Perseverance of the saints (20) (ketekunan orang-orang kudus)
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Kesimpulan dari pembahasan
ayat-ayat dalam kelompok 1) di atas. Orang-orang Arminian menganggap ayat-ayat dalam
kelompok 1) di atas ini kehilangan artinya kalau orang kristen ternyata tidak
bisa murtad.
Jawab:
a) Yang bisa murtad hanya orang kristen KTP (1Yoh
2:19 Yoh 8:31).
b) Beberapa komentar / jawaban dari para ahli
theologia Reformed tentang hal ini.
1. Louis Berkhof: “There are warnings against apostasy which would seem to be quite uncalled
for, if the believer could not fall away, Matt. 24:12; Col. 1:23; Heb. 2:1;
3:14; 6:11; 1 John 2:6. But these warnings regard the whole matter
from the side of man and are seriously meant. They prompt self-examination, and are instrumental in keeping believers
in the way of perseverance. They do not prove that
any of those addressed will apostatize, but simply that the use of means is
necessary to prevent them from committing this sin. Compare Acts
27:22–25 with verse 31 for an illustration of this principle.” [= Di sana ada
peringatan-peringatan terhadap kemurtadan yang tidak diperlukan, jika orang
percaya tak bisa murtad, Mat 24:12; Kol 1:23; Ibr 2:1; 3:14; 6:11; 1Yoh 2:6. Tetapi peringatan-peringatan ini melihat / mempertimbangkan
dari sisi manusia dan dimaksudkan secara serius.
Peringatan-peringatan ini mendorong / membangkitkan pemeriksaan diri sendiri,
dan merupakan alat-alat dalam menjaga orang-orang percaya dalam jalan dari
ketekunan. Peringatan-peringatan ini tidak
membuktikan bahwa ada siapapun dari mereka kepada siapa berita itu ditujukan
akan murtad, tetapi hanya bahwa penggunaan dari cara / jalan adalah perlu untuk
mencegah mereka dari melakukan dosa ini. Bandingkan dengan Kis
27:22-25 dengan ay 31 sebagai ilustrasi dari prinsip / kebenaran dasar ini.] - ‘Systematic
Theology’, hal 548.
Catatan: Kis 27 akan kita bahas di
bawah.
2. R.
L. Dabney: “It is objected, again,
that the Bible is full of warnings to believers to watch against apostasy, like
this in 1 Cor. 10:12: ‘Let him that thinketh he standeth take heed lest he
fall.’ The sophism is, that if believers cannot fall from grace all these
warnings are absurd. I reply, they are reasonable, because believers could fall
from grace if they were left to their own natural powers. In this sense, they
naturally might fall, and therefore watchfulness is reasonably urged upon them,
because God’s unchangeable purpose of grace towards them is effectuated in
them, not as if they were stocks or stones, or dumb beasts, but rational free agents, to be guided and
governed by the almighty Spirit through the means of rational motives.
Therefore, when we see God plying believers with these rational motives not to
backslide, it is not to be inferred that he secretly intends to let them
backslide fatally, but rather just the contrary.” [= Selanjutnya, diajukan keberatan, bahwa Alkitab penuh dengan
peringatan-peringatan kepada orang-orang percaya untuk berjaga-jaga terhadap
kemurtadan, seperti peringatan dalam 1Kor 10:12: ‘Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh
berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!’. Argumentasi yang kelihatannya
sah tetapi salah adalah, bahwa jika orang-orang percaya tidak bisa murtad dari
kasih karunia maka semua peringatan-peringatan ini adalah menggelikan. Saya
menjawab, peringatan-peringatan itu masuk akal, karena orang-orang percaya bisa
jatuh dari kasih karunia / murtad seandainya mereka dibiarkan pada
kekuatan-kekuatan alamiah mereka sendiri. Dalam arti ini, mereka secara alamiah
bisa jatuh, dan karena itu sikap berjaga-jaga secara masuk akal didesakkan
kepada mereka, karena rencana yang tak berubah dari Allah tentang kasih karunia
terhadap mereka dibuat terjadi di dalam mereka, bukan seakan-akan mereka adalah
batang kayu atau batu, atau binatang-binatang yang bisu / bodoh, tetapi
agen-agen bebas yang punya pikiran, untuk dibimbing dan dikuasai oleh Roh yang
maha kuasa melalui cara / jalan dari dorongan-dorongan yang rasionil. Karena itu, pada waktu kita
melihat Allah mendesak orang-orang percaya dengan dorongan-dorongan rasionil
untuk tidak merosot mundur, itu tidak boleh disimpulkan bahwa Ia secara
diam-diam bermaksud untuk membiarkan mereka merosot mundur ke belakang secara
fatal, tetapi bahkan sebaliknya.] - ‘The Five Points of Calvinism’, hal
76-77 (Libronix).
Lalu Dabney memberikan suatu ilustrasi tentang seorang
ibu yang menjaga anak perempuannya yang masih kecil. Ia berkata kepada anaknya:
‘Jangan mendekati api, karena engkau bisa terbakar’. Akankah saya
berargumentasi: ‘Dengarlah apa kata-kata ibu itu! Saya menyimpulkan dari
kata-katanya bahwa ia akan membiarkan anaknya membakar dirinya sendiri sampai
mati kecuali anak itu berjaga-jaga terhadap api itu! Betul-betul seorang ibu
yang tidak punya perasaan!’ Tetapi saya tak akan berargumentasi seperti itu
kecuali saya adalah orang bodoh yang tak punya perasaan. Saya tahu bahwa ibu
itu tak akan membiarkan anak itu membakar tubuhnya sendiri, dan kalau anak itu
melanggar larangannya dan mendekati api, ibu itu pasti akan menarik anak itu
dengan kekuatan fisik, dan menyelamatkannya, karena kasihnya kepada anaknya
itu.
R. L. Dabney: “I will close with a little parable: I watch a wise,
intelligent, watchful, and loving mother, who is busy about her household work.
There is a bright little girl playing about the room, the mother’s darling. I
hear her say, ‘take care, baby dear, don’t go near that bright fire, for you
might get burned.’ Do I argue thus? Hear that woman’s words! I infer from them
that that woman’s mind is made up to let that darling child burn itself to
death unless its own watchfulness shall suffice to keep it away from the fire,
the caution of an ignorant, impulsive, fickle little child. What a heartless
mother! But I do not infer thus, unless I am a heartless fool. I know that this
mother knows the child is a rational creature, and that rational cautions are
one species of means for keeping it at a safe distance from the fire; therefore
she does right to address such cautions to the child; she would not speak thus
if she thought it were a mere kitten or puppy dog, and would rely on nothing
short of tying it by the neck to the table leg. But I also know that that
watchful mother’s mind is fully made up that the darling child shall not burn
itself at this fire. If the little one’s impulsiveness and short memory cause
it to neglect the maternal cautions, I know that I shall see that good woman
instantly drop her instruments of labor and draw back her child with physical force from that fire, and then
most rationally renew her cautions to the child as a reasonable agent with more
emphasis. And if the little one proves still heedless and wilful, I shall see
her again rescued by physical force, and at last I shall see the mother
impressing her cautions on the child’s mind more effectually, perhaps by
passionate caresses, or perhaps by a good switching, both alike the expressions
of faithful love.” - ‘The Five Points of Calvinism’,
hal 78-79 (Libronix).
Catatan: ini tidak
saya terjemahkan, tetapi hanya saya ceritakan dengan kata-kata sendiri di atas,
dan juga saya persingkat.
3. Loraine Boettner: “Arminians sometimes bring forth from the Scriptures the
warnings against apostasy or falling away, which are addressed to believers,
and which, it is argued, imply a possibility of their falling away. There is,
of course, a sense in which it is possible for believers to fall away, - when
they are viewed simply in themselves, with reference to their own powers and
capacities, and apart from God’s purpose or design with respect to them. And it
is admitted by all that believers can fall into sin temporarily. The primary purpose of these passages,
however, is to induce men to co-operate willingly with God for the accomplishment
of His purposes. They are inducements which produce constant humility, watchfulness, and
diligence.” [= Orang-orang Arminian
kadang-kadang mengajukan dari Kitab Suci peringatan-peringatan terhadap
kemurtadan, yang ditujukan kepada orang-orang percaya, dan mereka
berargumentasi, bahwa ini menunjukkan secara implicit suatu kemungkinan dari
kemurtadan mereka. Tentu saja disana ada arti
tertentu dalam mana adalah mungkin bagi orang-orang percaya untuk murtad - pada
waktu mereka dipandang hanya dalam diri mereka sendiri, berhubungan dengan
kekuatan-kekuatan dan kapasitas-kapasitas mereka sendiri, dan terpisah dari
rencana atau rancangan Allah berkenaan dengan mereka. Dan diakui
oleh semua orang bahwa orang-orang percaya bisa jatuh ke dalam dosa untuk
sementara waktu. Tetapi tujuan utama dari text-text
ini adalah untuk mendorong manusia untuk bekerja sama secara sukarela dengan
Allah untuk pencapaian dari rencanaNya. Peringatan-peringatan itu adalah
dorongan-dorongan yang menghasilkan kerendahan hati, sikap berjaga-jaga, dan
kerajinan yang terus menerus.] - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 195.
Loraine Boettner: “In the same way a parent, in order to get the willing
co-operation of a child, may tell it to stay out of the way of an approaching
automobile, when all the time the parent has no intention of ever letting the
child get into a position where it would be injured.” - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 195-196.
Catatan: ini tidak saya terjemahkan. Ilustrasi Loraine Boettner ini
kurang lebih sama dengan illustrasi Dabney di atas.
Loraine Boettner: “When God plies a soul with fears of falling it is by no means a proof that
God in His secret purpose intends to permit him to fall. These fears may be the
very means which God has designed to keep him from falling.” [= Pada waktu Allah mendesak seseorang dengan rasa
takut tentang kejatuhan, itu sama sekali bukan suatu bukti bahwa Allah dalam
rencana rahasiaNya bermaksud untuk mengijinkannya untuk jatuh. Rasa takut ini
bisa justru merupakan cara dengan mana Allah telah merancang untuk menjaganya
dari kejatuhan.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’,
hal 195-196.
Loraine Boettner: “Secondly, God’s exhortations to duty are perfectly consistent with His
purpose to give sufficient grace for the performance of these duties. In one
place we are commanded to love the Lord our God with all our heart; in another,
God says, ‘I will put my Spirit within you, and cause you to walk in my
statutes.’ Now either these must be consistent with each other, or the Holy
Spirit must contradict Himself. Plainly it is not the latter. Thirdly, these
warnings are, even for believers, incitements to greater faith and prayer.
Fourthly, they are designed to show man his duty rather than his ability, and
his weakness rather than his strength. Fifthly, they convince men of their want
of holiness and of their dependence upon God. And, sixthly, they serve as
restraints on unbelievers, and leave them without excuse.” [= Kedua, nasehat-nasehat Allah pada kewajiban konsisten secara
sempurna dengan rencanaNya untuk memberikan kasih karunia yang cukup untuk
pelaksanaan dari kewajiban-kewajiban ini. Di satu tempat kita diperintahkan
untuk mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati kita; di tempat lain Allah
berkata, ‘Aku akan meletakkan RohKu di dalam kamu, dan menyebabkan kamu untuk
berjalan dalam perintah-perintahKu’. Maka, atau dua hal ini harus konsisten
satu dengan yang lain, atau Roh Kudus pasti menentang diriNya sendiri. Jelas
bahwa itu bukan yang belakangan. Ketiga, peringatan-peringatan ini, bahkan untuk orang-orang
percaya, merupakan dorongan-dorongan pada iman yang lebih besar dan pada doa. Keempat, peringatan-peringatan
ini dirancang untuk menunjukkan manusia lebih pada kewajibannya dari pada pada
kemampuannya, dan pada kelemahannya lebih dari pada pada kekuatannya.
Kelima, mereka meyakinkan manusia
tentang kebutuhan mereka akan kekudusan dan tentang ketergantungan mereka
kepada Allah. Dan keenam, mereka
berfungsi sebagai kekang pada orang-orang yang tidak percaya, dan meninggalkan
mereka tanpa alasan / dalih.] - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 196.
Yeh 36:27 - “RohKu akan Kuberikan diam di dalam
batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut
segala ketetapanKu dan tetap
berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya.”.
c) Jaminan keselamatan tidak
bertentangan dengan pemberian tanggung jawab untuk menjaga keselamatan itu!!
Ayat-ayat yang
memperingatkan supaya orang-orang percaya tidak murtad ini menekankan tanggung
jawab manusia supaya mereka bertekun sampai akhir.
Sekalipun
Reformed percaya KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG tetapi Reformed tidak pernah
mengajarkan orang Kristen boleh hidup santai / semau gue, sebagaimana biasanya
difitnahkan orang.
Alkitab yang
mengajarkan KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG, pada saat yang sama juga mengajarkan
orang Kristen untuk memelihara keselamatan itu seakan-akan keselamatan itu bisa
hilang. Dua hal ini bukan kontradiksi, tetapi saling melengkapi!
Kalau ini
dianggap sebagai suatu kontradiksi, maka mari kita melihat pada Kis 27:22-34.
Ini adalah text Alkitab yang sangat ampuh dalam menangkis serangan orang
Arminian, yang hanya menggunakan logika saja, yang mengatakan bahwa kalau kita
dijamin keselamatannya, maka pemberian tanggung jawab itu merupakan sesuatu
yang tidak masuk akal. Kalau mereka hanya menggunakan LOGIKA,
maka kita menjawab dengan menggunakan Firman Tuhan!
Catatan: saya tidak menganggap
bahwa logika itu tidak
perlu, tetapi saya menganggap bahwa dimana LOGIKA
bertentangan dengan Firman Tuhan,
maka LOGIKA yang harus mundur!!!
Kis 27:22-34 ini
sudah pernah saya berikan dalam pelajaran yang lalu, tetapi akan saya ulang di
sini, dengan lebih mendetail, disertai komentar-komentar dari para penafsir,
baik dari pihak Arminian, maupun dari pihak Reformed.
Kis 27:22-34 - “(22)
Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu
tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di
antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi
malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai
milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau
harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh
karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal
ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu,
saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah,
bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.
(26) Namun kita harus
mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat
belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi
kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat
daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua
puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima
belas depa. (29) Dan karena
takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang
empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari
lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri
dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak
melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan
prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’
(32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut.
(33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah
empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan
apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu.
Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan
sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.
Jadi, cerita Kitab Suci ini menunjukkan bahwa Allah
mengirim malaikat yang memberikan Firman Tuhan yang menjamin keselamatan
(jasmani) semua mereka, kecuali kapalnya (ay 23-24). Dan Paulus percaya
penuh akan Firman Tuhan yang telah ia terima itu (ay 22,25,34b), tetapi
itu tidak menyebabkan Paulus hanya berdiam diri, beriman, berdoa saja!
Sekalipun ada Firman Tuhan yang menjamin keselamatan mereka, tetapi Paulus
tetap memberikan nasehat supaya Firman Tuhan / janji Tuhan itu terjadi.
Perhatikan beberapa point ini:
1. Ay 26:
Paulus menasehati mereka untuk mendamparkan kapal di salah 1 pulau. Perhatikan
kata ‘namun’ dan ‘harus’ (ay 26).
2. Ay 31:
Paulus menasehati perwira dan prajurit untuk tidak membiarkan anak-anak kapal
melarikan diri. Perhatikan kata-kata ‘Jika
mereka tidak tinggal di kapal, kamu
tidak mungkin selamat.’
(ay 31).
3. Ay 33-34:
Paulus menasehati mereka untuk makan. Perhatikan bahwa sekalipun ia yakin akan
keselamatan mereka (ay 34b), ia tetap berkata ‘Hal itu perlu untuk keselamatanmu.’ (ay 34a).
Jadi, kesimpulannya: SEKALIPUN TUHAN
MENJAMIN KESELAMATAN MEREKA, MEREKA TETAP DIBERI TANGGUNG JAWAB UNTUK MELAKUKAN KEWAJIBAN
MEREKA!
Kecuali orang-orang Arminian
berani mengatakan bahwa Paulus bertentangan dengan dirinya sendiri, maka
hendaklah mereka berhenti mempunyai anggapan bahwa ‘jaminan keselamatan’ bertentangan dengan ‘kewajiban untuk memelihara
keselamatan’!
Sekarang mari
kita melihat komentar-komentar para penafsir tentang text dalam Kis 27
ini. Saya akan memberikan komentar-komentar dari penafsir-penafsir Arminian
maupun Reformed.
Adam Clarke (tentang Kis
27:31): “‘Except these abide in the ship, ye cannot
be saved.’ God, who has promised to save your lives,
promises this on the condition that ye make use of every means he has put in
your power to help yourselves. While, therefore, ye are
using these means, expect the co-operation of God. If these sailors, who only
understand how to work the ship, leave it, ye cannot escape. Therefore prevent
their present design. On the economy of divine Providence, see the notes at
Acts 23.” [= ‘Kecuali mereka
tinggal di kapal, kamu tidak bisa diselamatkan’. Allah,
yang telah berjanji untuk menyelamatkan hidup / nyawamu, menjanjikan ini dengan
syarat bahwa kamu menggunakan setiap cara / jalan yang Ia telah letakkan dalam kuasamu
untuk menolong dirimu sendiri. Karena itu, sementara kamu sedang
menggunakan cara-cara ini, harapkanlah kerja sama dari Allah. Jika
pelaut-pelaut ini, yang adalah satu-satunya orang yang mengerti bagaimana
menjalankan kapal, meninggalkannya, kamu tidak bisa lolos. Karena itu, cegahlah
rancangan mereka saat ini. Tentang metode dari Providensia Ilahi, lihat catatan
pada Kis 23.].
Catatan:
a. Bagian
yang saya garis-bawahi itu jelas omong kosong dan merupakan penafsiran yang
membengkokkan ayat itu. Jaminan keselamatan dari Allah tadi (ay 24) tidak
bersyarat!
Kis 27:23-24 - “(23)
Karena tadi
malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai
milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan
takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia
Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan
selamat karena engkau.”.
b. Komentar
Adam Clarke tentang Kis 23 akan saya berikan di bawah nanti, bersama dengan
komentar-komentar dari para penafsir lainnya.
Adam Clarke (tentang Kis
27:34): “‘A hair fall from the head.’ A proverbial expression
for, ye shall neither lose your lives nor suffer any hurt in your bodies, if ye follow my advice.” [=
‘Selembar rambut jatuh dari kepala’. Suatu ungkapan yang bersifat pepatah
untuk, kamu tak akan kehilangan nyawamu ataupun mengalami luka apapun pada
tubuhmu, jika kamu mengikuti nasehatku.].
Catatan:
Adam Clarke lagi-lagi menambahi dengan syarat, yang dalam ayatnya (ay 34) tidak
ada!!!
Kis 27:34 - “Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan
dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak
seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.
Adam Clarke (tentang Kis
27:44): “‘And the rest.’ That could not swim: some
on boards, planks, spars, etc., got safe to land; manifestly by a
special providence of God; for how otherwise could the sick, the
aged, the terrified, besides women and children (of which, we may naturally
suppose, there were some), though on planks, get safe to shore? - where still
the waves were violent, Acts 27:41, and they without either skill or power to
steer their unsafe flotillas to the land! It was (in this case, most evidently)
God who brought them to the haven where they would be.” [=
‘Dan sisanya’. Yang tidak bisa berenang: beberapa pada papan-papan, pecahan-pecahan
kapal, dsb., sampai di darat dengan selamat oleh suatu Providensia Allah yang
khusus; karena kalau tidak bagaimana orang yang sakit, orang tua, orang yang
takut, disamping wanita dan anak-anak (tentang mana, kita bisa secara wajar
menganggap bahwa ada beberapa), sekalipun pada papan-papan, bisa selamat sampai
ke darat? - dimana ombak tetap ganas, Kis 27:41, dan mereka tanpa keahlian atau
kekuatan untuk mengemudikan kapal mereka yang tidak aman ke darat! Adalah Allah
(dalam kasus ini, sangat pasti) yang membawa mereka ke tempat yang aman dimana
mereka mau ada (?).].
Adam Clarke (tentang Kis
27:44): “3. What assurance soever we may have of the will of
God, yet we must not forget human means. The life of all the persons in this
ship was given to Paul; yet he does not, on that account, expect a visible
miracle, but depends upon the blessing which God will give to the care and
endeavours of men. 4. God fulfills his promises, and conceals his almighty
power, under such means and endeavours as seem altogether human and natural.
Had the crew of this vessel neglected any means in their own power, their death
would have been the consequence of their inaction and infidelity.” [=
3. Jaminan apapun yang bisa / mungkin kita punyai
tentang kehendak Allah, tetapi kita tidak boleh melupakan cara / jalan manusia.
Kehidupan dari semua orang-orang dalam kapal ini diberikan kepada Paulus;
tetapi ia tidak mengharapkan suatu mujijat yang terlihat karena hal itu, tetapi
bergantung pada berkat yang akan Allah berikan pada kehati-hatian dan
usaha-usaha manusia. 4. Allah menggenapi
janji-janjiNya, dan menyembunyikan kuasaNya yang maha kuasa, di bawah cara /
jalan dan usaha seperti itu yang sepenuhnya kelihatan manusiawi dan alamiah /
wajar. Seandainya anak buah kapal ini mengabaikan cara / jalan apapun yang ada
dalam kuasa mereka sendiri, kematian mereka akan sudah menjadi konsekwensi dari
ketidak-aktifan dan ketidak-setiaan mereka.].
Dalam hal ini saya setuju dengan kata-kata Adam
Clarke. Sekalipun ada janji / jaminan dari Tuhan, kita tetap harus melakukan hal-hal
yang ada dalam kuasa kita. Tetapi ada batasan untuk usaha-usaha ini, yaitu
usaha-usaha ini tidak boleh bertentangan dengan Firman Tuhan. Contoh: Ribka
yang mendorong Yakub mendustai Ishak untuk merebut berkat Esau. Ini jelas
merupakan usaha yang kelewat batas.
Misalnya:
Tuhan berjanji mencukupi kebutuhan kita (Mat 6:33), tetapi itu tidak berarti
kita boleh tidak bekerja (bdk. 2Tes 3:10), ataupun hidup secara boros dan
sebagainya.
Usia ditentukan oleh Tuhan dan karena itu kita tak
boleh kuatir (Mat 6:27), tetapi itu tak berarti kita boleh hidup dengan tak
menjaga kesehatan kita (dengan olah raga, makan makanan yang sehat,
menyingkirkan makanan dan hal-hal yang buruk bagi kesehatan dsb.).
Keselamatan orang percaya dijamin oleh Tuhan, tetapi
itu tak berarti kita boleh hidup semau kita sendiri, menjauhi Tuhan, tak
belajar Firman Tuhan dsb.
Lenski (tentang Kis 27:31): “It was the keen eye of Paul that detected the
treachery. ... One word from Paul is enough: ‘Unless these remain in the ship,
you yourselves (ὑμεῖς, emphatic) cannot
be saved.’ ... But had Paul, by God’s own revelation, not declared that not a
single life would be lost? He had, indeed; nor was even one man lost. But God
uses natural means, was even now using Paul, the centurion and his soldiers,
and these wicked sailors. After the desertion of the latter no man would have
been left to manage the ship (as in v. 39–41). It is
idle to ask the hypothetical question as to what really would have happened if the scheme of the sailors had
succeeded. Nearly all of such ‘if’ questions are useless. When God foretells
the future, he does so by foreseeing every detail and every means with the same
certainty as though they had already occurred. Thus Paul’s frustration of the
wicked scheme of the sailors was known to God when he gave him the prophecy.” [=
Adalah mata yang tajam dari Paulus yang
mendeteksi pengkhianatan itu. ... Satu kata dari Paulus adalah cukup: ‘Kecuali
orang-orang ini tinggal di kapal, kamu sendiri (HUMEIS, ditekankan) tidak bisa
diselamatkan’. ... Tetapi bukankah Paulus, oleh wahyu Allah sendiri, telah
menyatakan bahwa tak seorangpun akan kehilangan nyawanya? Ya, memang; dan
bahkan tak seorangpun akan hilang. Tetapi Allah menggunakan cara / jalan yang
alamiah / wajar, sekarang bahkan menggunakan Paulus, perwira dan para
prajuritnya, dan para pelaut-pelaut yang jahat ini. Setelah pelaut-pelaut ini
melakukan desersi tak ada orang yang tertinggal untuk mengendalikan kapal
(seperti dalam ay 39-41). Merupakan sesuatu yang sia-sia untuk menanyakan pertanyaan dugaan /
pengandaian berkenaan dengan apa yang akan terjadi seandainya rencana dari para
pelaut berhasil. Hampir semua pertanyaan-pertanyaan ‘jika / seandainya’ seperti
itu adalah sia-sia. Pada waktu Allah memberitahu lebih dulu hal-hal di masa yang
akan datang, Ia melakukan itu dengan melihat lebih dulu setiap detail dan
setiap cara / jalan dengan kepastian yang sama seakan-akan mereka telah terjadi.
Jadi pencegahan / penggagalan rencana jahat dari para pelaut telah diketahui
oleh Allah pada waktu Ia memberi dia nubuat itu.].
Saya setuju sepenuhnya dengan kata-kata Lenski,
khususnya pada bagian terakhir dari kutipan di atas ini. Yang ingin saya
tanyakan, dengan kepercayaan seperti ini bagaimana Lenski bisa tidak percaya
pada penentuan dosa? Bukankah pengkhianatan dari para pelaut itu jahat /
berdosa? Dan karena itu dilihat lebih dulu oleh Tuhan, pada waktu Ia memberi
nubuat ini (bahkan sudah Ia ketahui dalam kekekalan), menunjukkan bahwa dosa
itu sudah ditentukan??? Ini seharusnya direnungkan oleh orang-orang Arminian
yang selalu menekankan ajaran tentang free will / kehendak bebas, yang
sebenarnya tak pernah ada dalam Alkitab!
Lenski (tentang Kis 27:33-37): “Just as it had been the case with regard to the
sailors, whom God would use and who must not abandon the ship, so now it was
the case with regard to the food which was to hearten and to strengthen all of
them: this was another means in God’s hands, and Paul was God’s agent. God
achieves so many of his ends by blessing the proper, sensible means.” [=
Sama seperti dalam kasus berkenaan dengan para pelaut, yang Allah akan pakai
dan yang tidak boleh meninggalkan kapal, maka sekarang adalah kasus berkenaan
dengan makanan yang akan memberi semangat dan menguatkan semua mereka: ini
adalah cara / jalan yang lain dalam tangan Allah, dan Paulus adalah agen Allah.
Allah mencapai begitu banyak dari tujuan-tujuanNya dengan memberkati cara /
jalan yang benar dan masuk akal.].
John Wesley (tentang Kis
27:31): “We may learn hence, to use the most proper means for
security and success, even while we depend on Divine Providence, and wait for
the accomplishment of God’s own promise. He never designed any promise should
encourage rational creatures to act in an irrational manner; or to remain
inactive, when he has given them natural capacities of doing something, at
least, for their own benefit. To expect the accomplishment of any promise,
without exerting these, is at best vain and dangerous presumption, if all
pretence of relying upon it be not profane hypocrisy.” [=
Jadi kita bisa belajar, untuk menggunakan cara / jalan yang paling tepat /
benar untuk keamanan dan sukses, bahkan pada waktu kita bergantung pada Providensia
Ilahi, dan menunggu penggenapan dari janji-janji Allah sendiri. Ia tidak pernah
merancang janji apapun untuk mendorong makhluk-makhluk rasionil bertindak dalam
suatu cara yang tidak rasionil; atau untuk tetap tinggal tidak aktif, pada
waktu Ia telah memberi mereka kapasitas alamiah untuk setidaknya melakukan
sesuatu untuk keuntungan mereka sendiri. Mengharapkan penggenapan dari janji
apapun, tanpa menggunakan hal ini, paling-paling merupakan suatu kesombongan
yang sia-sia dan berbahaya, dan bahkan semua kepura-puraan untuk bersandar
padanya bisa merupakan kemunafikan yang salah / tidak menghormati Allah.] - Libronix.
-bersambung-