Perseverance of the saints (21) (ketekunan orang-orang kudus)
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Kis 27:22-44 - “(22)
Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu
tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di
antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi
malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai
milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau
harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh
karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal
ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu,
saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah,
bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.
(26) Namun kita harus
mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat
belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi
kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat
daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua
puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima
belas depa. (29) Dan karena
takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang
empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari
lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri
dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak
melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan
prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’
(32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut.
(33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah
empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan
apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu.
Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan
sehelaipun dari rambut kepalanya.’ (35) Sesudah berkata demikian, ia
mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka,
memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (36) Maka kuatlah hati semua orang itu,
dan merekapun makan juga. (37) Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus
tujuh puluh enam jiwa. (38) Setelah makan kenyang, mereka
membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. (39) Dan
ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka
memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. (40)
Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar
laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali
kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai.
(41) Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu.
Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul
oleh gelombang yang hebat. (42) Pada waktu itu
prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada
seorangpun yang melarikan diri dengan berenang. (43) Tetapi perwira itu ingin
menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih
dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan
papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah
mereka semua selamat naik ke darat.”.
Calvin (tentang Kis 27:30): “The grace of the
Holy Spirit appeareth in Paul, even in this point also, in that he did wisely
admonish that the mariners should not be suffered to fly. ... But it is a marvel that he saith, that the rest could not
be saved unless the mariners should remain in the ship; as if it were in their
power to make the promise of God of none effect. I answer, that Paul doth not
dispute, in this place, precisely of the power of God, that he may separate the
same from his will and from means; and surely God doth not, therefore, commend
his power to the faithful, that they may give themselves to sluggishness and
carelessness, contemning means, or rashly cast away themselves when there is
some certain way to escape. God did promise Hezekiah that the city should be
delivered (Isaiah 37:6, and 35). If he had set open the gates to the enemy,
would not Isaiah straightway have cried, Thou destroyest both thyself and the
city? And yet for all this it doth not follow that the hand of God is tied to
means or helps; but when God appointeth this or that means to bring any thing
to pass, he holdeth all men’s senses, that they may not pass the bounds which
he hath appointed.” [= Kasih karunia dari Roh Kudus muncul dalam diri Paulus,
bahkan juga pada titik ini, dan hal dimana ia secara bijaksana menasehati
supaya para pelaut / anak kapal tidak dibiarkan lari. ... Tetapi merupakan sesuatu yang mengherankan bahwa ia berkata,
bahwa sisanya tidak akan bisa selamat kecuali para pelaut tetap tinggal di
kapal; seakan-akan ada dalam kuasa mereka untuk membuat janji Allah tak ada
hasilnya. Saya menjawab bahwa di sini
Paulus tidak mempertengkarkan / mempertanyakan secara persis tentang kuasa
Allah, sehingga ia bisa memisahkan kuasa Allah dari kehendakNya dan dari cara /
jalan; dan karena itu pasti Allah tidak
mempercayakan kuasaNya kepada orang-orang percaya supaya mereka bisa memberikan
diri mereka sendiri pada kemalasan dan kecerobohan, meremehkan cara / jalan,
atau secara gegabah membuang diri mereka sendiri pada waktu disana ada jalan
tertentu untuk lolos. Allah memang menjanjikan Hizkia bahwa kota
itu harus akan diselamatkan (Yes 37:6 dan 35). Seandainya ia membuka pintu
gerbang kota bagi musuh, tidakkah Yesaya akan sudah berteriak, ‘Engkau
menghancurkan baik dirimu sendiri dan kota ini’? Tetapi
sekalipun demikian itu tidak berarti bahwa tangan Allah diikat pada cara /
jalan atau pertolongan; tetapi pada waktu Allah menetapkan cara / jalan ini
atau itu untuk melaksanakan apapun, Ia memegang pikiran-pikiran dari semua
orang, sehingga mereka tidak melampaui batasan-batasan yang telah Ia tetapkan.].
Yes 37:5-6,33-35
- “(5) Ketika pegawai-pegawai raja Hizkia
sampai kepada Yesaya, (6) berkatalah Yesaya kepada mereka: ‘Beginilah kamu
katakan kepada tuanmu: Beginilah firman TUHAN: Janganlah engkau takut terhadap
perkataan yang kaudengar yang telah diucapkan oleh budak-budak raja Asyur untuk
menghujat Aku. ... (33) Sebab itu beginilah firman
TUHAN mengenai raja Asyur: Ia tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan
menembakkan panah ke sana; juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan
tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya. (34) Melalui
jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan
masuk, demikianlah firman TUHAN. (35) Dan
Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku
dan oleh karena Daud, hambaKu.’”.
Calvin (tentang Kis 27:33): “And
because despair was the cause of this their loathing of meat, he affirmeth
again that they shall live, so they be of good courage. For a faithful minister
of the word must not only bring abroad the promises, but also counsel men to
follow God whithersoever he calleth them; and that they be not slothful and
sluggish. Furthermore, the meaning of the words is this, God hath determined to
save you, this confidence ought to animate you, and to make you merry, that you
be not negligent in your own business.” [= Dan karena
keputus-asaan adalah penyebab dari kejijikan mereka akan makanan, ia menegaskan
lagi bahwa mereka akan hidup, sehingga mereka ada dalam semangat yang baik. Karena seorang pelayan / pendeta yang setia dari firman tidak
boleh hanya menyebarkan janji-janji, tetapi juga menasehati orang-orang untuk
mengikuti Allah kemanapun Ia memanggil mereka; dan bahwa mereka tidak boleh
malas dan lamban. Selanjutnya, arti dari kata-kata ini adalah ini, Allah telah menetapkan untuk menyelamatkan kamu, keyakinan
ini seharusnya menghidupkan / menyemarakkan kamu, dan membuat kamu bergembira,
supaya kamu tidak lalai dalam kesibukanmu sendiri.].
Barnes’ Notes (tentang Kis
27:31): “‘Ye cannot be saved.’ You cannot be
preserved from death. You will have no hope of managing the ship. It will be
remembered that Paul had been informed by the angel, and had assured them (ver.
22–24) that no lives would be lost; but it was only in the use of the proper means that their lives would be safe.
Though it had been determined, and though Paul had the assurance that their
lives would be safe, yet this did not, in his view, prevent the use of the
proper means to secure it. From this we may learn, (1) That the certainty of an
event does not render it improper to use means to obtain it. (2) That, though
the event may be determined, yet the use of means may be indispensable to
secure it. The event is not more certainly ordained than the means requisite to
accomplish it. (3) That the doctrine of the divine purposes or decrees, making
certain future events, does not make the use of man’s agency unnecessary or
improper. The means are determined as well as the end, and the one will not be
secured without the other. (4) The same is true in regard to the decrees
respecting salvation. The end is not determined without the means; and as God
has resolved that his people shall be saved, so he has also determined the
means. He has ordained that they shall repent, shall believe, shall be holy,
and shall thus be saved. (5) We
have in this case a full answer to the objection that a belief in the decrees of
God will make men neglect the means of salvation, and lead to licentiousness.
It has just the contrary tendency. Here is a case in which Paul certainly believed in the purpose of
God to save these men; in which he was assured that it was fully determined;
and yet the effect was not to produce indolence and unconcern, but to prompt
him to use strenuous efforts to accomplish the very effect which God had
determined should take place.
So it is always. A belief that God has purposes of mercy; that he designs, and
has always designed, to save some, will prompt to the use of all proper means
to secure it. If we had no such evidence that God had any such purpose, effort
would be vain. Where we have
such evidence, it operates, as it did in the case of Paul, to produce great and
strenuous endeavours to secure the object.” [= ‘Kamu tidak bisa
diselamatkan’. Kamu tidak bisa dijaga / dipelihara dari kematian. Kamu akan tidak
punya pengharapan tentang pengendalian kapal. Perlu diingat bahwa Paulus telah diberi informasi oleh
malaikat, dan telah menjamin mereka (ay 22-24) bahwa tak ada yang akan mati;
tetapi hanya dalam penggunaan dari cara / jalan yang benar bahwa nyawa mereka
akan selamat. Sekalipun telah ditentukan,
dan sekalipun Paulus mempunyai jaminan bahwa jiwa mereka akan selamat, tetapi
dalam pandangannya ini tidak menghalangi penggunaan dari cara / jalan yang
benar untuk memastikannya. Dari hal ini kita bisa belajar, (1) Bahwa
kepastian dari suatu peristiwa tidak menyebabkan tidak benar untuk menggunakan
cara / jalan untuk mendapatkannya. (2) Bahwa, sekalipun peristiwanya
ditentukan, tetapi penggunaan dari cara / jalan tak bisa dibuang untuk
memastikannya. Peristiwanya tidak ditentukan dengan
lebih pasti dari pada cara / jalan yang mutlak perlu untuk mencapainya.
(3) Bahwa doktrin tentang rencana atau ketetapan
Ilahi memastikan peristiwa-peristiwa yang akan datang, tidak membuat penggunaan
dari tindakan / kewajiban manusia tidak perlu atau tidak benar. Cara
/ jalan ditentukan sama seperti tujuan / akhirnya, dan yang satu tidak akan
dipastikan tanpa yang lain. (4) Hal yang sama adalah
benar berkenaan dengan ketetapan-ketetapan tentang keselamatan. Tujuannya tidak ditentukan tanpa cara / jalannya; dan kalau
Allah telah memutuskan bahwa umatNya akan diselamatkan, maka Ia juga telah
menentukan cara / jalannya. Ia telah menentukan bahwa mereka akan bertobat,
akan percaya, akan menjadi kudus, dan dengan demikian diselamatkan. (5)
Dalam kasus ini kami mempunyai jawaban yang lengkap terhadap keberatan bahwa
suatu kepercayaan pada ketetapan-ketetapan Allah akan membuat manusia
melalaikan cara / jalan dari keselamatan, dan membimbing pada
ketidak-bermoralan. Itu justru mempunyai kecenderungan yang sebaliknya. Di sini ada suatu kasus dalam mana Paulus secara pasti
percaya pada rencana Allah untuk menyelamatkan orang-orang ini; dalam mana ia
dijamin bahwa itu ditentukan sepenuhnya; tetapi efeknya tidak boleh
menghasilkan kemalasan dan ketidak-pedulian, tetapi mendorongnya untuk
menggunakan usaha-usaha yang keras / bersemangat untuk mencapai hasil yang
telah Allah tentukan untuk terjadi. Begitulah selalu. Suatu kepercayaan
bahwa Allah mempunyai rencana belas kasihan; bahwa Ia merancang, dan telah
selalu merancang, untuk menyelamatkan sebagian / beberapa orang, akan mendorong
pada penggunaan dari semua cara / jalan yang benar untuk memastikannya. Jika
kita tidak mempunyai bukti bahwa Allah mempunyai rencana seperti itu, usaha
akan sia-sia / tak berhasil. Dimana kita mempunyai bukti seperti itu, itu
bekerja, seperti itu bekerja dalam kasus Paulus, untuk menghasilkan usaha-usaha
yang besar dan keras / bersemangat untuk memastikan tujuannya.].
Catatan:
1. Bagian
yang saya beri garis bawah ganda itu mirip pandangan / penafsiran Adam Clarke
di atas. Tetapi kalau dilihat dari kata-katanya selanjutnya, ia berbeda dengan
Clarke. Mungkin bagian itu agak kurang tepat hanya dalam pengalimatannya.
2. Pada
point 1-3 Barnes secara bertele-tele mengucapkan hal yang sama.
3. Mulai
point 4, Barnes memberikan penerapan dalam keselamatan ROHANI, yang secara
prinsip memang sama saja dengan keselamatan JASMANI, seperti dalam kasus Paulus
dalam Kis 27 yang sedang kita bahas ini.
Matthew Henry (tentang Kis
27:31): “Paul speaks humanly, when he says, ‘You cannot be
saved except these abide in the ship;’ and he does not at all weaken the
assurances he had divinely given that they should infallibly be saved. God, who
appointed the end, ‘that they should be saved,’ appointed the means, that they
should be saved by the help of these seamen; though, if they had gone off, no
doubt God would have made his word good some other way. ... Duty is ours,
events are God’s; and we do not trust God, but tempt him, when we say, ‘We put
ourselves under his protection,’ and do not use proper means, such as are
within our power, for our own preservation.” [= Paulus berbicara secara manusia, pada waktu ia
berkata, ‘Kamu tidak bisa diselamatkan kecuali orang-orang ini tetap tinggal di
dalam kapal’; dan ia sama sekali tidak melemahkan jaminan yang telah ia berikan
secara ilahi bahwa mereka pasti akan diselamatkan. Allah,
yang telah menetapkan tujuannya, ‘bahwa mereka harus diselamatkan’, menetapkan
cara / jalannya, bahwa mereka harus diselamatkan oleh pertolongan dari
pelaut-pelaut ini; sekalipun,
seandainya mereka pergi, tak diragukan Allah akan telah menggenapi firmanNya
dengan cara yang lain. ...
Kewajiban adalah milik / bagian kita, peristiwa-peristiwa adalah milik / bagian
Allah; dan kita tidak mempercayai Allah, tetapi mencobai Dia, pada waktu kita
berkata, ‘Kami meletakkan diri kami sendiri di bawah perlindungannya’, dan
tidak menggunakan jalan / cara yang benar, yang ada dalam kuasa kita, untuk
pemeliharaan kita sendiri.].
Jamieson, Fausset &
Brown (tentang Kis 27:31): “‘Except these abide in the ship, ye cannot
be saved.’ The soldiers and passengers could not be expected to possess the
necessary seamanship in so very critical a case; the flight of the crew,
therefore, might well be regarded as certain destruction to all who remained.
Though fully assured, in virtue of a divine pledge, of ultimate safety to all
on board, Paul speaks and acts throughout this whole scene in the exercise of a
sound judgment on the indispensable human conditions of safety; and as there is
no trace of any feeling of inconsistency between these two things in his mind,
so even the centurion, ... seems never to have felt perplexed by the two-fold
aspect - divine and human - in which the same thing presented itself to the
mind of Paul.” [= ‘Kecuali orang-orang ini tinggal di kapal, kamu tidak
bisa diselamatkan’. Prajurit-prajurit dan penumpang-penumpang tidak bisa
diharapkan untuk mempunyai keahlian pelaut dalam suatu kasus yang begitu
kritis; karena itu, larinya anak buah kapal, bisa dianggap sebagai kehancuran
yang pasti bagi semua orang yang tertinggal / tersisa. Sekalipun dijamin secara penuh
berdasarkan janji Ilahi, tentang keamanan akhir dari semua orang di kapal,
Paulus berbicara dan bertindak melalui seluruh adegan / suasana ini dalam
penggunaan dari suatu penilaian yang sehat tentang syarat keamanan manusia yang
tak bisa dibuang; dan karena
di sana tak ada jejak tentang perasaan ketidak-konsistenan apapun antara dua
hal itu dalam pikirannya, maka bahkan sang perwira, ... kelihatannya tidak
pernah merasa bingung oleh aspek rangkap dua - ilahi dan manusia - dalam mana
hal yang sama menyatakan dirinya sendiri pada pikiran Paulus.].
J. A. Alexander (tentang
Kis 27:31): “The condition thus prescribed, though often used
to prove that the divine decrees are not absolute, is perfectly consistent with
the previous assurance (in v. 22) that they should all escape, because the
means are just as certainly determined as the end, which in this case was to be
secured by the prevention of the seamen’s flight, and that by the very
exhortation here recorded, and its effect upon the soldiers, as related in the
next verse.” [=
Syarat yang dinasehatkan / ditentukan seperti itu, sekalipun sering digunakan
untuk membuktikan bahwa ketetapan ilahi tidak mutlak, adalah konsisten secara
sempurna dengan jaminan sebelumnya (dalam ay 22) bahwa mereka semua akan lolos,
karena cara / jalan ditentukan secara pasti sama
seperti tujuannya, yang dalam kasus ini harus dipastikan oleh
pencegahan dari larinya para pelaut, dan bahwa oleh nasehat yang dicatat di sini,
dan hasil / akibatnya pada para prajurit, seperti yang diceritakan dalam ayat
selanjutnya.].
J. A. Alexander (tentang
Kis 27:34): “What I advised is an appointed means to the
appointed end of your deliverance, ...” [= Apa yang aku
nasehatkan adalah suatu cara / jalan yang ditetapkan pada tujuan yang
ditetapkan tentang pembebasanmu, ... ].
Alexander MacLaren (tentang
Kis 27:31):
“The lesson
often drawn from his words is rightly drawn. They imply the necessity of men’s
action in order to carry out God’s purpose. The whole shipful are to be saved,
but ‘except these abide, ye cannot be saved.’ The belief that God wills
anything is a reason for using all means to effect it, not for folding our
hands and saying, ‘God will do it, whether we do anything or not.’ The line
between fatalism and Christian reliance on God’s will is clearly drawn in
Paul’s words.” [= Pelajaran yang
sering ditarik dari kata-katanya ditarik secara benar. Kata-kata itu secara
implicit menunjukkan perlunya tindakan manusia untuk melaksanakan rencana
Allah. Seluruh isi kapal harus diselamatkan, tetapi ‘kecuali orang-orang ini
tinggal, kamu tidak mungkin diselamatkan’. Kepercayaan
bahwa Allah menghendaki apapun adalah suatu alasan untuk menggunakan semua cara
/ jalan untuk menghasilkannya, bukan untuk melipat tangan kita dan berkata,
‘Allah akan melakukannya, apakah kita melakukan apapun atau tidak’. Garis / batasan antara fatalisme dan kebersandaran Kristen
pada kehendak Allah ditarik / digambarkan secara jelas dalam kata-kata Paulus.].
Ironside (tentang Kis
27:30-31):
“He sees what
they are up to, and to the centurion he says, ‘Except these abide in the ship,
ye cannot be saved.’ Then see what happens. ‘The soldiers cut off the ropes of
the boat, and let her fall off.’ The captain might have said, ‘What difference
does it make? You told us we are all to be saved anyway. It doesn’t make any
difference what anybody does; if God has foreordained it, that is what will
happen.’ But Paul might have replied: ‘Yes, it makes a great deal of
difference.’ You see, human responsibility is just one spoke in the great wheel
of God’s purpose, and divine foreordination is another. And so though God
foreordained the whole thing He showed Paul that these men were responsible to
abide in the ship. This was how He effected His purpose.” [=
Ia melihat apa yang akan mereka lakukan, dan ia berkata kepada perwira itu,
‘Kecuali orang-orang ini tinggal di kapal, kamu tidak bisa diselamatkan’. Lalu
lihat apa yang terjadi. ‘Para prajurit memotong tali dari perahu / sekoci dan
membiarkannya hanyut’. Kapten / perwira itu bisa telah berkata, ‘Apa bedanya?
Kamu memberitahu kami bagaimanapun kita semua akan selamat. Apa yang dilakukan
siapapun tak akan membuat perbedaan; jika Allah telah menentukannya, itu yang
akan terjadi’. Tetapi
Paulus bisa telah menjawab: ‘Ya, itu membuat perbedaan besar’. Kamu lihat, tanggung jawab manusia hanyalah satu tongkat /
batang kayu dalam roda besar dari rencana Allah, dan penentuan ilahi adalah
tongkat / batang kayu yang lain. Dan karena itu sekalipun Allah menentukan
lebih dulu seluruh hal itu, Ia menunjukkan kepada Paulus bahwa orang-orang ini
bertanggung-jawab untuk tinggal di kapal. Ini adalah bagaimana Ia melaksanakan
rencanaNya.] - (Libronix).
Barclay (tentang Kis 27:34): “Next comes a most
human and revealing episode. Paul insisted that they should eat. He was a
visionary man of God, but he was also an intensely practical man. He had not
the slightest doubt that God would do his part, but he also knew that they must
do theirs. Paul was not one of those people who were so heavenly minded that
they were of no earthly use. He knew that hungry people are not efficient, and
so he gathered the ship’s company around him and made them eat.” [=
Selanjutnya datang / muncul episode yang paling manusiawi dan memberi
pengetahuan. Paulus berkeras bahwa mereka harus makan. Ia adalah orang yang mendapat
penglihatan dari Allah, tetapi ia juga adalah seorang yang sangat praktis. Ia tidak mempunyai keraguan yang terkecil bahwa Allah akan
melakukan bagianNya, tetapi ia juga tahu bahwa mereka harus melakukan bagian
mereka. Paulus bukanlah salah satu dari orang-orang yang begitu
berpikiran surgawi sehingga mereka tak berguna secara duniawi. Ia tahu bahwa
orang-orang yang lapar tidak efektif, dan karena itu ia mengumpulkan
orang-orang di kapal dan memaksa mereka makan.].
Catatan:
Barclay adalah orang Liberal, dan banyak ajarannya yang salah / sesat,
khususnya jika berhubungan dengan mujijat. Tetapi komentarnya di sini benar.
-bersambung-