PERSEVERANCE OF THE SAINTS (24) (KETEKUNAN ORANG-ORANG KUDUS)
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Ada beberapa hal yang ingin saya bahas dalam persoalan
kejatuhan Salomo ke dalam penyembahan berhala ini:
a. Sampai sejauh mana kemurtadan / penyembahan
berhala yang dilakukan oleh Salomo?
Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian, mengatakan
bahwa Salomo betul-betul murtad sejauh mungkin.
Adam Clarke:
“He
seems to have gone as far in iniquity as it was possible.” [= Kelihatannya
ia telah pergi / berjalan di dalam dosa / kejahatan sejauh hal itu memungkinkan.] - hal 427.
Clarke juga mengatakan bahwa ada hal-hal yang
memperberat dosa Salomo:
(1)Salomo adalah orang yang diberi
kebijaksanaan oleh Tuhan, dan mempunyai banyak pengetahuan.
Bdk. Luk 12:47-48 - “(47)
Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan
persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima
banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan
melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit
pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak
dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih
banyak lagi dituntut.’”.
Adam Clarke: “Solomon deserved more
punishment for his worship of Ashtaroth than any of the Sidonians did, though
they performed precisely the same acts. The Sidonians had never known the true God; Solomon had been fully
acquainted with him.” [= Salomo layak mendapat
hukuman lebih banyak untuk penyembahannya terhadap Asytoret dari pada
orang-orang Sidon, sekalipun mereka melakukan hal yang persis sama. Orang-orang
Sidon tidak pernah mengenal Allah yang benar; Salomo telah mengenalNya
sepenuhnya.] - hal 427.
(2)Allah telah 2 x menampakkan diri
kepadanya (ay 9).
Ay 9: “Sebab itu TUHAN
menunjukkan murkaNya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada
TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya,”.
(3)Allah telah memperingatkan dia untuk
tidak melakukan dosa ini (ay 10 bdk.
9:3-9 3:14).
Ay 10: “dan yang telah
memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain,
akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN.”.
1Raja 3:14 - “Dan jika
engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala
ketetapan dan perintahKu, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan
memperpanjang umurmu.’”.
1Raja 9:3-9 - “(3) Firman TUHAN
kepadanya: ‘Telah Kudengar doa dan permohonanmu yang kausampaikan ke hadapanKu;
Aku telah menguduskan rumah yang kaudirikan ini untuk membuat namaKu tinggal di
situ sampai selama-lamanya, maka mataKu dan hatiKu akan ada di situ sepanjang
masa. (4) Mengenai engkau, jika engkau hidup di hadapanKu sama seperti Daud,
ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan segala
yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau tetap mengikuti segala ketetapan
dan peraturanKu, (5) maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel
untuk selama-lamanya seperti yang telah Kujanjikan kepada Daud, ayahmu, dengan
berkata: Keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel. (6) Tetapi jika kamu ini dan anak-anakmu berbalik
dari padaKu dan tidak berpegang pada segala perintah dan ketetapanKu yang telah
Kuberikan kepadamu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah
kepadanya, (7) maka Aku akan melenyapkan orang Israel dari atas tanah yang
telah Kuberikan kepada mereka, dan rumah yang telah Kukuduskan bagi namaKu itu,
akan Kubuang dari hadapanKu, maka Israel akan menjadi kiasan dan sindiran di
antara segala bangsa. (8) Dan rumah ini akan menjadi reruntuhan, sehingga
setiap orang yang lewat akan tertegun, bersuit, dan berkata: Apakah sebabnya
TUHAN berbuat yang demikian kepada negeri ini dan kepada rumah ini? (9) Maka
orang akan berkata: Sebab mereka meninggalkan TUHAN, Allah mereka, yang membawa
nenek moyang mereka keluar dari tanah Mesir dan sebab mereka berpegang pada
allah lain dan sujud menyembah kepadanya dan beribadah kepadanya. Itulah
sebabnya TUHAN mendatangkan segala malapetaka ini ke atas mereka.’”.
Tetapi kebanyakan penafsir tidak sependapat dengan
Adam Clarke.
Albert Barnes (hal 178) mengatakan bahwa Salomo tidak
pernah betul-betul murtad.
Barnes’ Notes (tentang ay
4): “The true nature of Solomon’s idolatry was
neither complete apostasy - an apostasy from which there could be no recovery;
nor a mere toleration, rather praise-worthy than blameable. Solomon did not
ever openly or wholly apostatize. He continued his attendance on the
worship of Yahweh, and punctually made his offerings three times a year in the
temple (1 Kings 9:25); but his heart was not ‘perfect’ with God. The religious
earnestness of his younger days was weakened by wealth, luxury, sensualism, an
increasing worldliness leading him to worldly policy and latitudinarianism
arising from contact with all the manifold forms of human opinion. His lapse
into deadly sin was no doubt gradual. Partly from ostentation, partly from that
sensualism which is the most common failing of Oriental monarchs, he
established a harem on a grand and extraordinary scale. To gratify ‘strange
women,’ i.e., foreigners, admitted either from worldly policy, or for
variety’s sake, he built magnificent temples to their false gods, right over
against Jerusalem, as manifest rivals to ‘the temple.’ He thus became the
author of a syncretism, which sought to blend together the worship of Yahweh
and the worship of idols - a syncretism which possessed fatal attractions for
the Jewish nation. Finally, he appears himself to have frequented the idol
temples (1 Kings 11:5,10), and to have taken part in those fearful impurities
which constituted the worst horror of the idolatrous systems, thus practically
apostatising, though theoretically he never ceased to hold that Yahweh was the
true God.” [= Sifat yang benar dari
penyembahan berhala Salomo bukanlah kemurtadan sepenuhnya - suatu kemurtadan
dari mana di sana tidak bisa ada pemulihan; juga bukan semata-mata toleransi,
agak lebih layak dipuji dari pada bisa disalahkan (?). Salomo tidak pernah
murtad secara terbuka atau sepenuhnya. Ia melanjutkan kehadirannya pada
penyembahan Yahweh, dan secara tepat waktu membuat persembahannya 3 x setahun
di Bait Suci (1Raja 9:25); tetapi hatinya tidak ‘sempurna’ dengan Allah.
Kesungguhan agamawi dari masa mudanya dilemahkan oleh kekayaan, kemewahan, dan
nafsu, suatu peningkatan keduniawian membimbingnya kepada politik duniawi dan
kebebasan pemikiran agamawi yang muncul dari kontak dengan semua bentuk yang
bermacam-macam dari pandangan manusia. Penyelewengannya ke dalam dosa yang
mematikan tak diragukan terjadi secara perlahan-lahan. Sebagian dari sikap
pameran, sebagian dari nafsu itu yang merupakan kelemahan yang paling umum dari
raja-raja Timur, ia mendirikan suatu harem dengan suatu skala yang besar dan
luar biasa. Untuk membahagiakan ‘perempuan-perempuan asing’, yaitu
orang-orang asing, diijinkan atau dari politik duniawi, atau demi variasi, ia membangun kuil-kuil yang megah bagi allah-allah
palsu mereka, tepat berhadapan dengan Yerusalem, sebagai saingan-saingan yang
nyata bagi ‘Bait Suci’. Jadi ia menjadi pencipta dari suatu sinkretisme, yang
berusaha mencampur penyembahan terhadap Yahweh dan penyembahan
berhala-berhala - suatu sinkretisme yang mempunyai daya tarik yang fatal bagi
bangsa Yahudi. Akhirnya ia sendiri kelihatan sering mengunjungi kuil-kuil
berhala (1Raja 11:5,10), dan untuk ikut ambil bagian dalam hal-hal najis yang
menakutkan itu, yang membentuk kengerian dari sistim penyembahan berhala, dengan
demikian murtad secara praktis, sekalipun secara teoretis ia tidak pernah
berhenti mempercayai bahwa Yahweh adalah Allah yang benar.].
Matthew Poole (hal 679) mengatakan bahwa kemurtadan
Salomo bukan berarti bahwa ia berubah pikiran tentang Allah, tetapi bahwa ia
menjadi dingin / suam. Juga ia mengijinkan dan bahkan membangun kuil-kuil
berhala, dan mungkin kadang-kadang ikut secara lahiriah dalam upacara-upacara berhala.
Matthew Poole (tentang ay
4): “‘Turned away his heart after other gods,’ not that they changed his
mind or opinion about the true God and idols, which is not credible; but
that they cooled his zeal against them, obtained from him a public
indulgence for their worship, and money for the making of idols, and the
support of the charges of their priests and sacrifices, and possibly persuaded
him sometimes in complaisance to join with them in the outward act of idol
worship, or, at least, in their feasts upon their sacrifices, which was a
participation of their idolatry.” [= ‘Mencondongkan hatinya kepada allah-allah
lain’, bukan bahwa mereka mengubah pikiran atau pandangannya tentang Allah
yang benar dan berhala-berhala, yang adalah tidak dapat dipercaya; tetapi
bahwa mereka mendinginkan semangatnya menentang mereka, mendapatkan
darinya suatu hak umum untuk penyembahan mereka, dan uang untuk pembuatan
berhala-berhala, dan sokongan untuk ongkos-ongkos dari imam-imam dan
korban-korban mereka, dan mungkin membujuk dia kadang-kadang dalam kemauan
untuk menyenangkan untuk bergabung dengan mereka dalam tindakan luar /
lahiriah dari penyembahan berhala, atau sedikitnya, dalam pesta-pesta
korban mereka, yang merupakan suatu partisipasi dalam penyembahan berhala
mereka.].
Pulpit Commentary: “The
text does not limit Solomon’s polygamy to the time of old age, but his
idolatrous leanings. I say ‘leanings’ for it is doubtful to what extent
Solomon himself took part in actual idolatry.” [= Text ini tidak
membatasi polygamynya Salomo pada masa tuanya, tetapi membatasi kecondongan
penyembahan berhalanya. Saya mengatakan ‘kecondongan’ karena diragukan sampai
sejauh mana Salomo sendiri ikut serta dalam penyembahan berhala yang
sungguh-sungguh.] - hal 221.
Alasannya:
(1)Tidak pernah dikatakan bahwa Salomo ‘served’
[= beribadah; Ibrani: AVAD] allah lain, suatu ungkapan / istilah yang selalu
digunakan untuk penyembahan berhala. Misalnya:
1Raja 16:31 - “Seakan-akan belum cukup ia hidup
dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal,
raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud
menyembah kepadanya.”.
1Raja 22:54 - “Ia beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya dan
dengan demikian ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, tepat seperti
yang dilakukan ayahnya.”.
2Raja 17:12 - “mereka
beribadah kepada
berhala-berhala, walaupun TUHAN telah berfirman kepada mereka: ‘Janganlah kamu
berbuat seperti itu!’”.
(2)Kalau ia memang menyembah berhala,
maka dosanya lebih besar dari pada dosa Yerobeam (1Raja 12:29).
1Raja 12:29 - “Lalu ia menaruh lembu yang satu di
Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan.”.
Lalu mengapa selanjutnya bukan dosa Salomo, tetapi
dosa Yerobeam, yang selalu dijadikan patokan dari kejahatan, seperti dalam
ayat-ayat di bawah ini?
1Raja 15:34 - “Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN
serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosanya yang
mengakibatkan orang Israel berdosa pula.”.
1Raja 16:2,19,26,31 - “(2) ‘Oleh karena
engkau telah Kutinggikan dari debu dan Kuangkat menjadi raja atas umatKu
Israel, tetapi engkau telah hidup seperti Yerobeam dan telah menyuruh
umatKu Israel berdosa, sehingga mereka menimbulkan sakit hatiKu dengan dosa
mereka, ... (19) oleh karena dosa-dosa yang telah dilakukannya dengan melakukan
apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan
menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula. ...
(26) Ia hidup menurut segala tingkah laku Yerobeam bin Nebat dan menurut
dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, sehingga mereka
menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, dengan dewa-dewa kesia-siaan
mereka. ... (31) Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam
bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi
isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah
kepadanya.”.
1Raja 22:53 - “Ia melakukan apa yang jahat di
mata TUHAN dan hidup menurut kelakuan ayahnya dan ibunya dan Yerobeam
bin Nebat, yang telah mengakibatkan orang Israel berdosa.”.
(3)Kata-kata ‘tidak dengan
sepenuh hati berpaut kepada TUHAN / mengikuti TUHAN’ (1Raja 11:4,6) menunjukkan bahwa Salomo tidak
sepenuhnya meninggalkan Tuhan.
1Raja 11:4,6 - “(4) Sebab pada waktu Salomo sudah
tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain,
sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya,
seperti Daud, ayahnya. ... (6) dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud,
ayahnya.”.
Matthew Henry: “Solomon did not quickly nor wholly turn away from God;
therefore God did not quickly nor wholly take the kingdom from him.” [= Salomo tidak dengan cepat dan sepenuhnya berbalik dari Allah; karena
itu Allah tidak dengan cepat ataupun sepenuhnya mengambil kerajaan dari dia.].
(4)Kalau ia betul-betul murtad,
bagaimana mungkin dikemudian hari kehidupannya, bersama-sama dengan kehidupan
Daud, masih tetap dijadikan teladan?
2Taw 11:17 - “Demikianlah mereka memperkokoh
kerajaan Yehuda dan memperkuat pemerintahan Rehabeam bin Salomo selama tiga
tahun, karena selama tiga tahun mereka hidup
mengikuti jejak Daud dan Salomo.”.
Adam Clarke tak memberi komentar apapun tentang Salomo
menjadi teladan di sini!
Salomo memang ikut membangun kuil, dan itu jelas
salah, tetapi ia tidak pernah betul-betul ikut menyembah berhala. Perhatikan
1Raja 11:7-8, yang menunjukkan bahwa Salomo hanya membangun kuilnya,
tetapi para istri asing itulah yang mempersembahkan korban kepada berhala /
dewa mereka.
1Raja 11:7-8 - “(7) Pada waktu itu Salomo mendirikan
bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di
sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. (8)
Demikian juga dilakukannya bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang
mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka.”.
Pulpit Commentary: “It
was not actual idolatry. True, Solomon built altars, but he built them for his
wives (vers. 7,8).” [= Itu bukan betul-betul penyembahan berhala. Memang
benar bahwa Salomo membangun altar-altar / mezbah-mezbah, tetapi ia membangun
altar-altar / mezbah-mezbah itu untuk istri-istrinya (ay 7,8).] - hal 223.
Pulpit Commentary: “the
distinction, so far as the sin is concerned, between this and actual idolatry
is a fine one. It is not implied, however, that Solomon ever discarded the
worship of Jehovah.” [= Mengenai dosa yang dipersoalkan, perbedaan antara
dosanya ini dan penyembahan berhala yang sungguh-sungguh, merupakan perbedaan yang
tipis. Tetapi bagaimanapun text itu tidak menunjukkan bahwa Salomo pernah
membuang penyembahan kepada Yehovah.]
- hal 222.
b. Problem 1Raja 11:33: apakah ayat ini
menunjukkan bahwa Salomo betul-betul jatuh ke dalam penyembahan berhala?
Ayat ini adalah ayat satu-satunya yang seolah-olah
menunjukkan bahwa Salomo betul-betul jatuh ke dalam penyembahan berhala secara
pribadi.
1Raja 11:33 - “Sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku
dan sujud menyembah kepada Asytoret, dewi orang Sidon, kepada Kamos, allah
orang Moab dan kepada Milkom, allah bani Amon, dan ia tidak hidup menurut jalan yang
Kutunjukkan dengan melakukan apa yang benar di mataKu dan dengan tetap
mengikuti segala ketetapan dan peraturanKu, seperti Daud, ayahnya.”.
Tetapi sebetulnya belum tentu, karena ayat ini salah
terjemahan. Terjemahan Kitab Suci Indonesia diambil dari LXX / Septuaginta [=
Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani] yang dalam seluruh ayat ini menggunakan bentuk tunggal. Bandingkan
dengan terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Because that they have
forsaken me, and have
worshipped Ashtoreth the goddess of the Zidonians, Chemosh the god of the
Moabites, and Milcom the god of the children of Ammon, and have not walked in my
ways, to do (that which is) right in mine eyes, and (to keep) my statutes and
my judgments, as (did) David his
father.’ [= Karena mereka telah meninggalkan Aku, dan telah menyembah Asytoret dewi orang Sidon,
Kamos dewa orang Moab, Milkom dewa bangsa Amon, dan telah tidak berjalan dalam
jalanKu, melakukan apa yang benar di mataKu, dan memelihara hukum-hukumKu dan
penghakimanKu, seperti yang dilakukan oleh Daud, bapanya.].
Jadi KJV menterjemahkan
hampir seluruh ayat itu dalam bentuk
jamak, kecuali bagian terakhir dari ayat itu. RSV menterjemahkan
seperti terjemahan LAI; NIV/NASB seperti KJV.
Pulpit Commentary: “But
the plural is to be retained, the import being that Solomon was not alone in
his idolatrous leanings; or it may turn our thoughts to the actual idolaters -
his wives - whose guilt he shared. The singular looks as if an alteration had
been made to bring the words into harmony with the context, and especially with the concluding words of this
verse, ‘David his father.’” [= Tetapi bentuk jamak itu harus
dipertahankan, maksudnya adalah bahwa Salomo tidak sendirian dalam
kecondongannya pada penyembahan berhala; atau itu bisa mengarahkan pikiran kita
kepada penyembah-penyembah berhala yang sesungguhnya - istri-istrinya - dengan
siapa ia ikut bersalah. Bentuk tunggal
ini kelihatannya menunjukkan seakan-akan suatu perubahan telah dibuat untuk
mengharmoniskan kata-kata ini dengan kontext, dan khususnya dengan kata-kata
penutup dari ayat ini, ‘Daud, bapanya’.] - hal 236-237.
Saya sendiri beranggapan bahwa kata-kata ‘mereka meninggalkan Aku’ (KJV) tidak bisa diterapkan kepada istri-istri asing
tersebut, karena mereka belum pernah mengenal / mengikut Tuhan. Jadi kata ‘mereka’ itu harus diterapkan kepada Salomo dan istri-istrinya yang bukan orang
asing / penyembah berhala.
Demikian juga dengan kata-kata pada bagian akhir
ay 33 itu - ‘telah tidak berjalan dalam jalanKu,
melakukan apa yang benar di mataKu, dan memelihara hukum-hukumKu dan
penghakimanKu’ (KJV). Ini semua hanya
berlaku untuk Salomo dan istri-istrinya
yang bukan orang asing / penyembah berhala, dan tidak berlaku untuk istri-istri
asing Salomo.
Kalau demikian, maka bisa juga diambil kebalikannya,
yaitu dengan menerapkan kata-kata ‘telah menyembah’ (KJV) hanya kepada para istri asing
tersebut, dan tidak kepada Salomo.
Salomo memang mungkin
sekali ikut dalam upacara / kebaktian penyembahan berhala itu, tetapi jelas
bahwa hatinya tidak sungguh-sungguh mempercayai berhala-berhala tersebut.
Dengan kata lain, ia hanya ikut dalam penyembahan berhala itu secara lahiriah.
Ini mungkin bisa disamakan
dengan Naaman yang dalam 2Raja 5:17-18 meminta ijin kepada Elisa untuk
ikut sujud menyembah kepada dewa Rimon (secara lahiriah).
2Raja 5:17-18 - “(17) Akhirnya berkatalah Naaman: ‘Jikalau demikian,
biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal,
sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan
korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN. (18) Dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam
perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah
di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu.’”.
Saya berpendapat bahwa
tindakan itu salah, dan Elisa juga salah dalam memberikan ijin (2Raja 5:19), tetapi itu tetap bukan merupakan suatu kemurtadan. Jadi, demikian
juga dengan tindakan Salomo. Kalau ia secara lahiriah ikut menyembah
dewa-dewa istri-istrinya, itu jelas merupakan suatu kompromi yang jelas-jelas
merupakan dosa, tetapi itu bukan merupakan kemurtadan yang
sungguh-sungguh.
Sedang tentang kata-kata ‘telah
meninggalkan Aku’ dalam ay 33
ini, tidak terlalu jadi masalah. Tindakan Salomo, biarpun hanya secara
lahiriah, memang merupakan dosa, dan karena itu disebut sebagai ‘meninggalkan
Tuhan’.
Bahwa ini memang merupakan artinya, terlihat dari
ay 33b-nya.
1Raja 11:33 - “Sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku dan sujud menyembah
kepada Asytoret, dewi orang Sidon, kepada Kamos, allah orang Moab dan kepada
Milkom, allah bani Amon, dan ia tidak hidup menurut
jalan yang Kutunjukkan dengan melakukan apa yang benar di mataKu dan dengan
tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturanKu, seperti Daud, ayahnya.”.
c. Dalam menafsirkan semua ayat yang seolah-olah
menunjukkan kemurtadan, kita harus menafsirkannya dengan memperhatikan
ayat-ayat di bawah ini, yang jelas mengatakan bahwa orang percaya yang
sungguh-sungguh tidak mungkin murtad, dan yang bisa murtad hanyalah orang
kristen KTP.
· Mat 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan
nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat
dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin,
mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.”.
Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ jelas menunjukkan bahwa itu tidak mungkin terjadi.
· Yoh 8:31 - “Maka kataNya
kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau
kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Jelas bahwa kalau seseorang murtad, ia tidak bisa
dikatakan sebagai ‘tetap dalam
firman’, dan karena itu harus
dianggap sebagai bukan ‘benar-benar
murid’!
· 1Yoh 2:18-19 - “(18)
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu
dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak
antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang
terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara
kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak
semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.”.
5. Apakah Salomo akhirnya bertobat dari dosa-dosanya ini?
1Raja 11 ini ditutup dengan cerita tentang akhir hidup
/ kematian Salomo, tanpa menceritakan sedikitpun tentang pertobatannya.
1Raja 11:41-43 - “(41)
Selebihnya dari riwayat Salomo dan segala yang dilakukannya dan hikmatnya,
bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab riwayat Salomo? (42) Lamanya
Salomo memerintah di Yerusalem atas seluruh Israel ialah empat puluh tahun.
(43) Kemudian Salomo mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya,
dan ia dikuburkan di kota Daud, ayahnya. Maka Rehabeam, anaknya, menjadi raja
menggantikan dia.”.
a. Pandangan Adam Clarke.
(1)Salomo tidak pernah bertobat sampai
akhir hidupnya, dan ia binasa dalam dosanya (tidak diselamatkan).
Memang kalau saudara membaca 1Raja 11 itu, bagian
akhirnya hanya menceritakan kematian Salomo, tanpa menceritakan pertobatannya.
Ini oleh Clarke dianggap sebagai menunjukkan bahwa Salomo memang tidak
bertobat.
Adam Clarke:
“This
dismal account has a more dismal close still; for, in the same place in which
we are informed of his apostasy, we are informed of his death, without the
slightest intimation that he ever repented and turned to God.” [= Cerita yang
menyedihkan ini mempunyai penutup yang lebih menyedihkan; karena di tempat yang sama (pasal yang
sama) dimana kita diberi informasi tentang kemurtadannya, kita juga
diberi informasi tentang kematiannya, tanpa petunjuk sedikitpun bahwa ia pernah
bertobat dan berbalik kepada Allah.] - hal 433.
(2)Tentang kitab Pengkhotbah.
Adam Clarke:
“It
is true that what is wanting in fact is supplied by conjecture; for it is
firmly believed that ‘he did repent, and wrote the book of Ecclesiastes after
his conversion, which is a decided proof of his repentance.’” [= Memang benar
bahwa apa yang dalam faktanya tidak ada disuplai oleh suatu dugaan; karena
dipercaya secara teguh bahwa ‘ia memang bertobat, dan menuliskan kitab
Pengkhotbah setelah pertobatannya, yang merupakan suatu bukti yang nyata /
pasti tentang pertobatannya’.] -
hal 433.
Adam Clarke:
“I
am sorry I cannot strengthen this opinion; of which I find not the shadow of a
proof.”
[= Saya minta maaf bahwa saya tidak bisa menguatkan pandangan ini; tentang mana
saya tidak bisa menemukan petunjuk yang lemahpun dari suatu bukti.] - hal 433.
Clarke lalu memberikan beberapa hal untuk menentang
pandangan bahwa kitab Pengkhotbah menunjukkan pertobatan Salomo:
(a)Kitab Pengkhotbah, sekalipun
berbicara tentang banyak kesia-siaan, tetapi sama sekali tidak berbicara
tentang kesia-siaan dari penyembahan berhala, yang merupakan dosa / kemurtadan
Salomo.
(b)Kitab Pengkhotbah tidak menggunakan
kata-kata dari orang yang bertobat dari dosa yang hebat / kejatuhan yang dalam,
karena sama sekali tidak ada pengakuan dosa di dalamnya dan sama sekali berbeda
dengan Maz 51, yang merupakan doa pengakuan dosa dari Daud.
(c)Diragukan bahwa Salomo menulis kitab
Pengkhotbah, karena dalam beberapa bagian terlihat bahwa itu berasal dari jaman
sesudah Salomo (Clarke, hal 434).
(3)Terhadap pandangan yang mengatakan
bahwa Salomo merupakan type dari Kristus dan karena itu ia pasti selamat,
Clarke mengatakan:
(a)Ia tidak menganggap Salomo sebagai
type dari Kristus.
(b)Seandainya ia memang type dari
Kristus, itu tidak membuktikan pertobatan / keselamatannya, karena ular tembaga
yang jelas merupakan type dari Kristus (Yoh 3:14-15), akhirnya dihancurkan
karena disembah (2Raja 18:4).
Adam Clarke:
“Typical
persons and typical things may perish as well as others; the antitype alone
will infallibly remain.” [= Orang-orang atau hal-hal / benda-benda
yang merupakan type bisa binasa seperti yang lain; hanya anti typenya saja yang
tertinggal secara pasti / tak bisa salah.] - hal 434.
Catatan:
dalam point ini saya setuju dengan Clarke. Dan saya tak pernah tahu ada orang
yang mengatakan Salomo selamat karena ia adalah TYPE dari Kristus. Ia memang
TYPE dari Kristus, tetapi itu tak menjamin keselamatannya. Karena itu, nanti di
bawah saya tak merasa perlu untuk menjawab point ini.
(4)Clarke menggunakan 1Taw 28:9.
1Taw 28:9 (kata-kata Daud) - “Dan engkau,
anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus
ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti
segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui
olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia
akan membuang engkau untuk selamanya.”.
Adam Clarke:
“That
awful denunciation of Divine justice stands point blank in the way of all
contrary suppositions: ‘If thou forsake the Lord, he will cast thee off for
ever,’ 1Chron. 28:9. He did forsake the Lord; and he forsook him in his very
last days; and there is no evidence that he ever again clave to him.” [= Ancaman yang
mengerikan dari keadilan Ilahi berada secara langsung di jalan dari semua
anggapan yang bertentangan: ‘Jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang
engkau untuk selamanya’, 1Taw 28:9. Ia memang meninggalkan Tuhan; dan ia
meninggalkanNya pada hari-hari terakhirnya; dan tidak ada bukti bahwa ia pernah
berpegang kepadaNya lagi.] - hal 434.
(5)Alasan lain (alasan ini bukan
diberikan oleh Adam Clarke, tetapi dibicarakan oleh Matthew Poole dalam
tafsirannya tentang 1Raja 11:43).
2Raja 23:13 - “Bukit-bukit pengorbanan yang ada
di sebelah timur Yerusalem di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan orang
Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab, dan untuk Milkom, dewa
kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan oleh raja.”.
Ayat ini dipakai untuk menunjukkan bahwa Salomo tidak
bertobat, karena seandainya ia bertobat, ia pasti sudah menghancurkan kuil-kuil
yang ia bangun. Tetapi kenyataannya semua itu masih ada jauh setelah
kematiannya.
Catatan: ‘raja’ dalam 2Raja 23:13 itu adalah raja Yosia, yang hidup sekitar 300
tahun setelah Salomo.
Kesimpulan yang diberikan oleh Adam Clarke:
Adam Clarke:
“there
seems every evidence that he died in his sins. ... there is not a single
testimony in the Old or New Testament that intimates he died in a safe state.” [= kelihatannya
ada setiap bukti bahwa ia mati dalam dosa-dosanya. ... tidak ada satupun
kesaksian dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa ia
mati dalam keadaan selamat.] -
hal 434.
Adam Clarke:
“Reader,
let him that standeth take heed lest he fall; not only foully but finally.
Certainly, unconditional final perseverance will find little support in the
case of Solomon. He was once most incontrovertibly in grace. He lost that grace
and sinned most grievously against God. He was found in this state in his old
age. He died, as far as the Scripture informs us, without repentance. Even the
doubtfulness in which the bare letter of the Scripture leaves the eternal state
of this man, is a blast of lightning to the syren song of ‘Once in grace, and
still in grace;’ ‘Once a child, and a child for ever.’” [= Pembaca, siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah
supaya ia jangan jatuh; bukan hanya jatuh secara buruk, tetapi jatuh
pada akhirnya / sampai akhir. Jelas bahwa ketekunan akhir yang tidak bersyarat
tidak menemukan dukungan dalam kasus Salomo. Bahwa ia pernah berada dalam kasih
karunia merupakan sesuatu yang tidak dapat dibantah. Ia kehilangan kasih
karunia itu dan berdosa secara sangat menyedihkan terhadap Allah. Ia didapati
dalam keadaan ini pada masa tuanya. Ia mati, sejauh
yang Kitab Suci informasikan kepada kita, tanpa pertobatan. Bahkan keragu-raguan dimana huruf-huruf telanjang dari Kitab
Suci meninggalkan keadaan kekal dari orang ini, merupakan suatu ledakan petir
bagi nyanyian yang menggoda / mencobai tentang ‘Sekali dalam kasih karunia, dan
tetap dalam kasih karunia’; ‘Sekali seorang anak, dan seorang anak
selama-lamanya’.] -
hal 434.
1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri,
hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
b. Penafsir-penafsir lain kelihatannya tidak ada
yang setuju dengan Adam Clarke. Hampir semua beranggapan bahwa Salomo bertobat dan
diselamatkan.
Alasan-alasan yang diberikan:
(1)Pertama-tama tentang 2Raja 23:13 yang
baru saja saya bahas di atas.
2Raja 23:13 - “Bukit-bukit pengorbanan yang ada
di sebelah timur Yerusalem di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan orang
Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab, dan untuk Milkom, dewa
kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan oleh raja.”.
Matthew Poole (hal 768) yang tadinya membicarakan
serangan ini, menjawab sendiri serangan itu. Ia menafsirkan ini bukan sebagai
apa yang didirikan oleh Salomo, karena itu sudah dihancurkan pada saat ia
bertobat, tetapi lalu diatasnya / di tempat yang sama, didirikan lagi oleh
orang lain, dan untuk penggunaan yang sama, sehingga disebutkan atas nama
Salomo.
Matthew Poole:
“not
the same individual altars; which doubtless either Solomon upon his repentance,
or some other of Josiah’s godly predecessors, had taken away long before this
time; but other altars built by Manasseh or Amon, which because erected by
Solomon’s example, and for the same use, and in the same place, are called by
his name;”
[= bukan mezbah individual yang sama; yang tak diragukan atau Salomo pada
pertobatannya, atau pendahulu-pendahulu yang saleh yang lain dari Yosia, telah
mengambilnya lama sebelum saat ini; tetapi mezbah-mezbah yang lain yang
dibangun oleh Manasye atau Amon, yang karena didirikan oleh teladan Salomo, dan
untuk penggunaan yang sama, dan ada di tempat yang sama, disebut dengan namanya;] - hal 768.
Matthew Henry menganggap ini hanya sebagai sisa-sisa
dari kuil-kuil berhala yang didirikan oleh Salomo. Jadi sebetulnya sudah
dihancurkan tetapi ada sisa-sisanya.
Matthew Henry (tentang
2Raja 23:13):
“There were ‘high places before
Jerusalem, which Solomon had built,’ v. 13. The altars and images on those high
places, we may suppose, had been taken away by some of the preceding godly
kings, or perhaps Solomon himself had removed them when he became a penitent;
but the buildings, or some parts of them, remained, with other high places,
till Josiah’s time.” [= Disana ada
‘tempat-tempat tinggi / bukit-bukit sebelum / di depan Yerusalem, yang telah
dibangun oleh Salomo’, ay 13. Mezbah-mezbah dan patung-patung di tempat-tempat
tinggi / bukit-bukit itu, kita bisa menganggap, telah disingkirkan oleh
beberapa dari raja-raja yang saleh sebelumnya, atau mungkin Salomo sendiri
telah menyingkirkan mereka pada waktu ia bertobat / menyesal; tetapi
bangunan-bangunan itu, atau beberapa bagian-bagian dari mereka, tetap tinggal,
bersama-sama dengan tempat-tempat tinggi / bukit-bukit, sampai jaman Yosia.].
Jamieson, Fausset & Brown bahkan berpendapat itu
bukan sisa-sisa tetapi hanya tanahnya saja. Karena itu dikatakan Yosia hanya menajiskannya,
bukan menghancurkannya.
Jamieson, Fausset &
Brown (tentang 2Raja 23:13): “Josiah is said not to have destroyed, but only
defiled, ‘the high places on the hill of Corruption.’ It is most probable that
Hezekiah had long before demolished the idolatrous temples erected there by
Solomon; but as the superstitious people continued to regard the spot as
consecrated ground, Josiah defiled it.” [= Yosia dikatakan
tidak menghancurkan,
tetapi hanya menajiskan, ‘tempat-tempat tinggi / bukit-bukit di
bukit Kebusukan’. Adalah sangat memungkinkan bahwa Hizkia jauh sebelumnya telah menghancurkan kuil-kuil berhala yang didirikan disana oleh Salomo;
tetapi karena bangsa yang percaya takhyul itu terus
menganggap tempat itu sebagai tanah yang kudus / keramat, Yosia menajiskannya.].
2Raja 23:13 - “Bukit-bukit pengorbanan yang ada
di sebelah timur Yerusalem di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang
didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan
orang Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab, dan untuk Milkom,
dewa kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan oleh raja.”.
(2)Kedua saya ingin membahas usaha
pembunuhan oleh Salomo terhadap Yerobeam (ay 40).
Mengapa ini perlu dibahas? Karena kalau Salomo ingin
membunuh Yerobeam karena nabi Ahia menubuatkan Yerobeam akan mengambil 10 suku
dari anaknya (Rehabeam), maka ini menunjukkan bahwa Salomo berkeras dalam
dosanya (baca 1Raja 11:11-13,29-40).
1Raja 11:40 - “Lalu Salomo berikhtiar membunuh Yerobeam,
tetapi Yerobeam bangkit dan melarikan diri ke Mesir, kepada Sisak, raja Mesir,
dan di Mesirlah ia tinggal sampai Salomo mati.”.
KJV: ‘Solomon sought therefore
to kill Jeroboam. And Jeroboam arose, and fled into Egypt, unto Shishak king of
Egypt, and was in Egypt until the death of Solomon’ [= Karena itu, Salomo berusaha untuk membunuh
Yerobeam. Dan Yerobeam bangkit, dan lari ke Mesir, kepada Sisak raja Mesir, dan
ada di Mesir sampai kematian Salomo].
Adanya kata ‘therefore’ [= karena itu] di sini
menyebabkan orang menganggap bahwa Salomo mau membunuh Yerobeam, karena nubuat
Ahia (ay 29-39). Kata ‘therefore’ [= karena itu] ini juga ada
dalam RSV dan NASB, tetapi sebetulnya kata itu tidak ada dalam bahasa
aslinya, dan karena itu NIV
secara benar tidak memberikan kata itu.
NIV: ‘Solomon tried to kill Jeroboam, but Jeroboam fled to Egypt, to Shishak the
king, and stayed there until Solomon’s death.’ [= Salomo berusaha
untuk membunuh Yerobeam, tetapi Yerobeam lari ke Mesir, kepada Sisak sang raja,
dan tinggal disana sampai kematian Salomo.].
Jadi, Salomo mau membunuh Yerobeam, bukan karena
nubuat Ahia, tetapi karena pemberontakan Yerobeam dalam ay 26.
1Raja 11:26 - “Juga Yerobeam bin Nebat, seorang
Efraim dari Zereda, seorang pegawai Salomo, nama ibunya Zerua, seorang janda,
memberontak terhadap raja.”.
Pemberontakan Yerobeam jelas merupakan sesuatu yang
salah karena sekalipun Ahia menubuatkan bahwa Yerobeam akan menjadi raja,
tetapi Ahia secara explicit juga mengatakan bahwa Salomo masih akan bertakhta seumur hidupnya (ay 34).
1Raja 11:34 - “Bukan
dari tangannya akan Kuambil seluruh kerajaan itu; Aku
akan membiarkan dia tetap menjadi raja seumur
hidupnya, oleh karena hambaKu Daud yang telah Kupilih dan
yang tetap mengikuti segala perintah dan ketetapanKu.”.
(3)Tentang tidak adanya cerita tentang
pertobatan Salomo dalam 1Raja 11, atau di tempat lain manapun dalam Alkitab, itu
merupakan ‘argument
from silence’ [= argumentasi dari
ke-diam-an], yang tidak mempunyai kekuatan untuk membuktikan bahwa
Salomo tidak bertobat.
(a)Matthew Poole (tentang 1Raja
11:43): “We
read nothing of the repentance of Adam, Noah, after his drunkenness, Lot,
Samson, Asa, &c.; shall we therefore conclude they were all damned? The
silence of the Scripture is a very weak argument in matters of history.” [= Kita tidak
pernah membaca tentang pertobatan Adam, Nuh, setelah ia mabuk, Lot, Simson,
Asa, dsb; apakah karena itu kita akan menyimpulkan bahwa mereka semua dihukum? Diamnya Kitab Suci merupakan suatu argumentasi yang lemah
dalam persoalan-persoalan sejarah.] - hal 682.
Catatan:
Adam - Kej 5; Nuh - Kej 9; Simson - Hakim 16; Asa - 2Taw 16.
(b)Poole menambahkan bahwa kalau ia
bertobat, dan Kitab Suci tidak menceritakan sehingga ada keraguan tentang nasib
akhirnya, maka itu menjadi sesuatu yang membuat takut orang-orang kristen
sehingga tidak sembarangan berbuat dosa (hal 682).
Matthew Poole (tentang 1Raja 11:43): “If he did repent, yet the silence of the
Scripture about it in this history was not without wise reasons; as, among
others, that his eternal condition being thus far left doubtful, his example
might have the greater influence for the terror and caution of future
offenders.”
[= Jika ia memang bertobat, tetapi diamnya Kitab Suci tentang hal ini dalam
sejarah ini bukanlah tanpa alasan-alasan yang bijaksana; seperti, antara lain,
bahwa dengan kondisi kekalnya dibiarkan meragukan
seperti itu, teladan / contohnya bisa mempunyai pengaruh yang lebih besar untuk
rasa takut dan sikap berhati-hati dari pelanggar-pelanggar yang akan datang.] - hal 682.
Matthew Henry juga memberi komentar yang kurang lebih
sama artinya dengan Matthew Poole.
Matthew Henry
(tentang 1Raja 11:9-11): “But,
though we have all this reason to hope he repented and found mercy, yet the
Holy Ghost did not think fit expressly to record his recovery, but left it
doubtful, for warning to others not to sin upon presumption of repenting, for
it is but a peradventure whether God will give them repentance, or, if he do,
whether he will give the evidence of it to themselves or others.” [= Tetapi, sekalipun kita mempunyai semua alasan ini untuk
berharap ia bertobat dan menemukan belas kasihan, tetapi Roh
Kudus tidak menganggap cocok untuk mencatat secara jelas pemulihan /
pertobatannya, tetapi membiarkannya meragukan, sebagai peringatan bagi
orang-orang lain untuk tidak berdosa dengan kesombongan tentang pertobatan, karena hanya
merupakan suatu yang meragukan apakah Allah akan memberi mereka pertobatan,
atau, jika Ia memberi, apakah Ia akan memberi bukti tentangnya kepada diri
mereka sendiri atau orang-orang lain.].
-bersambung-
