Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perseverance of the saints (20) (ketekunan orang-orang kudus)


Pdt. Budi Asali, M. Div.

Kesimpulan dari pembahasan ayat-ayat dalam kelompok 1) di atas. Orang-orang Arminian menganggap ayat-ayat dalam kelompok 1) di atas ini kehilangan artinya kalau orang kristen ternyata tidak bisa murtad.

Jawab:

a) Yang bisa murtad hanya orang kristen KTP (1Yoh 2:19  Yoh 8:31).

b) Beberapa komentar / jawaban dari para ahli theologia Reformed tentang hal ini.

1. Louis Berkhof: There are warnings against apostasy which would seem to be quite uncalled for, if the believer could not fall away, Matt. 24:12; Col. 1:23; Heb. 2:1; 3:14; 6:11; 1 John 2:6. But these warnings regard the whole matter from the side of man and are seriously meant. They prompt self-examination, and are instrumental in keeping believers in the way of perseverance. They do not prove that any of those addressed will apostatize, but simply that the use of means is necessary to prevent them from committing this sin. Compare Acts 27:22–25 with verse 31 for an illustration of this principle. [= Di sana ada peringatan-peringatan terhadap kemurtadan yang tidak diperlukan, jika orang percaya tak bisa murtad, Mat 24:12; Kol 1:23; Ibr 2:1; 3:14; 6:11; 1Yoh 2:6. Tetapi peringatan-peringatan ini melihat / mempertimbangkan dari sisi manusia dan dimaksudkan secara serius. Peringatan-peringatan ini mendorong / membangkitkan pemeriksaan diri sendiri, dan merupakan alat-alat dalam menjaga orang-orang percaya dalam jalan dari ketekunan. Peringatan-peringatan ini tidak membuktikan bahwa ada siapapun dari mereka kepada siapa berita itu ditujukan akan murtad, tetapi hanya bahwa penggunaan dari cara / jalan adalah perlu untuk mencegah mereka dari melakukan dosa ini. Bandingkan dengan Kis 27:22-25 dengan ay 31 sebagai ilustrasi dari prinsip / kebenaran dasar ini.] - ‘Systematic Theology’, hal 548.
Catatan: Kis 27 akan kita bahas di bawah.

2. R. L. Dabney: It is objected, again, that the Bible is full of warnings to believers to watch against apostasy, like this in 1 Cor. 10:12: ‘Let him that thinketh he standeth take heed lest he fall.’ The sophism is, that if believers cannot fall from grace all these warnings are absurd. I reply, they are reasonable, because believers could fall from grace if they were left to their own natural powers. In this sense, they naturally might fall, and therefore watchfulness is reasonably urged upon them, because God’s unchangeable purpose of grace towards them is effectuated in them, not as if they were stocks or stones, or dumb beasts, but rational free agents, to be guided and governed by the almighty Spirit through the means of rational motives. Therefore, when we see God plying believers with these rational motives not to backslide, it is not to be inferred that he secretly intends to let them backslide fatally, but rather just the contrary. [= Selanjutnya, diajukan keberatan, bahwa Alkitab penuh dengan peringatan-peringatan kepada orang-orang percaya untuk berjaga-jaga terhadap kemurtadan, seperti peringatan dalam 1Kor 10:12: ‘Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!’. Argumentasi yang kelihatannya sah tetapi salah adalah, bahwa jika orang-orang percaya tidak bisa murtad dari kasih karunia maka semua peringatan-peringatan ini adalah menggelikan. Saya menjawab, peringatan-peringatan itu masuk akal, karena orang-orang percaya bisa jatuh dari kasih karunia / murtad seandainya mereka dibiarkan pada kekuatan-kekuatan alamiah mereka sendiri. Dalam arti ini, mereka secara alamiah bisa jatuh, dan karena itu sikap berjaga-jaga secara masuk akal didesakkan kepada mereka, karena rencana yang tak berubah dari Allah tentang kasih karunia terhadap mereka dibuat terjadi di dalam mereka, bukan seakan-akan mereka adalah batang kayu atau batu, atau binatang-binatang yang bisu / bodoh, tetapi agen-agen bebas yang punya pikiran, untuk dibimbing dan dikuasai oleh Roh yang maha kuasa melalui cara / jalan dari dorongan-dorongan  yang rasionil. Karena itu, pada waktu kita melihat Allah mendesak orang-orang percaya dengan dorongan-dorongan rasionil untuk tidak merosot mundur, itu tidak boleh disimpulkan bahwa Ia secara diam-diam bermaksud untuk membiarkan mereka merosot mundur ke belakang secara fatal, tetapi bahkan sebaliknya.] - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 76-77 (Libronix).

Lalu Dabney memberikan suatu ilustrasi tentang seorang ibu yang menjaga anak perempuannya yang masih kecil. Ia berkata kepada anaknya: ‘Jangan mendekati api, karena engkau bisa terbakar’. Akankah saya berargumentasi: ‘Dengarlah apa kata-kata ibu itu! Saya menyimpulkan dari kata-katanya bahwa ia akan membiarkan anaknya membakar dirinya sendiri sampai mati kecuali anak itu berjaga-jaga terhadap api itu! Betul-betul seorang ibu yang tidak punya perasaan!’ Tetapi saya tak akan berargumentasi seperti itu kecuali saya adalah orang bodoh yang tak punya perasaan. Saya tahu bahwa ibu itu tak akan membiarkan anak itu membakar tubuhnya sendiri, dan kalau anak itu melanggar larangannya dan mendekati api, ibu itu pasti akan menarik anak itu dengan kekuatan fisik, dan menyelamatkannya, karena kasihnya kepada anaknya itu.

R. L. Dabney: I will close with a little parable: I watch a wise, intelligent, watchful, and loving mother, who is busy about her household work. There is a bright little girl playing about the room, the mother’s darling. I hear her say, ‘take care, baby dear, don’t go near that bright fire, for you might get burned.’ Do I argue thus? Hear that woman’s words! I infer from them that that woman’s mind is made up to let that darling child burn itself to death unless its own watchfulness shall suffice to keep it away from the fire, the caution of an ignorant, impulsive, fickle little child. What a heartless mother! But I do not infer thus, unless I am a heartless fool. I know that this mother knows the child is a rational creature, and that rational cautions are one species of means for keeping it at a safe distance from the fire; therefore she does right to address such cautions to the child; she would not speak thus if she thought it were a mere kitten or puppy dog, and would rely on nothing short of tying it by the neck to the table leg. But I also know that that watchful mother’s mind is fully made up that the darling child shall not burn itself at this fire. If the little one’s impulsiveness and short memory cause it to neglect the maternal cautions, I know that I shall see that good woman instantly drop her instruments of labor and draw back her child with physical force from that fire, and then most rationally renew her cautions to the child as a reasonable agent with more emphasis. And if the little one proves still heedless and wilful, I shall see her again rescued by physical force, and at last I shall see the mother impressing her cautions on the child’s mind more effectually, perhaps by passionate caresses, or perhaps by a good switching, both alike the expressions of faithful love. - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 78-79 (Libronix).
Catatan: ini tidak saya terjemahkan, tetapi hanya saya ceritakan dengan kata-kata sendiri di atas, dan juga saya persingkat.

3. Loraine Boettner: Arminians sometimes bring forth from the Scriptures the warnings against apostasy or falling away, which are addressed to believers, and which, it is argued, imply a possibility of their falling away. There is, of course, a sense in which it is possible for believers to fall away, - when they are viewed simply in themselves, with reference to their own powers and capacities, and apart from God’s purpose or design with respect to them. And it is admitted by all that believers can fall into sin temporarily. The primary purpose of these passages, however, is to induce men to co-operate willingly with God for the accomplishment of His purposes. They are inducements which produce constant humility, watchfulness, and diligence. [= Orang-orang Arminian kadang-kadang mengajukan dari Kitab Suci peringatan-peringatan terhadap kemurtadan, yang ditujukan kepada orang-orang percaya, dan mereka berargumentasi, bahwa ini menunjukkan secara implicit suatu kemungkinan dari kemurtadan mereka. Tentu saja disana ada arti tertentu dalam mana adalah mungkin bagi orang-orang percaya untuk murtad - pada waktu mereka dipandang hanya dalam diri mereka sendiri, berhubungan dengan kekuatan-kekuatan dan kapasitas-kapasitas mereka sendiri, dan terpisah dari rencana atau rancangan Allah berkenaan dengan mereka. Dan diakui oleh semua orang bahwa orang-orang percaya bisa jatuh ke dalam dosa untuk sementara waktu. Tetapi tujuan utama dari text-text ini adalah untuk mendorong manusia untuk bekerja sama secara sukarela dengan Allah untuk pencapaian dari rencanaNya. Peringatan-peringatan itu adalah dorongan-dorongan yang menghasilkan kerendahan hati, sikap berjaga-jaga, dan kerajinan yang terus menerus.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 195.

Loraine Boettner: In the same way a parent, in order to get the willing co-operation of a child, may tell it to stay out of the way of an approaching automobile, when all the time the parent has no intention of ever letting the child get into a position where it would be injured. - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 195-196.
Catatan: ini tidak saya terjemahkan. Ilustrasi Loraine Boettner ini kurang lebih sama dengan illustrasi Dabney di atas.

Loraine Boettner: When God plies a soul with fears of falling it is by no means a proof that God in His secret purpose intends to permit him to fall. These fears may be the very means which God has designed to keep him from falling. [= Pada waktu Allah mendesak seseorang dengan rasa takut tentang kejatuhan, itu sama sekali bukan suatu bukti bahwa Allah dalam rencana rahasiaNya bermaksud untuk mengijinkannya untuk jatuh. Rasa takut ini bisa justru merupakan cara dengan mana Allah telah merancang untuk menjaganya dari kejatuhan.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 195-196.

Loraine Boettner: Secondly, God’s exhortations to duty are perfectly consistent with His purpose to give sufficient grace for the performance of these duties. In one place we are commanded to love the Lord our God with all our heart; in another, God says, ‘I will put my Spirit within you, and cause you to walk in my statutes.’ Now either these must be consistent with each other, or the Holy Spirit must contradict Himself. Plainly it is not the latter. Thirdly, these warnings are, even for believers, incitements to greater faith and prayer. Fourthly, they are designed to show man his duty rather than his ability, and his weakness rather than his strength. Fifthly, they convince men of their want of holiness and of their dependence upon God. And, sixthly, they serve as restraints on unbelievers, and leave them without excuse. [= Kedua, nasehat-nasehat Allah pada kewajiban konsisten secara sempurna dengan rencanaNya untuk memberikan kasih karunia yang cukup untuk pelaksanaan dari kewajiban-kewajiban ini. Di satu tempat kita diperintahkan untuk mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati kita; di tempat lain Allah berkata, ‘Aku akan meletakkan RohKu di dalam kamu, dan menyebabkan kamu untuk berjalan dalam perintah-perintahKu’. Maka, atau dua hal ini harus konsisten satu dengan yang lain, atau Roh Kudus pasti menentang diriNya sendiri. Jelas bahwa itu bukan yang belakangan. Ketiga, peringatan-peringatan ini, bahkan untuk orang-orang percaya, merupakan dorongan-dorongan pada iman yang lebih besar dan pada doa. Keempat, peringatan-peringatan ini dirancang untuk menunjukkan manusia lebih pada kewajibannya dari pada pada kemampuannya, dan pada kelemahannya lebih dari pada pada kekuatannya. Kelima, mereka meyakinkan manusia tentang kebutuhan mereka akan kekudusan dan tentang ketergantungan mereka kepada Allah. Dan keenam, mereka berfungsi sebagai kekang pada orang-orang yang tidak percaya, dan meninggalkan mereka tanpa alasan / dalih.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 196.

Yeh 36:27 - RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya..

c) Jaminan keselamatan tidak bertentangan dengan pemberian tanggung jawab untuk menjaga keselamatan itu!!
Ayat-ayat yang memperingatkan supaya orang-orang percaya tidak murtad ini menekankan tanggung jawab manusia supaya mereka bertekun sampai akhir.
Sekalipun Reformed percaya KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG tetapi Reformed tidak pernah mengajarkan orang Kristen boleh hidup santai / semau gue, sebagaimana biasanya difitnahkan orang.
Alkitab yang mengajarkan KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG, pada saat yang sama juga mengajarkan orang Kristen untuk memelihara keselamatan itu seakan-akan keselamatan itu bisa hilang. Dua hal ini bukan kontradiksi, tetapi saling melengkapi!

Kalau ini dianggap sebagai suatu kontradiksi, maka mari kita melihat pada Kis 27:22-34. Ini adalah text Alkitab yang sangat ampuh dalam menangkis serangan orang Arminian, yang hanya menggunakan logika saja, yang mengatakan bahwa kalau kita dijamin keselamatannya, maka pemberian tanggung jawab itu merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Kalau mereka hanya menggunakan LOGIKA, maka kita menjawab dengan menggunakan Firman Tuhan!

Catatan: saya tidak menganggap bahwa logika itu tidak perlu, tetapi saya menganggap bahwa dimana LOGIKA bertentangan dengan Firman Tuhan, maka LOGIKA yang harus mundur!!!

Kis 27:22-34 ini sudah pernah saya berikan dalam pelajaran yang lalu, tetapi akan saya ulang di sini, dengan lebih mendetail, disertai komentar-komentar dari para penafsir, baik dari pihak Arminian, maupun dari pihak Reformed.

Kis 27:22-34 - “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.

Jadi, cerita Kitab Suci ini menunjukkan bahwa Allah mengirim malaikat yang memberikan Firman Tuhan yang menja­min keselamatan (jasmani) semua mereka, kecuali kapalnya (ay 23-24). Dan Paulus percaya penuh akan Firman Tuhan yang telah ia terima itu (ay 22,25,34b), tetapi itu tidak menyebabkan Paulus hanya berdi­am diri, beriman, berdoa saja! Sekalipun ada Firman Tuhan yang menjamin keselamatan mereka, tetapi Paulus tetap memberikan nasehat supaya Firman Tuhan / janji Tuhan itu terjadi. Perhatikan beberapa point ini:

1. Ay 26: Paulus menasehati mereka untuk mendamparkan kapal di salah 1 pulau. Perhatikan kata ‘namun’ dan ‘harus’ (ay 26).

2. Ay 31: Paulus menasehati perwira dan prajurit untuk tidak membi­arkan anak-anak kapal melarikan diri. Perhatikan kata-kata ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (ay 31).

3. Ay 33-34: Paulus menasehati mereka untuk makan. Perhatikan bahwa sekalipun ia yakin akan keselamatan mereka (ay 34b), ia tetap berkata ‘Hal itu perlu untuk keselamatanmu.’ (ay 34a).

Jadi, kesimpulannya: SEKALIPUN TUHAN MENJAMIN KESELAMATAN MEREKA, MEREKA TETAP DIBERI TANGGUNG JAWAB UNTUK MELAKUKAN KEWAJIBAN MEREKA!

Kecuali orang-orang Arminian berani mengatakan bahwa Paulus bertentangan dengan dirinya sendiri, maka hendaklah mereka berhenti mempunyai anggapan bahwa ‘jaminan keselamatan’ bertentangan dengan ‘kewajiban untuk memelihara keselamatan’!

Sekarang mari kita melihat komentar-komentar para penafsir tentang text dalam Kis 27 ini. Saya akan memberikan komentar-komentar dari penafsir-penafsir Arminian maupun Reformed.

Adam Clarke (tentang Kis 27:31): ‘Except these abide in the ship, ye cannot be saved.’ God, who has promised to save your lives, promises this on the condition that ye make use of every means he has put in your power to help yourselves. While, therefore, ye are using these means, expect the co-operation of God. If these sailors, who only understand how to work the ship, leave it, ye cannot escape. Therefore prevent their present design. On the economy of divine Providence, see the notes at Acts 23.[= ‘Kecuali mereka tinggal di kapal, kamu tidak bisa diselamatkan’. Allah, yang telah berjanji untuk menyelamatkan hidup / nyawamu, menjanjikan ini dengan syarat bahwa kamu menggunakan setiap cara / jalan yang Ia telah letakkan dalam kuasamu untuk menolong dirimu sendiri. Karena itu, sementara kamu sedang menggunakan cara-cara ini, harapkanlah kerja sama dari Allah. Jika pelaut-pelaut ini, yang adalah satu-satunya orang yang mengerti bagaimana menjalankan kapal, meninggalkannya, kamu tidak bisa lolos. Karena itu, cegahlah rancangan mereka saat ini. Tentang metode dari Providensia Ilahi, lihat catatan pada Kis 23.].

Catatan:

a. Bagian yang saya garis-bawahi itu jelas omong kosong dan merupakan penafsiran yang membengkokkan ayat itu. Jaminan keselamatan dari Allah tadi (ay 24) tidak bersyarat!

Kis 27:23-24 - “(23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau..

b. Komentar Adam Clarke tentang Kis 23 akan saya berikan di bawah nanti, bersama dengan komentar-komentar dari para penafsir lainnya.

Adam Clarke (tentang Kis 27:34): ‘A hair fall from the head.’ A proverbial expression for, ye shall neither lose your lives nor suffer any hurt in your bodies, if ye follow my advice.[= ‘Selembar rambut jatuh dari kepala’. Suatu ungkapan yang bersifat pepatah untuk, kamu tak akan kehilangan nyawamu ataupun mengalami luka apapun pada tubuhmu, jika kamu mengikuti nasehatku.].

Catatan: Adam Clarke lagi-lagi menambahi dengan syarat, yang dalam ayatnya (ay 34) tidak ada!!!
Kis 27:34 - Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’.

Adam Clarke (tentang Kis 27:44): ‘And the rest.’ That could not swim: some on boards, planks, spars, etc., got safe to land; manifestly by a special providence of God; for how otherwise could the sick, the aged, the terrified, besides women and children (of which, we may naturally suppose, there were some), though on planks, get safe to shore? - where still the waves were violent, Acts 27:41, and they without either skill or power to steer their unsafe flotillas to the land! It was (in this case, most evidently) God who brought them to the haven where they would be.[= ‘Dan sisanya’. Yang tidak bisa berenang: beberapa pada papan-papan, pecahan-pecahan kapal, dsb., sampai di darat dengan selamat oleh suatu Providensia Allah yang khusus; karena kalau tidak bagaimana orang yang sakit, orang tua, orang yang takut, disamping wanita dan anak-anak (tentang mana, kita bisa secara wajar menganggap bahwa ada beberapa), sekalipun pada papan-papan, bisa selamat sampai ke darat? - dimana ombak tetap ganas, Kis 27:41, dan mereka tanpa keahlian atau kekuatan untuk mengemudikan kapal mereka yang tidak aman ke darat! Adalah Allah (dalam kasus ini, sangat pasti) yang membawa mereka ke tempat yang aman dimana mereka mau ada (?).].

Adam Clarke (tentang Kis 27:44): 3. What assurance soever we may have of the will of God, yet we must not forget human means. The life of all the persons in this ship was given to Paul; yet he does not, on that account, expect a visible miracle, but depends upon the blessing which God will give to the care and endeavours of men. 4. God fulfills his promises, and conceals his almighty power, under such means and endeavours as seem altogether human and natural. Had the crew of this vessel neglected any means in their own power, their death would have been the consequence of their inaction and infidelity.[= 3. Jaminan apapun yang bisa / mungkin kita punyai tentang kehendak Allah, tetapi kita tidak boleh melupakan cara / jalan manusia. Kehidupan dari semua orang-orang dalam kapal ini diberikan kepada Paulus; tetapi ia tidak mengharapkan suatu mujijat yang terlihat karena hal itu, tetapi bergantung pada berkat yang akan Allah berikan pada kehati-hatian dan usaha-usaha manusia. 4. Allah menggenapi janji-janjiNya, dan menyembunyikan kuasaNya yang maha kuasa, di bawah cara / jalan dan usaha seperti itu yang sepenuhnya kelihatan manusiawi dan alamiah / wajar. Seandainya anak buah kapal ini mengabaikan cara / jalan apapun yang ada dalam kuasa mereka sendiri, kematian mereka akan sudah menjadi konsekwensi dari ketidak-aktifan dan ketidak-setiaan mereka.].

Dalam hal ini saya setuju dengan kata-kata Adam Clarke. Sekalipun ada janji / jaminan dari Tuhan, kita tetap harus melakukan hal-hal yang ada dalam kuasa kita. Tetapi ada batasan untuk usaha-usaha ini, yaitu usaha-usaha ini tidak boleh bertentangan dengan Firman Tuhan. Contoh: Ribka yang mendorong Yakub mendustai Ishak untuk merebut berkat Esau. Ini jelas merupakan usaha yang kelewat batas.

Misalnya: Tuhan berjanji mencukupi kebutuhan kita (Mat 6:33), tetapi itu tidak berarti kita boleh tidak bekerja (bdk. 2Tes 3:10), ataupun hidup secara boros dan sebagainya.
Usia ditentukan oleh Tuhan dan karena itu kita tak boleh kuatir (Mat 6:27), tetapi itu tak berarti kita boleh hidup dengan tak menjaga kesehatan kita (dengan olah raga, makan makanan yang sehat, menyingkirkan makanan dan hal-hal yang buruk bagi kesehatan dsb.).
Keselamatan orang percaya dijamin oleh Tuhan, tetapi itu tak berarti kita boleh hidup semau kita sendiri, menjauhi Tuhan, tak belajar Firman Tuhan dsb.

Lenski (tentang Kis 27:31): It was the keen eye of Paul that detected the treachery. ... One word from Paul is enough: ‘Unless these remain in the ship, you yourselves (ὑμεῖς, emphatic) cannot be saved.’ ... But had Paul, by God’s own revelation, not declared that not a single life would be lost? He had, indeed; nor was even one man lost. But God uses natural means, was even now using Paul, the centurion and his soldiers, and these wicked sailors. After the desertion of the latter no man would have been left to manage the ship (as in v. 39–41). It is idle to ask the hypothetical question as to what really would have happened if the scheme of the sailors had succeeded. Nearly all of such ‘if’ questions are useless. When God foretells the future, he does so by foreseeing every detail and every means with the same certainty as though they had already occurred. Thus Paul’s frustration of the wicked scheme of the sailors was known to God when he gave him the prophecy. [= Adalah mata yang tajam dari Paulus yang mendeteksi pengkhianatan itu. ... Satu kata dari Paulus adalah cukup: ‘Kecuali orang-orang ini tinggal di kapal, kamu sendiri (HUMEIS, ditekankan) tidak bisa diselamatkan’. ... Tetapi bukankah Paulus, oleh wahyu Allah sendiri, telah menyatakan bahwa tak seorangpun akan kehilangan nyawanya? Ya, memang; dan bahkan tak seorangpun akan hilang. Tetapi Allah menggunakan cara / jalan yang alamiah / wajar, sekarang bahkan menggunakan Paulus, perwira dan para prajuritnya, dan para pelaut-pelaut yang jahat ini. Setelah pelaut-pelaut ini melakukan desersi tak ada orang yang tertinggal untuk mengendalikan kapal (seperti dalam ay 39-41). Merupakan sesuatu yang sia-sia untuk menanyakan pertanyaan dugaan / pengandaian berkenaan dengan apa yang akan terjadi seandainya rencana dari para pelaut berhasil. Hampir semua pertanyaan-pertanyaan ‘jika / seandainya’ seperti itu adalah sia-sia. Pada waktu Allah memberitahu lebih dulu hal-hal di masa yang akan datang, Ia melakukan itu dengan melihat lebih dulu setiap detail dan setiap cara / jalan dengan kepastian yang sama seakan-akan mereka telah terjadi. Jadi pencegahan / penggagalan rencana jahat dari para pelaut telah diketahui oleh Allah pada waktu Ia memberi dia nubuat itu.].

Saya setuju sepenuhnya dengan kata-kata Lenski, khususnya pada bagian terakhir dari kutipan di atas ini. Yang ingin saya tanyakan, dengan kepercayaan seperti ini bagaimana Lenski bisa tidak percaya pada penentuan dosa? Bukankah pengkhianatan dari para pelaut itu jahat / berdosa? Dan karena itu dilihat lebih dulu oleh Tuhan, pada waktu Ia memberi nubuat ini (bahkan sudah Ia ketahui dalam kekekalan), menunjukkan bahwa dosa itu sudah ditentukan??? Ini seharusnya direnungkan oleh orang-orang Arminian yang selalu menekankan ajaran tentang free will / kehendak bebas, yang sebenarnya tak pernah ada dalam Alkitab!

Lenski (tentang Kis 27:33-37): Just as it had been the case with regard to the sailors, whom God would use and who must not abandon the ship, so now it was the case with regard to the food which was to hearten and to strengthen all of them: this was another means in God’s hands, and Paul was God’s agent. God achieves so many of his ends by blessing the proper, sensible means.[= Sama seperti dalam kasus berkenaan dengan para pelaut, yang Allah akan pakai dan yang tidak boleh meninggalkan kapal, maka sekarang adalah kasus berkenaan dengan makanan yang akan memberi semangat dan menguatkan semua mereka: ini adalah cara / jalan yang lain dalam tangan Allah, dan Paulus adalah agen Allah. Allah mencapai begitu banyak dari tujuan-tujuanNya dengan memberkati cara / jalan yang benar dan masuk akal.].

John Wesley (tentang Kis 27:31): We may learn hence, to use the most proper means for security and success, even while we depend on Divine Providence, and wait for the accomplishment of God’s own promise. He never designed any promise should encourage rational creatures to act in an irrational manner; or to remain inactive, when he has given them natural capacities of doing something, at least, for their own benefit. To expect the accomplishment of any promise, without exerting these, is at best vain and dangerous presumption, if all pretence of relying upon it be not profane hypocrisy.[= Jadi kita bisa belajar, untuk menggunakan cara / jalan yang paling tepat / benar untuk keamanan dan sukses, bahkan pada waktu kita bergantung pada Providensia Ilahi, dan menunggu penggenapan dari janji-janji Allah sendiri. Ia tidak pernah merancang janji apapun untuk mendorong makhluk-makhluk rasionil bertindak dalam suatu cara yang tidak rasionil; atau untuk tetap tinggal tidak aktif, pada waktu Ia telah memberi mereka kapasitas alamiah untuk setidaknya melakukan sesuatu untuk keuntungan mereka sendiri. Mengharapkan penggenapan dari janji apapun, tanpa menggunakan hal ini, paling-paling merupakan suatu kesombongan yang sia-sia dan berbahaya, dan bahkan semua kepura-puraan untuk bersandar padanya bisa merupakan kemunafikan yang salah / tidak menghormati Allah.] - Libronix.


-bersambung-