / tujuan, mereka gagal berkenaan dengan ketekunan.].

Kata ‘berlomba’ dalam bahasa Yunani adalah τρέχωμεν (TREKHOMEN), yang merupakan suatu ‘subjunctive’, berasal dari kata dasar TREKHO, yang artinya adalah ‘lari’.

Untuk mengerti istilah / kata ‘subjunctive’ itu, lihat kutipan di bawah ini.

David Alan Black: The subjunctive is the mood of contingency. While the indicative assumes reality, the subjunctive assumes unreality. Because it is a mood of potential action, the subjunctive usually has a future orientation.[= Subjunctive adalah mood / mode dari suatu keadaan yang akan datang yang tak bisa dipastikan. Sementara Indicative menganggap sebagai sesuatu yang nyata, Subjunctive menganggap sebagai sesuatu yang tidak nyata. Karena itu merupakan suatu mood / mode dari tindakan yang potensial, Subjunctive biasanya mempunyai suatu hubungan / arah ke masa yang akan datang.] - ‘Learn to Read New Testament Greek’, Chapter 150.

Biasanya Subjunctive dipakai untuk menyatakan persyaratan, atau suatu pengandaian.

Kalau mau mempelajari tentang ‘mood’ dalam bahasa Yunani, bisa mempelajarinya di sini:

Bagi saya, bagian ini bukan merupakan suatu masalah bagi doktrin yang sedang kita bahas. Ayat ini memberi penekanan tentang tanggung jawab bagi orang Kristen. Sekalipun Reformed menekankan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, tetapi pada saat yang sama, tidak membuang tanggung jawab kita untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan firman Tuhan.

Ibr 12:2 - Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah..
Bagian yang saya garis-bawahi / cetak dengan huruf besar itu salah terjemahan!
KJV: the author and finisher of our faith [= pencipta dan penyelesai dari iman kita].
RSV: the pioneer and perfecter of our faith [= pelopor / pemulai dan penyempurna dari iman kita].
NIV: the author and perfecter of our faith [= pencipta dan penyempurna dari iman kita].
NASB/Lit: the author and perfecter of faith [= pencipta dan penyempurna iman].

Lenski menyalahkan terjemahan ‘pioneer’ [= pelopor] dari RSV, karena itu menunjukkan bahwa Yesus sendiri termasuk orang beriman (orang yang pertama beriman).

Memang menurut saya, Yesus tidak termasuk orang beriman (dalam arti ‘saving faith’ / ‘iman yang menyelamatkan’), karena Ia tidak butuh untuk diselamatkan, sebaliknya Ia adalah Penyelamat itu sendiri, dan Ia adalah obyek dari iman kita, dan Ia membimbing kita kepada iman kepada Dia.

Lenski (tentang Ibr 12:2): “Luther is right: ‘the beginner and completer of faith’ ... Christ starts our faith and leads it to its consummation. ... as Christ is the beginner, so he is also the completer. ... Compare Phil. 1:6. ... From start to finish we need the divine Christ as the One who can fill us with faith, keep us in faith, and finally crown our faith.” [= Luther benar: ‘pemulai dan pelengkap / penyelesai dari iman’ ... Kristus memulai iman kita dan membimbingnya sampai pada puncaknya / akhirnya. ... sebagaimana Kristus adalah sang pemulai, demikian juga Ia juga adalah sang penyelesai. Bandingkan Fil 1:6. ... Dari start sampai finish kita membutuhkan Kristus yang ilahi sebagai Orang yang bisa memenuhi kita dengan iman, menjaga / memelihara kita dalam iman, dan akhirnya memahkotai iman kita.].
Fil 1:6 - Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus..
Catatan: bagaimana Lenski yang adalah orang Arminian ini bisa memberi komentar Reformed seperti ini? Kalau ia percaya apa yang ia katakan di sini, bagaimana ia bisa percaya bahwa keselamatan bisa hilang???

Ibr 12:3 - “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya (Yunani: HINA) jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”.

Lenski (tentang Ibr 12:3): “He who as the sinless ..., received the most terrible opposition at the hands of ‘the sinners,’ ... As he has persevered through it all, the readers surely ought to consider him well now when they, who are saved from sin by him, are asked to put away the hampering sin and to manifest perseverance in running their race to a successful issue. What Christ did for them is to inspire them ‘in order that you may not grow tired (aorist, ingressive: get to the point of tiredness) by relaxing in your souls’ (present participle, probably middle, picturing the gradual letting down of effort). The imagery of the ἵνα clause appears to be that of the runner letting himself get tired of the effort and thus quitting.” [= Ia yang sebagai Orang yang tidak berdosa ..., menerima perlawanan / oposisi yang paling hebat di tangan ‘orang-orang berdosa’, ... Karena Ia telah bertekun melalui itu semua, para pembaca pasti harus mempertimbangkan / memikirkan Dia dengan baik pada waktu mereka, yang diselamatkan dari dosa, diminta oleh Dia untuk membuang dosa yang menghalangi dan untuk mewujudkan ketekunan dalam menjalani perlombaan lari mereka pada suatu hasil yang sukses. Apa yang Kristus lakukan bagi mereka harus mengilhami mereka ‘supaya kamu tidak menjadi lelah (aorist, ingressive: ‘sampai pada titik kelelahan’) oleh kesantaian / dengan bersantai dalam jiwamu’ (present participle, mungkin middle, ‘menggambarkan tindakan menurunkan usaha secara perlahan-lahan’). Penggambaran dari anak kalimat HINA kelihatannya adalah tentang pelari yang membiarkan dirinya sendiri menjadi lelah untuk berusaha, dan dengan demikian berhenti.].

Catatan: Lenski memberikan bagian-bagian dalam tanda kurung untuk memberi penjelasan tentang kata-kata:
1. ‘lelah’.
2. ‘kesantaian’ / ‘bersantai’.

1. Tentang ‘aorist ingressive’ dikatakan sebagai berikut:
“In verbs denoting a state or continuing action, the aorist may express the beginning of the action or the entrance into the state. This is called ingressive aorist” [= Dalam kata-kata kerja yang menunjukkan suatu keadaan atau tindakan yang terus menerus, aorist-nya bisa menyatakan permulaan dari tindakan atau masuknya ke dalam keadaan itu. Ini disebut ingressive aorist] - https://en.wikipedia.org/wiki/Aorist_(Ancient_Greek)

Penjelasan ini rasanya kok tidak cocok dengan apa yang Lenski katakan.

2. Dan tentang kata Yunani ἐκλυόμενοι (EKLUOMENOI) yang merupakan present participle, Lenski mengatakan ‘mungkin middle’, tetapi Bible Works mengatakan kata itu ‘active’. Lenki menterjemahkannya menjadi ‘kesantaian’ / ‘bersantai’. Sekalipun memang bisa diterjemahkan seperti itu, tetapi bisa juga diterjemahkan ‘lemah’ atau ‘kecil hati’. Dan semua terjemahan bahasa Inggris memilih yang belakangan ini, yang memang lebih cocok dengan kalimatnya.

Tanggapan saya: anak kalimat terakhir dalam Ibr 12:3 itu tidak menunjukkan ada pelari yang berhenti. Itu hanya suatu nasehat / desakan untuk tidak berhenti, tetapi berjuang sampai akhir. Ini juga berlaku untuk anak kalimat terakhir dalam Ibr 12:1 yang dibahas oleh Lenski di atas. Ayat-ayat seperti ini menekankan tanggung jawab kita, dan hal seperti itu tidak pernah disangkal oleh orang-orang Reformed.

Dan dengan komentarnya tentang ay 2 di atas, saya tidak mengerti bagaimana Lenski bisa menganggap orang percaya bisa berhenti berlari. Lalu apa fungsi Kristus sebagai ‘penyelesai iman kita’???

Ibr 12:1 - “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”.

Sekarang saya memberikan komentar-komentar orang-orang Reformed tentang Ibr 12:1-4 ini.

Barnes’ Notes (tentang Ibr 12:1): ‘And let us run with patience the race that is set before us.’ The word rendered ‘patience’ rather means in this place, ‘perseverance.’ We are to run the race without allowing ourselves to be hindered by any obstructions, and without giving out or fainting in the way. Encouraged by the example of the multitudes who have run the same race before us, and who are now looking out upon us from heaven, where they dwell, we are to persevere as they did to the end.[= ‘Dan marilah / hendaklah kita berlari dengan kesabaran dalam perlombaan yang ditempatkan di depan kita’. Kata yang diterjemahkan ‘kesabaran’ di tempat ini lebih berarti ‘ketekunan’. Kita harus berlari dalam perlombaan tanpa mengijinkan diri kita sendiri untuk dihalangi oleh halangan-halangan apapun, dan tanpa kehabisan tenaga atau menjadi lemah di jalan. Disemangati oleh teladan dari orang banyak yang telah lari dalam perlombaan yang sama di depan / sebelum kita, dan yang sekarang melihat kepada kita dari surga, di mana mereka tinggal, kita harus bertekun seperti mereka telah bertekun sampai akhir.].
Catatan: saksi-saksi bagaikan awan dalam Ibr 12:1 itu pada umumnya ditafsirkan sebagai orang-orang percaya yang sudah mati dan berada di surga menonton kita yang masih hidup berlomba.

Ibr 12:3 - “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”.

Barnes’ Notes (tentang Ibr 12:3): ‘Lest ye be wearied and faint in your minds.’ The meaning is, that there is great danger of being disheartened and wearied out by the opposition which you meet with. But with the bright example of one who was never disheartened, and who never became weary in doing the will of God, you may persevere. The best means of leading a faithful Christian life amidst the opposition which we may encounter, is to keep the eye steadily fixed on the Saviour.[= ‘Supaya jangan kamu bosan / lelah dan lemah dalam pikiranmu’. Artinya adalah, bahwa di sana ada bahaya yang besar tentang menjadi kecil hati dan dilelahkan / dijemukan oleh oposisi yang kamu temui. Tetapi dengan teladan yang terang dari Orang yang tidak pernah kecil hati, dan yang tidak pernah menjadi lelah / bosan dalam melakukan kehendak Allah, kamu bisa bertekun. Cara terbaik dalam menempuh suatu kehidupan Kristen yang setia di tengah-tengah oposisi yang bisa kita temui, adalah dengan mengarahkan mata dengan tetap / teguh kepada sang Juruselamat.].

Penerapan: kalau kita melihat kepada manusia, siapapun dia adanya, kita akan dengan mudah menjadi bosan / lelah dan kecil hati / putus asa. Kita harus mengarahkan mata kita kepada Yesus!

Ibr 12:1-4 - “(1) Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. (2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.

Matthew Henry (tentang Ibr 12:1-3): 3. This race must be run with patience and perseverance. There will be need of patience to encounter the difficulties that lie in our way, of perseverance to resist all temptations to desist or turn aside. Faith and patience are the conquering graces, and therefore must be always cultivated and kept in lively exercise. [= 3. Perlombaan ini harus dijalani dengan kesabaran dan ketekunan. Disana akan ada kebutuhan kesabaran untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang terletak di jalan kita, ketekunan untuk menahan semua pencobaan-pencobaan untuk berhenti atau menyimpang. Iman dan kesabaran adalah kasih karunia - kasih karunia yang mengalahkan, dan karena itu harus selalu dikembangkan dan dijaga dalam penggunaan yang hidup.].

Bdk. 1Yoh 5:4-5 - “(4) sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. (5) Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?.

Matthew Henry (tentang Ibr 12:1-3): (6.) The advantage we shall reap by thus doing: it will be a means to prevent our weariness and fainting (v. 3): ‘Lest you be weary and faint in your minds.’ Observe, [1.] There is a proneness in the best to grow weary and to faint under their trials and afflictions, especially when they prove heavy and of long continuance: this proceeds from the imperfections of grace and the remains of corruption. [2.] The best way to prevent this is to look unto Jesus, and to consider him. Faith and meditation will fetch in fresh supplies of strength, comfort, and courage; for he has assured them, if ‘they suffer with him, they shall also reign with him:’ and this hope will be their helmet. [= (6.) Keuntungan yang akan kita tuai dengan melakukan hal ini: itu akan menjadi suatu jalan / cara untuk mencegah kebosanan dan kelemahan kita (ay 3): ‘Supaya kamu jangan bosan dan lemah dalam pikiranmu’. Perhatikan, (1.) Di sana ada suatu kecondongan dalam orang-orang yang terbaik untuk menjadi bosan dan lemah di bawah ujian-ujian dan penderitaan-penderitaan mereka, khususnya pada waktu hal-hal itu terbukti berat dan lama / terus menerus: ini keluar dari ketidak-sempurnaan dari kasih karunia dan sisa-sisa dari kerusakan. (2.) Cara / jalan yang terbaik untuk mencegah ini adalah dengan memandang kepada Yesus, dan merenungkan Dia. Iman dan meditasi akan mendapatkan suplai yang segar dari kekuatan, penghiburan, dan keberanian; karena Ia telah menjamin mereka, jika ‘mereka menderita dengan Dia, mereka juga akan memerintah bersama Dia’ (2Tim 2:12); dan pengharapan ini akan menjadi ketopong mereka.].
Catatan: saya agak merasa aneh dengan kata-kata ‘ketidak-sempurnaan dari kasih karunia’. Entah apa maksud Matthew Henry dengan kata-kata itu. Menurut saya pada waktu ada ketidak-tekunan, ‘kasih karunia’ itu tidak bisa disalahkan, tetapi kitalah yang harus disalahkan.

Catatan: saya baru mencari di Google tentang aliran dari Matthew Henry. Ia dari gereja Presbyterian, jadi kelihatannya ia adalah orang Reformed. Tetapi pada waktu mencari saya juga menemukan hal yang lain. Baru pada saat ini saya tahu bahwa sebetulnya Matthew Henry hanya menulis buku tafsirannya dari Kejadian - Kisah Para Rasul, sedangkan sisanya (Roma - Wahyu) ditulis oleh beberapa orang lain, sebagian berdasarkan catatan-catatan yang ditinggalkan oleh Matthew Henry setelah kematiannya. Jadi sebetulnya yang menulis komentar tentang Ibr 12:1-4 ini bukanlah Matthew Henry.


-bersambung