Perseverance of the saints (22) (ketekunan orang-orang kudus)
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Sekarang mari kita memperhatikan text lain, yang
disinggung oleh Adam Clarke di atas, yaitu Kis 23:11-33.
Kis 23:11-33 - “(11) Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisinya dan
berkata kepadanya: ‘Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani
telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau
pergi bersaksi di Roma.’ (12) Dan setelah hari siang orang-orang
Yahudi mengadakan komplotan dan bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa mereka
tidak akan makan atau minum, sebelum mereka membunuh Paulus. (13) Jumlah mereka
yang mengadakan komplotan itu lebih dari pada empat puluh orang. (14) Mereka
pergi kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan berkata: ‘Kami
telah bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa kami tidak akan makan atau minum,
sebelum kami membunuh Paulus. (15) Karena itu hendaklah kamu bersama-sama
dengan Mahkamah Agama menganjurkan kepada kepala pasukan, supaya ia
menghadapkan Paulus lagi kepada kamu, seolah-olah kamu hendak memeriksa
perkaranya lebih teliti, dan sementara itu kami sudah siap sedia untuk membunuh
dia sebelum ia sampai kepada kamu.’ (16) Akan
tetapi kemenakan Paulus, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang
penghadangan itu. Ia datang ke markas dan setelah diizinkan masuk, ia
memberitahukannya kepada Paulus. (17) Lalu
Paulus memanggil salah seorang perwira dan berkata kepadanya: ‘Bawalah anak ini
kepada kepala pasukan, karena ada sesuatu yang perlu diberitahukannya
kepadanya.’ (18) Perwira itu membawanya kepada kepala pasukan dan
berkata: ‘Paulus orang tahanan itu, memanggil aku dan meminta, supaya aku
membawa anak muda ini kepadamu, sebab ada yang perlu diberitahukannya
kepadamu.’ (19) Maka kepala pasukan itu memegang tangan anak muda itu, lalu
membawanya ke samping dan bertanya: ‘Apakah yang perlu kauberitahukan
kepadaku?’ (20) Jawabnya: ‘Orang-orang Yahudi telah bersepakat untuk meminta
kepadamu, supaya besok engkau menghadapkan Paulus lagi ke Mahkamah Agama,
seolah-olah Mahkamah itu mau memperoleh keterangan yang lebih teliti dari
padanya. (21) Akan tetapi janganlah engkau mendengarkan mereka, sebab lebih
dari pada empat puluh orang dari mereka telah siap untuk menghadang dia. Mereka
telah bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa mereka tidak akan makan atau minum,
sebelum mereka membunuh dia; sekarang mereka telah siap sedia dan hanya
menantikan keputusanmu.’ (22) Lalu kepala pasukan menyuruh anak muda itu pulang
dan memerintahkan kepadanya: ‘Jangan katakan kepada siapapun juga, bahwa engkau
telah memberitahukan hal ini kepadaku.’ (23) Kemudian kepala pasukan memanggil
dua perwira dan berkata: ‘Siapkan dua ratus orang prajurit untuk berangkat ke
Kaisarea beserta tujuh puluh orang berkuda dan dua ratus orang bersenjata
lembing, kira-kira pada jam sembilan malam ini. (24) Sediakan juga beberapa
keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri
Feliks.’ (25) Dan ia menulis surat, yang isinya sebagai berikut: (26) ‘Salam
dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia. (27) Orang ini
ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku
datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa
ia adalah warganegara Roma. (28) Untuk mengetahui apa alasannya mereka mendakwa
dia, aku menghadapkannya ke Mahkamah Agama mereka. (29) Ternyatalah bagiku,
bahwa ia didakwa karena soal-soal hukum Taurat mereka, tetapi tidak ada
tuduhan, atas mana ia patut dihukum mati atau dipenjarakan. (30) Kepadaku telah
diberitahukan, bahwa ada komplotan merencanakan membunuh dia. Karena itu aku
segera menyuruh membawa dia kepadamu, sedang kepada para pendakwa telah
kuberitahukan, bahwa mereka harus mengajukan perkara itu kepadamu.’ (31) Lalu
prajurit-prajurit itu mengambil Paulus sesuai dengan yang diperintahkan kepada
mereka dan membawanya pada waktu malam ke Antipatris. (32) Pada keesokan
harinya mereka membiarkan orang-orang berkuda dan Paulus meneruskan perjalanan,
dan mereka sendiri pulang ke markas. (33) Setibanya di Kaisarea orang-orang
berkuda itu menyampaikan surat itu kepada wali negeri serta menyerahkan Paulus
kepadanya.”.
Pada ay
11 Allah mengatakan bahwa Paulus akan bersaksi di Roma, dan itu secara
implicit, tetapi sangat kuat / pasti, menjamin keselamatannya (secara jasmani),
karena kalau ia mati maka ia tidak bisa bersaksi di Roma.
Tetapi lalu diketahui
adanya kelompok yang mau membunuh dia, sehingga orang-orang tertentu
mengusahakan baginya jalan untuk lolos, DAN PAULUS
TIDAK MENOLAKNYA, DENGAN ALASAN TUHAN SUDAH BERJANJI BAHWA IA PASTI SELAMAT
KARENA HARUS BERSAKSI DI ROMA!!! Paulus
bahkan juga berperan secara aktif dalam usaha penyelamatan terhadap dirinya,
seperti dikatakan dalam ay 17.
Ay 16-17: “(16) Akan tetapi
kemenakan Paulus, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang penghadangan
itu. Ia datang ke markas dan setelah diizinkan masuk, ia memberitahukannya
kepada Paulus. (17) Lalu Paulus memanggil salah
seorang perwira dan berkata kepadanya: ‘Bawalah anak ini kepada kepala pasukan,
karena ada sesuatu yang perlu diberitahukannya kepadanya.’”.
Sekarang mari kita perhatikan komentar-komentar dari
para penafsir tentang text ini (yang sebetulnya kurang lebih sama dengan text
dalam Kis 27 di atas).
Adam Clarke (tentang Kis
23:17): “‘Bring this young man unto the chief captain.’ Though
Paul had the most positive assurance from divine authority that he should be
preserved, yet he knew that the divine providence acts by reasonable and
prudent means; and that, if he neglected to use the means in his power, he
could not expect God’s providence to work in his behalf. He who will not help
himself, according to the means and power he possesses, has neither reason nor
revelation to assure him that he shall receive any assistance from God.” [=
‘Bawalah anak muda ini kepada kepala pasukan’. Sekalipun Paulus mempunyai
keyakinan yang paling positif dari otoritas ilahi bahwa ia akan / harus
diselamatkan, tetapi ia tahu bahwa Providensia Ilahi bertindak oleh cara-cara
yang masuk akal dan bijaksana; dan bahwa jika ia
lalai untuk menggunakan cara-cara yang ada dalam kuasanya, ia tidak bisa
mengharapkan Providensia Allah untuk bekerja demi kepentingannya. Ia yang tidak mau menolong dirinya sendiri, sesuai dengan
cara-cara dan kuasa yang ia miliki, tidak mempunyai alasan atau wahyu untuk
meyakinkan dia bahwa ia akan menerima pertolongan apapun dari Allah.].
Di satu sisi, kata-kata Clarke ada benarnya. Allah
mewujudkan rencana / ketetapanNya melalui cara / jalan yang Ia berikan kepada
kita. Tetapi seperti Calvin katakan di atas, Allah tak tergantung kepada
ketaatan kita dalam menggunakan cara / jalan itu!!! Ada orang-orang yang segan
/ tak mau menggunakan cara / jalan yang benar yang ada dalam kuasa mereka,
tetapi Allah tetap bekerja sehingga rencanaNya terjadi.
Misalnya Yunus tidak mau bekerja sama dengan Allah
untuk penyelamatan Niniwe, tetapi
Allah memaksa dia! Saya ingin bertanya kepada orang-orang Arminian, dimana free will dari Yunus??? Siapa bilang Allah tak
pernah memaksa orang?
Juga dalam penyelamatan Lot dan keluarganya, ketika
mereka segan / berlambat-lambat untuk meninggalkan kota mereka, yang akan
segera dihancurkan oleh Tuhan, mereka
dipaksa oleh 2 orang malaikat itu!
Kej 19:15-16 - “(15) Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot,
supaya bersegera, katanya: ‘Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua
anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota
ini.’ (16) Ketika ia
berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya
dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN
hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu
menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana.”.
Adam Clarke (tentang Kej 19:16): “‘While he
lingered.’ Probably in affectionate though useless entreaties to prevail on the
remaining parts of his family to escape from the destruction that was now descending;
laid hold upon his hand - pulled them away by mere
force, the Lord being merciful;
else they had been left to perish in their lingering, as the others were in
their gainsaying.” [= ‘Sementara ia
berlambat-lambat’. Mungkin dalam permohonan yang penuh kasih tetapi tak berguna
untuk membujuk bagian yang tersisa dari keluarganya untuk meloloskan diri dari
kehancuran yang sekarang sedang turun; memegang
tangannya - menarik mereka semata-mata dengan kekuatan / kekerasan, karena Tuhan penuh dengan belas kasihan;
kalau tidak mereka telah dibiarkan untuk binasa dalam sikap berlambat-lambat
mereka, seperti orang-orang lain dalam penolakan mereka.].
Apakah komentar Adam Clarke di sini tidak bertentangan
dengan kata-katanya di atas????
Dan perlu ditambahkan pertanyaan kepada Adam Clarke: mengapa kedua malaikat itu tidak juga menarik
tangan dari kedua calon menantu Lot??? Jelas karena Tuhan memang tidak
ingin menyelamatkan mereka!
Juga nanti mengapa Tuhan
membiarkan istri Lot menoleh ke belakang sehingga harus dibinasakan? Lagi-lagi jelas karena Tuhan tidak ingin menolong
dia.
Tetapi bagi Lot dan kedua
anaknya, Tuhan ingin menolong. Dan tanpa mempedulikan keseganan dan sikap
berlambat-lambat mereka, Tuhan MEMAKSA mereka!
Sekarang kita kembali pada tafsiran-tafsiran berkenaan
dengan Kis 23 yang sedang kita bahas.
Kis 23:16 - “Akan tetapi
kemenakan Paulus, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang penghadangan
itu. Ia datang ke markas dan setelah diizinkan masuk, ia memberitahukannya
kepada Paulus.”.
Lenski (tentang Kis 23:16): “Providence thwarted the plot of the
conspirators in the most simple way. Providence
has a way of doing such things. So Paul has a sister, and she has a
son who is already a νεανίας, a young man
between twenty and forty. That is all that we actually know. ... So also we
have no intimation as to how the young man heard about the plot. ... he
certainly was concerned about his uncle’s imprisonment and what the Jews were
doing about it. The moment he discovers the dastardly plot he goes to warn
Paul. ... As a nephew of the prisoner, a harmless young man at that, he had no
difficulty in being admitted to see Paul.” [= Providensia mencegah rencana
rahasia dari orang-orang yang berkomplot dengan cara yang paling sederhana. Providensia mempunyai
suatu cara untuk melakukan hal-hal seperti itu. Paulus mempunyai
seorang saudara perempuan, dan ia mempunyai seorang anak laki-laki yang sudah
seorang NEANIAS, seorang laki-laki muda antara 20 dan 40 tahun. Itu adalah
semua yang kita ketahui dengan sungguh-sungguh / benar. ... Kita juga tidak mempunyai petunjuk berkenaan
dengan bagaimana orang muda itu mendengar tentang rencana rahasia itu. ... ia
pasti peduli tentang pemenjaraan pamannya dan apa yang orang-orang Yahudi
sedang lakukan tentangnya. Pada saat ia menemukan rencana rahasia yang jahat
dan pengecut itu ia pergi untuk memperingatkan Paulus. ... Sebagai seorang
keponakan dari orang tahanan, disamping ia adalah seorang muda yang tak
berbahaya, ia tak mempunyai kesukaran untuk diterima untuk mengunjungi /
menemui Paulus.].
Catatan: di
sini ada satu faktor yang membedakan Kis 23 dengan Kis 27 di atas. Kedua text
itu memang mirip, dan persamaannya adalah bahwa dalam kedua cerita Paulus
dijamin keselamatannya, tetapi ia tetap melakukan usaha yang ada dalam kuasanya
untuk menyelamatkan dirinya. Tetapi perbedaannya
adalah bahwa dalam Kis 23, Paulus bahkan tidak tahu kalau ada bahaya yang
mengancam jiwanya, dan dengan demikian ‘mengancam’ rencana Allah tentang
keharusannya untuk bersaksi di Roma. Jadi, saat itu ia pasif saja. Tetapi Tuhan punya cara lain, dan Ia mengatur sehingga
keponakan Paulus mendengar tentang rencana pembunuhan oleh ‘para terorist’ itu,
dan lalu menyampaikannya kepada Paulus. Setelah
itu baru Paulus melakukan apa yang ia bisa lakukan untuk menyelamatkan jiwanya.
Jadi,
inisiatif pertama pada saat bahaya, jelas datang dari Tuhan sendiri, yang
mengatur segala sesuatu untuk keselamatan Paulus!
Lenski tidak memberi
komentar yang berarti berkenaan dengan ay 17nya, dan karena itu saya tidak
memberikan komentarnya tentang ayat itu.
Calvin (tentang Kis 23:16): “We see
in this place how the Lord doth cross the purposes of the ungodly. He
permitteth them to attempt many things, and he suffereth their wicked
endeavors, but at length he showeth even in the twinkling of an eye that he
doth from heaven deride whatsoever men go about upon earth. ‘There is no
wisdom,’ saith Solomon, ‘there is no counsel against the Lord,’ (Proverbs
21:30). Whereto that of Isaiah doth answer, ‘Take counsel together, and it
shall come to nought: speak the word, and it shall not stand,’ (Isaiah 8:10). This
is set before our eyes to be considered, in this present history, as in a glass.
The matter was almost dispatched, that Paul should come out on the morrow to be
slain as an avowed sacrifice. But the Lord doth show that his life is most
safely kept, so that whatsoever men go about all is in vain. As for us, let us
not fear but that his providence, whereof he showed some token then, reacheth
even unto the defending of us, because this promise continueth sure, ‘There
shall not an hair fall from your heads,’ etc. (Luke 21:18). Moreover, it is
worth the noting, that he worketh sometimes by means unlooked for to save those
that be his, that he may the better exercise our faith. Who would have thought
that a boy would have disclosed their lying in wait, which those who were
partners in the conspiracy thought was known to none but to themselves?
Therefore, let us learn to lean unto and stay ourselves upon the Lord, though
we see no ordinary way to save ourselves, who shall find a way even through
places where nothing can pass.” [= Kita melihat di tempat ini bagaimana Tuhan
mencegah tujuan-tujuan / rencana-rencana dari orang-orang jahat. Ia mengijinkan
mereka untuk mengusahakan banyak hal, dan Ia membiarkan usaha-usaha jahat
mereka, tetapi akhirnya Ia menunjukkan bahkan dalam sekejap mata bahwa dari
surga Ia menertawakan / mengejek apapun yang manusia usahakan di bumi. ‘Tidak
ada hikmat’, kata Salomo, ‘tidak ada rencana terhadap / menentang Tuhan’,
(Amsal 21:30). Terhadap mana Yesaya menjawab, ‘Berundinglah
bersama-sama, dan itu akan menjadi nihil; ucapkanlah kata, dan itu tidak akan
bertahan’, (Yes 8:10). Ini diletakkan di depan mata
kita untuk dipertimbangkan, dalam cerita sejarah ini, seperti dalam sebuah
gelas / kaca. Persoalannya hampir lengkap / selesai, bahwa besok Paulus akan
keluar untuk dibunuh seperti suatu korban yang dinazarkan. Tetapi Tuhan
menunjukkan bahwa nyawanya dijaga secara paling aman, sehingga apapun yang
manusia usahakan semuanya adalah sia-sia. Berkenaan dengan kita, hendaklah kita
jangan takut kecuali bahwa ProvidensiaNya, tentang mana Ia menunjukkan beberapa
bukti pada saat itu, menjangkau bahkan pada tindakan mempertahankan kita,
karena janji ini pasti berlanjut, ‘Tetapi tidak sehelaipun dari rambut
kepalamu akan hilang.’, dst. (Luk 21:18). Selanjutnya,
layak diperhatikan, bahwa kadang-kadang Ia bekerja dengan cara / jalan yang
tidak diperhatikan / diharapkan untuk menyelamatkan mereka yang adalah
milikNya, supaya Ia bisa dengan lebih baik melatih iman kita. Siapa yang akan
mengira bahwa seorang anak laki-laki akan menyingkapkan bahwa mereka akan
menunggu, yang oleh rekan-rekan dalam komplotan itu dikira tak diketahui oleh
siapapun kecuali oleh mereka sendiri? Karena itu, hendaklah kita belajar untuk bersandar kepada dan membiarkan
diri kita tinggal bersama Tuhan, sekalipun kita tidak melihat jalan yang biasa
/ umum untuk menyelamatkan diri kita sendiri, yang akan menemukan suatu jalan
bahkan melalui tempat-tempat dimana tak ada apapun bisa lewat.].
Amsal 21:30 - “Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada
pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN.”.
KJV: ‘There is no wisdom nor understanding nor counsel against the
LORD.’ [= Di sana tidak ada hikmat
atau pengertian atau rencana terhadap / menentang TUHAN.].
Yes 8:10 - “Buatlah
rancangan, tetapi akan gagal juga; ambillah keputusan, tetapi tidak terlaksana
juga, sebab Allah menyertai kami!”.
KJV: ‘Take counsel together, and it shall come to nought; speak the word, and it
shall not stand: for God is with
us.’ [= Diskusikanlah / berundinglah
bersama-sama, dan itu akan menjadi nihil; ucapkanlah kata, dan itu tidak akan
bertahan: karena Allah ada bersama kami.].
Luk 21:18 - “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut
kepalamu akan hilang.”.
Calvin (tentang Kis 23:17): “Paul was not so desirous of life, but he would have
made haste to die, if the Lord had thought it good so to be; but because he knoweth that he serveth Christ upon that
condition, that he may no less live than die to him, he doth not neglect to
avoid the danger which was revealed to him. And though he be fully persuaded
that God is the keeper of his life, yet he doth not wait until God put forth
his hand out of heaven to work a miracle, but doth rather use the remedy which
is offered him; nothing doubting but that it is appointed by God. Thus
must all the ministers of Christ deal, that being furnished with invincible
constancy, so far as their calling requireth, they fear not danger, and yet
that they cast not away themselves through rashness. Let them call upon the
name of the Lord cheerfully, even amidst the pikes; and yet let them not
contemn those helps which are offered; otherwise they shall be injurious to
God, in that they are not only not moved with his promises, but also despise
the means which he hath appointed for their deliverance.” [=
Paulus bukannya begitu menginginkan hidup,
tetapi ia akan tergesa-gesa untuk mati, seandainya Tuhan menganggap itu baik; tetapi karena ia tahu bahwa ia melayani Kristus pada kondisi
itu, bahwa ia tidak boleh lebih sedikit hidup bagi Dia dari pada mati bagi Dia,
ia tidak lalai untuk menghindari bahaya yang dinyatakan kepadanya. Dan sekalipun ia diyakinkan sepenuhnya bahwa Allah adalah
penjaga nyawanya, tetapi ia tidak menunggu
sampai Allah mengulurkan tanganNya dari surga untuk mengerjakan suatu mujijat,
tetapi menggunakan ‘obat’ yang ditawarkan kepadanya; tanpa keraguan bahwa itu ditetapkan oleh Allah. Demikianlah
seharusnya semua pendeta-pendeta / pelayan-pelayan Kristus bersikap, bahwa
karena diperlengkapi dengan kekonstanan / kesetiaan yang tak terkalahkan,
sejauh panggilan mereka menuntut, mereka tak takut bahaya, tetapi mereka tak boleh membuang diri mereka sendiri melalui
kesemberonoan. Hendaklah
mereka berseru kepada nama Tuhan dengan gembira, bahkan di tengah-tengah
tombak-tombak / bahaya; tetapi hendaklah mereka
tidak meremehkan pertolongan-pertolongan yang ditawarkan itu; atau mereka akan
menghina Allah, dalam hal dimana mereka bukan hanya tidak digerakkan
dengan janji-janjiNya, tetapi juga meremehkan cara
/ jalan yang telah Ia tetapkan untuk pembebasan mereka.].
Albert Barnes (tentang Kis
23:17): “Paul had the most positive divine assurance that his
life would be spared, and that he would yet see Rome; but he always understood
the divine promises and purposes as being consistent with his own efforts, and
with all proper measures of prudence and diligence in securing his own safety.
He did not rest merely on the divine promises without any effort of his own,
but he took encouragement from those promises to put forth his own exertions for
security and for salvation.” [= Paulus mempunyai / mendapatkan jaminan ilahi yang paling
positif bahwa nyawanya akan dijaga / dipelihara, dan bahwa ia masih akan
melihat Roma; tetapi ia selalu mengerti
janji-janji dan rencana-rencana ilahi sebagai konsisten dengan usaha-usahanya
sendiri, dan dengan semua takaran dari hikmat / kehati-hatian dan
kerajinan / kesungguhan dalam memastikan keselamatannya sendiri. Ia tidak hanya semata-mata bersandar pada janji-janji ilahi
tanpa usaha dari dirinya sendiri, tetapi ia mengambil dorongan dari janji-janji
itu untuk mengerahkan usaha-usahanya sendiri untuk keamanan dan untuk
keselamatan.].
Jamieson, Fausset &
Brown (tentang Kis 23:17): “Observe here, how although divinely
assured of safety, Paul never allows this to interfere with the duty he owed to
his own life and the work he had yet to do.” [= Perhatikan di
sini, bagaimana sekalipun dijamin secara ilahi
tentang keamanan, Paulus tidak pernah
mengijinkan hal ini untuk menghalangi kewajiban yang wajib ia lakukan bagi
nyawanya sendiri dan pekerjaan yang masih harus ia lakukan.].
J. Vernon McGee:
“I
find today that there is a group of super-pious folk, very sincere and very
wel-meaning, which tells me I should not go to a doctor concerning my cancer or
other illnesses but that I should trust the Lord to heal me. Well, I certainly
do trust the Lord; I have turned my case over to the Great Physician, and I
believe He provides doctors. It would have been a simple thing for Paul to have
told his nephew, ‘Thanks for telling me the news, but I’m trusting the Lord - so
you can go back home.’ But we find here that Paul used the privileges of his
Roman citizenship which were available to him. Obviously the Lord provides
these means and He expects us to use them. This in no way means that we are not
trusting Him. Rather, we are trusting God to use the methods and the means to
accomplish His purpose.” [= Saya menemukan
sekarang ini bahwa disana ada suatu kelompok dari orang-orang super saleh,
sangat tulus dan sangat bermaksud baik, yang memberitahu saya bahwa saya tak
boleh pergi ke dokter berkenaan dengan kanker saya atau penyakit-penyakit lain
tetapi saya harus percaya Tuhan menyembuhkan saya. Ya, saya pasti percaya
kepada Tuhan; saya telah menyerahkan kasus saya kepada Dokter yang Agung, dan
saya percaya Ia menyediakan dokter-dokter. Merupakan sesuatu yang sederhana
bagi Paulus untuk memberitahu keponakannya, ‘Terima kasih karena memberitahu
saya kabar itu, tetapi saya percaya kepada Tuhan - jadi kamu bisa pulang ke
rumah’. Tetapi kita mendapati di sini bahwa Paulus menggunakan cara / jalan dan
Ia mengharapkan kita untuk menggunakan cara / jalan. Ini sama sekali tak
berarti bahwa kita tidak mempercayai Dia. Sebaliknya, kita sedang mempercayai
Allah menggunakan metode-metode dan cara / jalan untuk mencapai rencanaNya.] - Libronix.
Ironside: “when he told Paul what he had learned, the apostle immediately called one
of the officials, the centurion, and said, ‘Will you take this man in to see
the chief captain? He has something to tell him.’ Notice the level-headed way
in which Paul acted. He did not say, ‘I am not afraid of this. God is able to
protect me. He is still able to work miracles.’ But God does not use miracles
when it is not necessary. He would have us use good common sense and not count
on His interfering or intervening in some miraculous way. I remember years ago
when I was a Salvation Army officer, we used to say that there were three
things that should characterize every saint of God: ‘Now abideth these three:
grit, grace, and gumption; but the greatest of these is gumption.’ Gumption is
just good, common, ordinary sense, and I know many Christians who do not use
good sense. Some way or other they have an idea they are God’s favored people
and it is not necessary to use good judgment and wisdom in regard to the
affairs of life; the Lord will undertake for them. Bless you, if you are hungry
and a good dinner is put before you, God is not going to put the food into your
mouth in some miraculous way. And so God isn’t turning upside down the universe
in order to please people who happen to be in difficult circumstances. He
expects us to use common sense. So Paul used his head, and he sent the young
man in to the chief captain, and when the lad came in to him and gave him his
message, ‘The chief captain then let the young man depart, and charged him, See
thou tell no man that thou hast showed these things to me.’ He must have
thought he had a very important prisoner, for see what he did! He let the young
man depart, and then called two centurions and said, ‘Make ready two hundred
soldiers to go to Cæsarea, and horsemen threescore and ten, and spearmen two
hundred.’ ... Just think of it! Four hundred and seventy Roman soldiers, all to
protect this Christian servant of God and keep him from his foes who were
seeking his life! God saw that he was protected. Did He need the Roman
soldiers! No, He could have sent several legions of angels; but God doesn’t
work in miracles unless it is necessary, and so He used soldiers instead.” [= pada waktu ia memberitahu Paulus apa yang telah ia pelajari / ketahui, sang
rasul segera memanggil salah satu perwira, kepala dari pasukan 100, dan
berkata, ‘Maukah engkau membawa orang ini masuk untuk bertemu dengan kepala
pasukan? Ia mempunyai sesuatu untuk diberitahukan kepadanya’. Perhatikan cara
menilai yang baik dengan mana Paulus bertindak. Ia tidak berkata, ‘Aku tidak
takut hal ini. Allah mampu melindungi aku. Ia tetap mampu mengerjakan
mujijat-mujijat’. Tetapi Allah tidak menggunakan mujijat-mujijat pada waktu itu
tidak diperlukan. Ia ingin kita menggunakan akal sehat yang baik dan tidak
bersandar / bergantung pada campur tanganNya dengan cara yang bersifat mujijat.
Saya ingat beberapa tahun yang lalu pada waktu saya adalah seorang perwira Bala
Keselamatan, kami biasa berkata bahwa disana ada tiga hal yang harus menjadi
ciri dari setiap orang kudus Allah: ‘Sekarang tertinggal tiga hal ini:
ketekunan, kasih karunia, dan akal sehat; tetapi yang paling besar dari hal-hal
ini adalah akal sehat’. Akal sehat adalah akal yang baik, umum, biasa, dan saya
tahu banyak orang Kristen yang tidak menggunakan akal yang baik. Entah
bagaimana mereka mempunyai suatu gagasan bahwa mereka adalah orang-orang kepada
siapa Allah bersikap baik dan tidaklah perlu untuk menggunakan penilaian yang
baik dan hikmat berhubungan dengan urusan-urusan dari kehidupan; Tuhan akan
mengusahakannya untuk mereka. Diberkatilah kamu, jika kamu lapar dan suatu
makan malam yang baik diletakkan di depanmu, tetapi Allah tidak akan memasukkan
makanan itu ke dalam mulutmu dengan cara mujijat. Dan juga Allah tidak akan
membalik alam semesta untuk menyenangkan orang-orang yang kebetulan berada
dalam keadaan-keadaan yang sukar. Ia mengharapkan kita menggunakan akal sehat. Maka
Paulus menggunakan kepala / pikirannya, dan ia mengutus orang muda itu ke dalam
kepada kepala pasukan, dan pada waktu pemuda itu masuk kepadanya dan memberikan
berita itu kepadanya, ‘Lalu kepala
pasukan menyuruh anak muda itu pulang dan memerintahkan kepadanya: Jangan
katakan kepada siapapun juga, bahwa engkau telah memberitahukan hal ini
kepadaku.’ Ia pasti telah berpikir bahwa ia mempunyai seorang tahanan yang
sangat penting, karena lihatlah apa yang ia lakukan! Ia membiarkan anak muda
itu pergi, dan ia lalu memanggil dua perwira dan berkata, ‘Siapkan dua ratus
prajurit untuk pergi ke Kaisarea, dan tujuh puluh orang berkuda, dan dua ratus
orang bersenjata lembing’. ... Pikirkan itu! Empat ratus tujuh puluh tentara
Romawi, semua untuk melindungi pelayan Kristen dari Allah ini dan menjaganya
dari musuh-musuhnya yang berusaha membunuhnya! Allah memastikan bahwa ia
dilindungi. Apakah Ia membutuhkan tentara-tentara Romawi? Tidak, Ia bisa telah
mengutus beberapa legion malaikat; tetapi Allah tidak mengerjakan
mujijat-mujijat kecuali itu diperlukan, dan karena itu Ia menggunakan
tentara-tentara sebagai gantinya.] -
Libronix.
KESIMPULAN:
Dari pembahasan dua text di atas, yaitu Kis 27 dan Kis
23, harus disimpulan bahwa jaminan keselamatan (jasmani) tidaklah bertentangan
dengan tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan firman Tuhan
dan akal sehat kita.
Karena itu, kalau dalam ajaran Reformed ada jaminan
bahwa keselamatan (rohani) tidak bisa hilang, itu juga tidak bertentangan
dengan tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan firman Tuhan
dan akal sehat kita!!
Ajaran Reformed yang mempercayai keselamatan tidak
bisa hilang tidak pernah membuang tanggung jawab manusia, dan tidak pernah
mengajarkan bahwa kita boleh hidup semau kita!!
-bersambung-