Perseverance of the saints (26) (ketekunan orang-orang kudus)
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7)Bahwa ia bertobat bisa terlihat
secara implicit dari bagian setelah Salomo mati, dimana jalannya dan jalan Daud
digabungkan menjadi satu sebagai teladan.
2Taw 11:17 - “Demikianlah mereka memperkokoh
kerajaan Yehuda dan memperkuat pemerintahan Rehabeam bin Salomo selama tiga
tahun, karena selama tiga tahun mereka hidup
mengikuti jejak Daud dan Salomo.”.
Catatan:
dalam kitab 2Taw, kematian Salomo diceritakan dalam 2Taw 9:29-31.
Dalam pelajaran yang lalu, saya sudah pernah mengutip
ayat ini, tetapi tujuan saya pada saat itu adalah untuk menunjukkan kalau
Salomo tidak murtad secara
total. Sekarang saya mengutip ayat ini lagi untuk menunjukkan
pertobatan dan keselamatan Salomo. Kalau Salomo
tidak bertobat / tidak selamat, adalah mustahil bahwa setelah kematiannya
jalannya digabungkan dengan jalan Daud sebagai suatu teladan yang baik.
Adam Clarke (tentang 2Taw
11:17): “‘For three years they walked in the way of David.’
During this time he prospered; but for fourteen years after this he and the
people were unfaithful to the Lord, except as such intervals as the hand of God’s
judgments was upon them.” [= ‘Untuk / selama
tiga tahun mereka berjalan dalam jalan Daud’. Selama masa ini ia makmur; tetapi
untuk 14 tahun setelah ini ia dan bangsa itu tidak setia kepada Tuhan, kecuali
dalam masa dimana tangan penghakiman Allah ada pada mereka.].
Catatan: ini
adalah seluruh komentar Clarke tentang 2Taw 11:17. Ia hanya membicarakan
Rehabeam, dan sama sekali tidak membicarakan Salomo yang dalam ayat ini
dijadikan teladan yang baik bersama-sama dengan Daud. Bahkan dalam mengutip
bagian akhir dari 2Taw 11:17 itu, ia memotong / membuang kata-kata ‘dan Salomo’! Rasanya mustahil ia tidak tahu bahwa ayat ini
dijadikan dasar oleh penafsir-penafsir lain untuk mengatakan bahwa Salomo
bertobat dan diselamatkan. Jadi, menurut saya jelas bahwa ia tak mempunyai
jawaban apapun terhadap argumentasi ini.
Matthew Henry (tentang
1Raja 11:9-11): “Though God may suffer those
whom he loves to fall into sin, he will not suffer them to lie still in it.
Solomon’s defection, though it was much his reproach and a great blemish to his
personal character, yet did not so far break in upon the character of his reign
but that it was afterwards made the pattern of a good reign, 2 Chron 11:17,
where the kings are said to have done well, while ‘they walked in the way of David
and Solomon.’” [= Sekalipun Allah bisa
membiarkan mereka yang Ia kasihi jatuh ke dalam dosa, Ia tidak akan membiarkan
mereka untuk tetap tinggal di dalam dosa itu. Cacat Salomo, sekalipun itu adalah
kesalahan yang besar dan suatu cacat bagi karakter pribadinya, tetapi ia tidak sampai
mengganggu karakter dari pemerintahannya tetapi bahwa itu belakangan dijadikan
pola dari suatu pemerintahan yang baik, 2Taw 11:17, dimana raja-raja dikatakan
telah melakukan yang baik, pada waktu ‘mereka berjalan dalam jalan Daud dan
Salomo’.].
Catatan: menurut saya, bukan
pemerintahannya yang dibicarakan tetapi kehidupannya.
Matthew Poole (tentang 1Raja 11:43): “His repentance is sufficiently implied in
this, ... that after Solomon’s death the way of Solomon is mentioned with
honour, and joined with the way of David, 2Ch 11:17.” [= Pertobatannya
dinyatakan secara implicit tetapi secara cukup dalam hal ini, ... bahwa setelah
kematian Salomo jalan Salomo disebutkan dengan penghormatan, dan digabungkan
dengan jalan Daud, 2Taw 11:17.] - hal
682.
Matthew Poole (tentang 2Taw 11:17): “This honourable mention of Solomon, as a
pattern of piety, is a considerable evidence of his true repentance before his
death; of which See Poole ‘1Ki 11:43’” [= Penyebutan yang bersifat
menghormat tentang Salomo, sebagai suatu pola dari kesalehan, adalah suatu
bukti besar / menyolok / layak dipertimbangkan dari pertobatannya yang
sungguh-sungguh sebelum kematiannya; tentang mana lihat Poole ‘1Raja 11:43’] - hal 831.
(8)Pembahasan tentang text-text lain yang
mendukung keselamatan Salomo.
(a)2Sam 7:12-16 (kata-kata Tuhan
melalui nabi Natan kepada Daud) - “(12) Apabila umurmu sudah genap dan
engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak
kandungmu, dan Aku akan mengokohkan
kerajaannya. (13) Dialah yang akan
mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan
mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan
menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila
ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum
(menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang
diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari
padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari
hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu
akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk
selama-lamanya.’”.
Kata-kata ‘kasih setiaKu’ diterjemahkan berbeda-beda:
KJV: ‘my mercy’ [= belas kasihanKu].
RSV: ‘my
steadfast love’ [= kasih setiaKu].
NIV: ‘my love’
[= kasihKu].
NASB: ‘My
lovingkindness’ [= kebaikan dari kasihKu].
Dalam tafsirannya tentang bagian ini Adam Clarke
berkata: “he
shall have affliction, but his government shall not be utterly subverted. But
this has a higher meaning. ... His house shall be a lasting house, and he shall
die in the throne of Israel, his children succeeding him; and the spiritual
seed, Christ, possessing and ruling in that throne to the end of time. The
family of Saul became totally extinct; the family of David remained till the
incarnation.”
[= ia akan mendapatkan penderitaan, tetapi pemerintahannya tidak akan
ditumbangkan sepenuhnya. Tetapi bagian ini mempunyai arti yang lebih tinggi.
... Keluarganya akan ada selama-lamanya, dan ia akan mati di takhta Israel,
keturunannya menggantikannya; dan benih / keturunan rohani, Kristus, memiliki
dan memerintah di takhta itu sampai akhir jaman. Keluarga Saul punah secara
total; keluarga Daud tetap ada sampai inkarnasi.] - hal 325.
Saya berpendapat bahwa ia menghindari kata-kata dari
text ini, dan menujukannya hanya untuk keadaan jasmani dari Salomo, dan
menerapkannya secara penuh untuk Yesus Kristus.
Memang dalam text tersebut ada bagian-bagian yang
ditujukan kepada Kristus (bahkan terutama menunjuk kepada Kristus), tetapi ay
14b-15 tidak mungkin ditujukan kepada Kristus, karena berbicara tentang ‘melakukan
kesalahan’ dan ‘hukuman
Tuhan baginya’. Itu hanya bisa
diterapkan / ditujukan kepada Salomo.
Untuk jelasnya saya kutip ulang ay 14b-15: “(14b) Apabila
ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum
(menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang
diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari
padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari
hadapanmu.”.
Tentang hal ini Clarke (hal 327) mengatakan bahwa
kata-kata ‘to commit iniquity’ [= melakukan kejahatan] bisa
diterjemahkan ‘to suffer for iniquity’ [= menderita untuk kejahatan].
Juga ia berpendapat bahwa kata ‘iniquity’ [= kejahatan] bisa
diterjemahkan ‘punishment’ [= hukuman]. Jadi, ia lalu mengubah kata-kata
‘if he commit iniquity’ [= jika ia melakukan kejahatan] menjadi ‘even
in his suffering for iniquity’ [= bahkan dalam penderitaannya untuk
kejahatan], dan ia menerapkan anak kalimat ini kepada Kristus!
Juga kata-kata ‘Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan
dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia’ diartikan oleh Clarke sebagai menunjuk kepada
penderitaan Kristus dalam memikul dosa / hukuman kita (bdk. Yes 53:4-5). Dengan
demikian, menurut Clarke, bagian ini cocok untuk Mesias.
Adam Clarke:
“if
the Messiah be the person here meant, as suffering innocently for the sins of
others, Solomon cannot be;” [= jika sang Mesias adalah orang yang
dimaksudkan di sini, yang menderita secara tak bersalah untuk dosa-dosa
orang-orang lain, maka tidak bisa Salomo yang dimaksudkan;] - hal 327.
Tetapi, terjemahan Clarke ini:
· Sepanjang yang saya ketahui tidak didukung oleh
terjemahan Kitab Suci manapun, bahkan tidak oleh Living Bible ataupun Good News
Bible. Juga sepanjang yang saya ketahui, tidak ada seorang penafsirpun
menafsirkan seperti tafsiran Adam Clarke ini.
· Sangat tidak cocok dengan kontext, yang jelas-jelas mengkontraskan
Salomo (yang sekalipun berdosa, tetapi tidak ditinggalkan oleh Tuhan) dengan
Saul (yang ditinggalkan Tuhan karena berdosa).
Ay 14b-15: “(14b) Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan
menghukum (menghajar) dia dengan rotan
yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi
kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari
pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.”.
· Juga tidak cocok dengan text paralelnya dalam
Maz 89:31-33 - “(31)
Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut
hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada
perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan
gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
Catatan: bahwa kedua text ini memang paralel bisa terlihat
kalau kita membaca Maz 89:21-38, yang nanti akan kita lihat di bawah.
Kata-kata yang saya garis-bawahi, biarpun artinya sama
dengan kata-kata ‘Apabila ia
melakukan kesalahan’ dalam
2Sam 7:14, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda, dan di sini tidak
mungkin bisa diterjemahkan seperti terjemahan Adam Clarke di atas.
· Dalam kasus Kristus, Ia memikul hukuman kita, bukan hajaran kita! Karena itu
kalau kita percaya kepada Dia, hukuman
sama sekali tidak ada (Ro 8:1), tetapi hajaran tetap bisa ada (Ibr 12:5-7).
Ro 8:1 - “Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
Ibr 12:5-7 - “(5)
Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada
anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah
putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang
yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika
kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di
manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?”.
Adam Clarke menambahkan lagi: “Many have applied
these verses and their parallels to support the doctrine of unconditional final
perseverance; but with it the text has nothing to do; and were we to press it,
... the doctrine would most evidently be ruined, for there is neither proof nor
evidence of Solomon’s salvation.” [= Banyak orang yang menerapkan ayat-ayat
ini dan ayat-ayat paralelnya untuk mendukung doktrin dari ketekunan akhir yang
tak bersyarat; tetapi text itu tidak mempunyai
hubungan dengan doktrin itu; dan seandainya kita mau memaksakannya,
... doktrin ini justru jelas dihancurkan, karena
tidak ada bukti dari keselamatan Salomo.] - hal 325.
Keil & Delitzsch: “It
is very obvious, from all the separate details of this promise, that it related
primarily to Solomon, and had a certain fulfilment in him and his reign. ...
But in his old age Solomon sinned against the Lord by falling into idolatry; and
as a punishment for this, after his death his kingdom was rent from his son,
not indeed entirely, as one portion was still preserved to the family for
David’s sake (1Kings 11:9 sqq.). Thus the Lord punished him with rods of men,
but did not withdraw from him His grace.” [= Adalah sangat
jelas, dari semua detail-detail yang terpisah dari janji ini, bahwa itu secara
terutama berhubungan dengan Salomo, dan mempunyai penggenapan tertentu dalam
dia dan pemerintahannya. ... Tetapi pada masa tuanya Salomo berdosa terhadap
Tuhan dengan jatuh ke dalam penyembahan berhala; dan sebagai hukuman untuk ini,
setelah kematiannya kerajaannya disobek dari anaknya, memang tidak seluruhnya,
karena satu bagian masih ada pada keluarga tersebut demi Daud (1Raja 11:9-dst).
Demikianlah Tuhan menghukumnya dengan rotan dari
manusia, tetapi tidak menarik kasih karuniaNya darinya.] - hal 346.
Kelihatannya Keil & Delitzsch ini menganggap bahwa
kata-kata ‘kasih
setiaKu tidak akan hilang dari padanya’
hanya menunjuk pada fakta bahwa Salomo tetap menjadi raja sampai mati, dan
demikian juga dengan keturunannya sampai jaman Yesus berinkarnasi. Ia tidak
menghubungkannya dengan keselamatan Salomo. Ia memang juga tak mengatakan kalau
Salomo tidak selamat; ia tidak membicarakan hal itu di sini.
Tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata itu tidak
mungkin hanya mempunyai arti jasmani / duniawi saja. Adalah aneh untuk
mengatakan bahwa Tuhan tidak menjauhkan kasih / kasih setiaNya dari Salomo,
tetapi Salomo masuk neraka.
Matthew Henry:
“The
revolt of the ten tribes from the house of David was their correction for
iniquity, but the constant adherence of the other two to that family, which was
a competent support of the royal dignity, perpetuated the mercy of God to the
seed of David, according to this promise; though that family was cut short, yet
it was not cut off, as the house of Saul was. Never any other family swayed the
sceptre of Judah than that of David. This is that covenant of royalty
celebrated (Ps 89:3, &c.) as typical of the covenant of redemption and
grace.” [= Pemberontakan
dari 10 suku dari keluarga Daud merupakan koreksi untuk kesalahan mereka,
tetapi kesetiaan yang konstan dari 2 suku yang lain pada keluarga itu, yang
merupakan dukungan yang cukup dari kewibawaan kerajaan, mengabadikan belas
kasihan Allah kepada benih / keturunan Daud, sesuai dengan janji ini; sekalipun
keluarga itu dipotong pendek tetapi tidak dipunahkan seperti keluarga Saul.
Tidak ada keluarga lain memegang tongkat kerajaan Yehuda selain keluarga Daud. Ini adalah perjanjian kerajaan yang dirayakan /
diproklamirkan (Maz 89:4-dst) sebagai suatu type dari perjanjian penebusan dan
kasih karunia.].
Matthew Henry:
“The
supposition of committing iniquity cannot indeed be applied to the Messiah
himself, but it is applicable (and very comfortable) to his spiritual seed. True
believers have their infirmities, for which they may expect to be corrected,
but they shall not be cast off. Every transgression in the covenant will not
throw us out of covenant.” [= Pengandaian
tentang melakukan kesalahan memang tidak bisa diterapkan kepada sang Mesias
sendiri, tetapi itu bisa diterapkan (dan sangat memuaskan) bagi benih /
keturunan rohaninya. Orang-orang percaya yang sejati
mempunyai kelemahan-kelemahan mereka, untuk mana mereka bisa berharap untuk
dikoreksi, tetapi mereka tidak akan dibuang. Setiap pelanggaran dalam
perjanjian tidak akan melemparkan kita keluar dari perjanjian.].
(b)1Taw 17:11-15 - “(11) Apabila
umurmu sudah genap untuk pergi mengikuti nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan
keturunanmu yang kemudian, salah seorang anakmu sendiri, dan Aku akan
mengokohkan kerajaannya. (12) Dialah yang akan mendirikan rumah bagiKu dan Aku
akan mengokohkan takhtanya untuk selama-lamanya. (13) Aku akan menjadi Bapanya,
dan ia akan menjadi anakKu. Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kuhilangkan dari
padanya seperti yang Kuhilangkan dari pada orang yang mendahului engkau. (14)
Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumahKu dan dalam kerajaanKu untuk
selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya.’ (15) Tepat
seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada
Daud.”.
1Taw 17:11 (NIV): ‘When your days are over
and you go to be with your fathers, I will raise up your
offspring to succeed you, one of your own sons, and I will establish his
kingdom’ [= Pada saat hari-harimu sudah lewat dan engkau pergi untuk berada
dengan nenek moyangmu, Aku akan membangkitkan keturunanmu untuk menggantikan
engkau, salah satu dari anak-anakmu sendiri, dan Aku akan meneguhkan kerajaannya].
Adam Clarke (tentang 1Taw
17:13): “‘I will not take
my mercy away from him.’ I will not cut off his family from the throne, as I
did that of his predecessor Saul.” [=
‘Aku tidak akan mengambil belas kasihanKu dari dia’. Aku tidak akan melenyapkan
keluarganya dari takhta, seperti Aku lakukan itu tentang pendahulunya, Saul.].
Catatan: jadi, sama seperti dalam penafsirannya tentang
2Sam 7, Adam Clarke menafsirkan 1Taw 17:13 hanya berkenaan dengan
keadaan jasmani dari Salomo. Menurut saya, ini sangat tak masuk akal.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘I will not take my mercy away from him, as I took
it.’ My procedure in dealing with him will be different from my disposal of
Saul. Should his misconduct call for personal chastisement, I shall spare his
family. If I see it necessary to withdraw my favour and help for a time, it
will be a corrective discipline, only to reform and restore, not to destroy. On this passage some have founded an argument for Solomon’s
repentance and return to God.” [= ‘Aku tidak akan mengambil belas kasihanKu dari dia, seperti Aku mengambilnya ...’. CaraKu dalam
menanganinya akan berbeda dengan pembuanganKu terhadap Saul. Jika perbuatan jahatnya memerlukan hajaran pribadi, Aku akan
menyelamatkan keluarganya. Jika Aku menganggap perlu untuk menarik kebaikan dan
pertolonganKu untuk sementara waktu, itu akan merupakan suatu disiplin yang
bersifat memperbaiki, hanya untuk mereformasi dan memulihkan, bukan untuk
menghancurkan. Berdasarkan text ini beberapa
orang telah menegakkan / mendasarkan suatu argumentasi untuk pertobatan dan
kembalinya Salomo kepada Allah.].
(c)Maz 89:31-34.
Supaya jelas kontextnya saya memberikan
Maz 89:21-38 - “(21)
Aku telah mendapat Daud, hambaKu; Aku telah mengurapinya dengan minyakKu
yang kudus, (22) maka tanganKu tetap dengan dia, bahkan lenganKu meneguhkan
dia. (23) Musuh tidak akan menyergapnya, dan orang curang tidak akan
menindasnya. (24) Aku akan menghancurkan lawannya dari hadapannya, dan
orang-orang yang membencinya akan Kubunuh. (25) KesetiaanKu dan kasihKu menyertai dia, dan oleh karena namaKu tanduknya akan
meninggi. (26) Aku akan membuat tangannya menguasai laut, dan tangan
kanannya menguasai sungai-sungai. (27) Diapun akan berseru kepadaKu: ‘Bapaku
Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.’ (28) Akupun juga akan
mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja
bumi. (29) Aku akan memelihara kasih setiaKu bagi dia untuk selama-lamanya, dan
perjanjianKu teguh bagi dia. (30) Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya,
dan takhtanya seumur langit. (31) Jika anak-anaknya
meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika
ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33)
maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka
dengan pukulan-pukulan. (34) Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kujauhkan dari
padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaanKu.
(35) Aku tidak akan melanggar perjanjianKu, dan apa yang keluar dari bibirKu tidak
akan Kuubah. (36) Sekali Aku bersumpah demi kekudusanKu, tentulah Aku tidak
akan berbohong kepada Daud: (37) Anak cucunya akan ada untuk
selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mataKu, (38) seperti
bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan.’ Sela”.
Dalam buku tafsirannya Adam Clarke tidak memberikan
penafsiran tentang bagian ini, tetapi menyuruh para pembacanya melihat pada
tafsirannya tentang 2Sam 7:14. Padahal tafsirannya di sana, yang mengubah
terjemahan yang umum, tidak mungkin bisa diterapkan di sini! Bukan hanya
kata-kata kerja yang digunakan berbeda, tetapi juga karena di sini ada
kata-kata ‘TauratKu’, ‘hukumKu’, ‘ketetapanKu’, dan ‘perintah-perintahKu’, yang semuanya tidak ada dalam 2Sam 7:14.
Disamping itu ada perbedaan lain antara 2Sam 7:14 dengan Maz 89:31-32,
yaitu bahwa dalam 2Sam 7:14 subyeknya ada
dalam bentuk tunggal, sedangkan dalam
Maz 89:31-32 subyeknya ada dalam bentuk jamak. Ini lebih-lebih
tidak memungkinkan untuk menerapkan tafsiran Adam Clarke tentang 2Sam 7:14
pada Maz 89:31-32! Untuk jelasnya saya berikan 2Sam 7:14 dan Maz 89:31-33
sekali lagi di sini, untuk diperbandingkan.
2Sam 7:14 - “Aku akan menjadi Bapanya,
dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia
melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia
dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak
manusia.”.
Catatan: kata ‘anak’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk tunggal, dan juga semua kata
ganti orang yang menunjuk kepada ‘anak’ itu juga ada dalam bentuk tunggal.
Maz 89:31-33 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika
ketetapanKu mereka langgar dan tidak
berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
Catatan: di sini digunakan
kata ‘anak-anak’ (bentuk jamak), dan kata ganti orang yang menunjuk
kepada ‘anak-anak’ itu semuanya juga adalah kata ganti orang bentuk
jamak. Bagaimana mungkin bentuk jamak ini bisa menunjuk
kepada Kristus???
Calvin (tentang Maz
89:31): “The prophet proceeds yet farther, declaring, that although
the posterity of David should fall into sin, yet God had promised to show
himself merciful towards them, and that he would not punish their transgressions
to the full extent of their desert. ... It was very necessary that this should
be added; for so easily do we slide into evil, and so prone are we to continual
falls, that unless God, in the exercise of his infinite mercy, pardoned us,
there would not be a single article of his covenant which would continue
stedfast. God, therefore, seeing that it could not be otherwise, but that the
posterity of David, in so far as it depended upon themselves, would frequently
fall from the covenant, by their own fault, has provided a remedy for such
cases, in his pardoning grace. ... To limit what is here said to the
ancient people of Israel, is an exposition not only absurd, but altogether
impious. ... so the pardon which is here promised belongs to the spiritual
kingdom of Christ: and it may be equally gathered from this passage, that the
salvation of the Church depends solely upon the grace of God, and the truth of
his promises.”
[= Sang nabi meneruskan lebih jauh, dengan menyatakan bahwa sekalipun keturunan Daud jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah
telah berjanji menunjukkan diriNya sendiri berbelas kasihan kepada mereka, dan
bahwa Ia tidak akan menghukum pelanggaran mereka sampai pada tingkat yang penuh
dari yang layak mereka dapatkan. ... Adalah sangat perlu bahwa hal
ini ditambahkan; karena dengan begitu mudah kita tergelincir ke dalam
kejahatan, dan begitu condong kita pada kejatuhan yang terus menerus, sehingga kecuali Allah, dalam penggunaan dari belas kasihanNya yang
tak terbatas, mengampuni kita, maka tidak akan ada satu artikelpun dari
perjanjianNya yang bisa terus setia / menetap. Karena itu, pada
waktu Allah melihat bahwa tidak bisa lain, kecuali bahwa keturunan Daud, sejauh
itu tergantung kepada diri mereka sendiri, akan berulang-ulang jatuh dari perjanjian,
oleh kesalahan mereka sendiri, telah menyediakan
suatu obat / cara pengobatan untuk kasus-kasus seperti itu, dalam kasih
karuniaNya yang mengampuni. ... Membatasi apa yang dikatakan di sini
pada bangsa Israel kuno merupakan suatu exposisi yang bukan hanya menggelikan,
tetapi sama sekali jahat. ... demikianlah pengampunan yang dijanjikan di sini
merupakan milik dari kerajaan rohani Kristus: dan juga bisa didapatkan secara
sama dari text ini, bahwa keselamatan dari Gereja
tergantung semata-mata pada kasih karunia Allah, dan kebenaran dari
janji-janjiNya.] - hal
438,439,440,441.
Calvin
(tentang Maz 89:31):
“This fatherly chastisement then, which operates as medicine,
holds the medium between undue indulgence, which is an encouragement to sin,
and extreme severity, which precipitates persons into destruction. Here the
inspired writer adverts to the prophecy recorded in 2 Samuel 7:14, where God
declares that in chastising his own people, he will proceed after the manner of
men - ‘If he commit iniquity, I will chasten him with the rod of men, and with
the stripes of the children of men.’ (2 Samuel 7:14). God there speaks of his
chastising his people after the manner of men, either because the anger of a
father in correcting his children proceeds from love, - for he sees that
otherwise he would fail in promoting their good; or it contains a contrast
between God and men, implying, that in the task of chastising he will proceed
with moderation and gentleness; for, were he to put forth his strength, he
would immediately bring us to nothing, yea, he could do this simply by moving
one of his fingers. The scope of both passages undoubtedly is, that whenever
God punishes the sins of true believers, he will observe a wholesome
moderation; and it is therefore our duty to take all the punishments which he
inflicts upon us, as so many medicines.” [=
Maka, hajaran kebapaan ini, yang bekerja seperti obat, memegang bagian di
tengah-tengah diantara tindakan menuruti kemauan hati yang tidak semestinya,
yang merupakan suatu dorongan pada dosa, dan kekerasan yang extrim, yang dengan
cepat-cepat melemparkan orang-orang ke dalam kehancuran. Di sini penulis yang
diilhami menunjuk pada nubuat yang dicatat dalam 2Samuel 7:14, dimana Allah
menyatakan bahwa dalam menghajar bangsa / umatNya sendiri, Ia akan mengambil
tindakan menurut cara manusia - ‘Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang
dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia’ (2Samuel 7:14). Di sana
Allah berbicara tentang tindakanNya menghajar bangsaNya menurut cara manusia,
atau karena kemarahan dari seorang bapa dalam mengkoreksi anak-anaknya keluar
dari kasih, - karena Ia melihat bahwa kalau tidak Ia akan gagal dalam memajukan
kebaikan mereka; atau itu mengandung suatu kontras antara Allah dan manusia,
yang secara tak langsung menunjukkan bahwa dalam tugas menghajar Ia akan
bertindak dengan sikap tidak berlebih-lebihan dan kelembutan; karena seandainya
Ia mengeluarkan kekuatanNya, Ia akan segera memusnahkan kita, ya, Ia bisa
melakukan hal ini hanya dengan menggerakkan satu dari jari-jariNya. Jangkauan
dari kedua text tak diragukan adalah bahwa kapanpun Allah menghukum dosa-dosa
dari orang-orang percaya yang sejati, Ia akan menjalankan tindakan moderat yang
sehat / bermanfaat; dan karena itu merupakan kewajiban kita
untuk menerima semua hukuman yang Ia berikan kepada kita sebagai begitu banyak
obat.] - hal 442-443.
Calvin (tentang Maz
89:31): “God has nothing else in view than to correct the vices of
his children, in order that, after having thoroughly purged them, he may
restore them anew to his favor and friendship; according to the words of Paul
in 1 Corinthians 11:33, which affirm that the faithful ‘are chastened of the
Lord, that they should not be condemned with the world.’ For this reason, lest
they should be overwhelmed with the weight of chastisement, he restrains his
hand, and makes considerate allowance for their infirmity. Thus the promise is
fulfilled, That ‘he
does not withdraw his loving-kindness from’ his people, even when he is angry with them; for, while he is
correcting them for their profit and salvation, he does not cease to love them.” [= Allah tidak
mempunyai hal lain dalam pandanganNya dari pada memperbaiki kejahatan-kejahatan
dari anak-anakNya, supaya setelah menyucikan mereka, Ia bisa memulihkan mereka
lagi pada kebaikan dan persahabatanNya; sesuai dengan kata-kata Paulus dalam
1Kor 11:33, yang menegaskan bahwa orang-orang percaya ‘dihajar oleh Tuhan,
supaya mereka tidak dihukum bersama-sama dengan dunia’. Untuk alasan ini,
supaya mereka tidak dibanjiri dengan berat dari hajaran, Ia menahan tanganNya,
dan membuat kelonggaran yang baik untuk kelemahan mereka. Maka janji itu
digenapi, Bahwa ‘Ia tidak akan menarik kebaikanNya yang penuh kasih dari’
umatNya, bahkan pada saat Ia marah kepada mereka; karena, sekalipun Ia
memperbaiki / mengkoreksi mereka untuk keuntungan dan keselamatan mereka, Ia
tidak berhenti untuk mengasihi mereka.]
- hal 443.
Catatan: ‘1Kor 11:33’ seharusnya adalah ‘1Kor 11:32’.
1Kor 11:32 - “Tetapi kalau kita menerima hukuman dari
Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”.
KJV: ‘But when we are judged, we
are chastened of the Lord, that we should not be condemned with the world’ [= Tetapi pada waktu kita dihakimi, kita dihajar oleh
Tuhan, supaya kita tidak dihukum bersama dengan dunia].
Calvin (tentang
Maz 89:35): “He had said above, ‘If the children of David break my
statutes;’ and now, alluding to that
breach, he declares that he will not requite them as they requite him, ‘My
covenant will I not break,’ implying, that although his people may not
altogether act in a manner corresponding to their vocation, as they ought to
do, he will not suffer his covenant to be broken and disannulled on account of
their fault, because he will promptly and effectually prevent this in the way
of blotting out their sins by a gratuitous pardon. ... When the Jews, by
their ingratitude and treachery, revolted from him, the covenant was not
disannulled, because it was founded upon the perfect immutability of his
nature. And still, at the present day, when our sins mount even to the heavens,
the goodness of God fails not to rise above them, since it is far above the
heavens.”
[= Ia telah mengatakan di atas, ‘Jika anak-anak Daud melanggar
peraturan-peraturanKu’; dan sekarang, menyinggung tentang pelanggaran itu, Ia
menyatakan bahwa Ia tidak akan membalas mereka seperti mereka membalasNya,
‘PerjanjianKu tidak akan Aku langgar’, secara tak langsung menunjukkan bahwa sekalipun umatNya bisa sama sekali tidak bertindak dengan
cara yang sesuai dengan panggilan mereka, seperti yang seharusnya mereka
lakukan, Ia tidak akan mengijinkan perjanjianNya untuk dihancurkan dan
dibatalkan karena kesalahan mereka, karena Ia akan dengan segera dan
secara effektif menghalangi ini dengan cara menghapuskan dosa-dosa mereka oleh
suatu pengampunan yang penuh kasih karunia. ... Pada waktu orang-orang Yahudi,
oleh rasa tidak tahu terima kasih dan pengkhianatan mereka, memberontak dari
Dia, perjanjian itu tidak dibatalkan, karena perjanjian itu didasarkan pada
ketidak-berubahan yang mutlak dari sifat dasar / hakekatNya. Dan tetap, pada jaman ini, pada waktu dosa-dosa kita meningkat bahkan
sampai ke surga / langit, kebaikan Allah tidak gagal untuk naik melampaui
dosa-dosa itu, karena kebaikanNya berada jauh di atas surga / langit.] - hal 444-445.
Matthew Henry (tentang Maz 89): “His seed shall endure for ever, and with it his
throne. Now this will be differently understood according as we apply it to
Christ or David. (1.) If we apply it to David, by his seed we are to understand
his successors, Solomon and the following kings of Judah, who descended from
the loins of David. It is supposed that they might degenerate, and not walk in
the spirit and steps of their father David; in such a case they must expect to
come under divine rebukes, such as the house of David was at this time under, v. 38. But let this encourage them,
that, though they were corrected, they should not be abandoned or disinherited.
... If David’s posterity, in after-times, should forsake God and their duty and
revolt to the ways of sin, God would bring desolating judgments upon them and
ruin the family; and yet he would not take away his lovingkindness from David,
nor break his covenant with him; for, in the Messiah, who should come out of
his loins, all these promises shall have their accomplishment to the full.
Thus, when the Jews were rejected, the apostle shows that God’s covenant with
Abraham was not broken, because it was fulfilled in his spiritual seed, the
heirs of the righteousness of faith, Rom 11:7. (2.) If we apply it to Christ,
by his seed we are to understand his subjects, all believers, his spiritual
seed, the children which God has given him, Heb 2:13. This is that seed which
shall be made to endure for ever, ... To the end Christ shall have a people in
the world to serve and honour him.” [= Keturunannya akan bertahan selama-lamanya, dan bersama itu
takhtanya. Ini akan dimengerti secara berbeda kalau diterapkan kepada Kristus
atau kepada Daud. (1) Jika kita menerapkannya kepada Daud, dengan
‘keturunannya’ kita harus mengerti pengganti-penggantinya, Salomo dan raja-raja berikutnya dari Yehuda, yang diturunkan dari
tubuh Daud. Dianggap bahwa mereka mungkin menjadi rusak, dan tidak berjalan
dalam roh dan langkah / jejak dari bapa / nenek moyang mereka, Daud; dalam
kasus seperti itu mereka harus mengharapkan untuk datang di bawah kemarahan
ilahi, seperti keluarga Daud pada saat ini ada di bawahnya, ay 39. Tetapi
hendaklah ini memberi semangat kepada mereka, bahwa, sekalipun mereka dihukum
untuk memperbaiki mereka, mereka tidak ditinggalkan atau dicabut hak warisnya.
... Jika keturunan Daud, di waktu belakangan, meninggalkan Allah dan kewajiban
mereka, dan memberontak ke jalan dosa, Allah akan membawa penghakiman yang
muram terhadap mereka dan menghancurkan keluarga mereka; tetapi Ia tidak akan
menghapus kebaikanNya yang penuh kasih dari Daud, ataupun membatalkan
perjanjianNya dengan dia; karena dalam diri Mesias,
yang harus datang dari tubuhnya, semua janji-janji ini akan mendapatkan
penggenapan mereka sepenuhnya. Karena itu, pada waktu orang-orang
Yahudi ditolak, sang rasul menunjukkan bahwa
perjanjian Allah dengan Abraham tidak dibatalkan, karena perjanjian itu
digenapi dalam keturunan rohaninya, pewaris-pewaris dari kebenaran dari iman,
Ro 11:7. (2) Jika kita menerapkannya kepada Kristus, dengan
‘keturunanNya’ kita harus mengertinya sebagai
orang-orang yang ada di bawah otoritasNya, semua orang percaya, keturunan
rohaniNya, anak-anak yang Allah berikan kepadaNya, Ibr 2:13. Ini adalah
keturunan yang akan dibuat bertahan selama-lamanya, ... Sampai akhir
Kristus akan mempunyai suatu umat di dunia untuk melayani dan menghormatiNya.].
Matthew Henry memberikan 3 ayat referensi yang saya berikan di bawah
ini. Tetapi Maz 89:39 saya berikan dengan kontextnya, sampai akhir dari pasal
itu.
Maz 89:39-53 - “(39) Tetapi Engkau sendiri menolak dan membuang,
menjadi gemas kepada orang yang Kauurapi, (40) membatalkan perjanjian dengan
hambaMu, menajiskan mahkotanya laksana debu, (41) melanda segala temboknya,
membuat kubu-kubunya menjadi reruntuhan. (42) Semua orang yang lewat di jalan
merampoknya, dan ia menjadi cela bagi tetangganya. (43) Engkau telah
meninggikan tangan kanan para lawannya, telah membuat semua musuhnya
bersukacita. (44) Juga Kaubalikkan mata pedangnya, dan tidak membuat dia dapat
bertahan dalam peperangan. (45) Engkau menghentikan kegemilangannya, dan
takhtanya Kaucampakkan ke bumi. (46) Kaupendekkan masa mudanya, Kauselubungi
dia dengan malu. Sela (47) Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi
terus-menerus, berkobar-kobar murkaMu laksana api? (48) Ingatlah apa umur hidup
itu, betapa sia-sia Kauciptakan semua anak manusia! (49) Siapakah orang yang
hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari
kuasa dunia orang mati? Sela (50) Di manakah kasih setiaMu yang mula-mula, ya
Tuhan, yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada Daud demi kesetiaanMu? (51)
Ingatlah cela hambaMu, ya Tuhan, bahwa dalam dadaku aku menanggung penghinaan
segala bangsa, (52) yang dilontarkan oleh musuh-musuhMu, ya TUHAN, yang
dilontarkan mencela jejak langkah orang yang Kauurapi. (53) Terpujilah TUHAN
untuk selama-lamanya! Amin, ya amin.”.
Catatan: dalam seluruh Maz 89
ini penomoran ayat antara Alkitab bahasa Inggris dan Indonesia berbeda. Ay 1
dalam Alkitab bahasa Inggris adalah ay 2 dalam Alkitab Indonesia, dan
seterusnya.
Jelas bahwa apa yang dibicarakan dalam text di atas ini tidak mungkin
ditafsirkan bahwa Tuhan betul-betul membatalkan perjanjianNya. Ini hanya
menunjukkan bahwa kelihatannya
(dari sudut pandang manusia) Tuhan bersikap seperti itu. Dan mulai ay 47
sang Pemazmur berdoa, dan ini menunjukkan bahwa sekalipun semua kelihatannya
sangat buruk, bahkan seolah-olah Tuhan telah meninggalkan mereka, tetapi sang
Pemazmur tetap beriman bahwa sesungguhnya faktanya tidaklah demikian.
Ro 11:7 - “Jadi
bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang
terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya,”.
Ibr 2:13b - “‘Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah
diberikan Allah kepadaKu.’”.
Matthew Henry (tentang Maz 89): “It is here supposed that there will be much amiss in
the subjects of Christ’s kingdom. His children may forsake God’s law (v. 30) by
omissions, and break his statutes (v. 31) by commissions. ... Their being
related to Christ shall not excuse them from being called to an account. But
observe what affliction is to God’s people. 1. It is but a rod, not an axe, not
a sword; it is for correction, not for destruction. This denotes gentleness in
the affliction; it is the rod of men, such a rod as men use in correcting their
children; and it denotes a design of good in and by the affliction, such a rod
as yields the peaceable fruit of righteousness. 2. It is a rod on the hand of
God (I will visit them), he who is wise, and knows what he does, gracious, and
will do what is best.” [= Di sini
dianggap bahwa disana akan ada banyak kesalahan dalam orang-orang yang berada
di bawah otoritas dari kerajaan Kristus. Anak-anakNya bisa meninggalkan
hukum-hukum Allah (ay 31) oleh pengabaian, dan melanggar
peraturan-peraturanNya (ay 32) oleh tindakan-tindakan. ... Hubungan mereka
dengan Kristus tidak akan membebaskan mereka dari panggilan untuk
pertanggung-jawaban. Tetapi perhatikan apa penderitaan itu bagi umat Allah. 1. Itu hanyalah tongkat, bukan kapak, bukan pedang; itu adalah
untuk memperbaiki, bukan untuk menghancurkan. Ini menunjukkan
kelembutan dalam penderitaan; itu adalah tongkat manusia, seperti tongkat yang
dipakai oleh manusia untuk memperbaiki anak-anak mereka; dan itu menunjukkan rancangan yang baik dalam dan oleh
penderitaan itu, seperti sebuah tongkat karena menghasilkan buah kebenaran yang
penuh damai. 2. Itu adalah tongkat di
tangan Allah (Aku akan mengunjungi
mereka), Ia yang bijaksana, dan tahu apa yang Ia
lakukan, penuh kasih karunia, dan akan melakukan apa yang terbaik.].
Catatan:
Maz 89:33 - “maka
Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan
mereka dengan pukulan-pukulan.”.
KJV: ‘Then will
I visit their transgression with the rod, and their iniquity with
stripes’ [= Maka Aku akan mengunjungi pelanggaran mereka dengan tongkat,
dan kesalahan mereka dengan cambuk].
Matthew Henry:
“Note,
Afflictions are not only consistent with covenant-love, but to the people of
God they flow from it. Though David’s seed be chastened, it does not follow
that they are disinherited; they may be cast down, but they are not cast off.” [= Perhatikan, Penderitaan-penderitaan bukan hanya
konsisten dengan kasih perjanjian, tetapi bagi umat Allah penderitaan itu
keluar dari kasih perjanjian. Sekalipun keturunan
Daud dihajar, itu tidak berarti mereka dicabut dari hak waris; mereka bisa
sedih / tertekan, tetapi mereka tidak dibuang.].
Barnes’ Notes (tentang Maz 89:33): “‘Then will I visit their transgression with the rod.’
They shall be punished, though my mercy shall not be wholly taken from them.
God has two objects in his dealings with his backsliding and offending people;
(a) one is to show his displeasure at their conduct, or to punish them; (b) the
other is to reclaim them. All who have been truly converted, or who are truly
his people, will be recovered though they fall into sin; but it may be done,
and will be likely to be done, in such a way as to show his own displeasure at
their offences.” [= ‘Maka Aku akan
mengunjungi pelanggaran mereka dengan tongkat’. Mereka
akan dihukum, sekalipun belas kasihanKu tidak akan diambil sepenuhnya dari
mereka. Allah mempunyai dua tujuan dalam penangananNya terhadap
umatNya yang mundur dan bersalah; (a) yang satu adalah menunjukkan
ketidak-senanganNya pada tingkah laku mereka, atau menghukum mereka; (b) yang
lain adalah untuk memperoleh mereka kembali. Semua
yang telah sungguh-sungguh bertobat, atau yang sungguh-sungguh adalah umatNya,
akan dipulihkan sekalipun mereka jatuh ke dalam dosa; tetapi itu bisa
dilakukan, dan sangat mungkin akan dilakukan, dengan suatu cara sehingga
menunjukkan ketidak-senanganNya sendiri terhadap kesalahan-kesalahan mereka.].
Barnes’ Notes (tentang Maz 89:34): “‘Will I not utterly take from him.’ ... This passage
contains a very important principle in regard to the dealings of God with his
people. The principle is, that if people are converted, if they in fact become
his people - he will never suffer them wholly to fall away and perish. They may
be suffered to backslide; they may fall into sin, but they will not be allowed
to go so far as to apostatize wholly. They will be brought back again. Whatever
method may be necessary for this, will be adopted.
Commands; warnings; entreaties; remonstrances; their own experience; the
admonitions of others; the influences of the Holy Spirit: judgments and
calamities; sickness; loss of property; bereavement; disappointment; disgrace;
any of these, or all of these, may be resorted to, in order to bring
them back; but they will be brought back. God, in mercy and in love, will so
visit them with sorrow and trouble that they shall be recovered, and that their
‘spirit shall be saved in the day of the Lord Jesus.’” [= ‘Aku tidak akan mengambilnya sama sekali dari
dia’. ... Text ini mengandung suatu prinsip yang sangat penting berkenaan
dengan penanganan Allah terhadap umatNya. Prinsipnya
adalah bahwa jika orang-orang dipertobatkan, jika mereka dalam faktanya menjadi
umatNya - Ia tidak akan membiarkan mereka murtad sepenuhnya dan binasa.
Mereka bisa dibiarkan untuk mundur; mereka bisa jatuh ke dalam dosa, tetapi mereka tidak akan diijinkan untuk berjalan begitu jauh
sehingga murtad seluruhnya. Mereka akan dibawa kembali lagi. Apapun metode yang bisa diperlukan untuk ini, akan diambil.
Perintah; peringatan; protes / bujukan; pengalaman mereka sendiri; nasehat dari
orang lain; pengaruh dari Roh Kudus; penghakiman dan bencana; penyakit;
kehilangan harta; kehilangan melalui kematian; kekecewaan; rasa malu; yang
manapun dari hal-hal ini, atau semua hal-hal ini, bisa diusahakan untuk membawa
mereka kembali; tetapi mereka akan
dibawa kembali. Allah, dalam belas kasihan dan dalam kasih,
akan mengunjungi mereka sedemikian rupa dengan kesedihan dan kesukaran sehingga
mereka akan dipulihkan, dan supaya ‘roh mereka akan diselamatkan pada hari
Tuhan Yesus’.].
Bdk. 1Kor 5:4-5 - “(4) Bilamana kita berkumpul dalam
roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, (5) orang
itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa
tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.”.
C. H. Spurgeon
(tentang Maz 89:33): “Ver. 32. ‘Then will I visit their transgressions
with the rod.’ ... He hates sin too
much not to visit it, and he loves his saints too well not to chasten them. ...
As sin is so frequent, the rod never rests long together; in God’s family the
rod is not spared, or the children would be spoiled.” [= Ay 33. ‘maka Aku akan mengunjungi pelanggaran
mereka dengan tongkat’. ... Ia terlalu membenci dosa untuk tidak
mengunjunginya, dan Ia mengasihi orang-orang kudus terlalu baik untuk tidak
menghajar mereka. ... Karena dosa begitu sering, tongkat tidak pernah berhenti
/ beristirahat lama; dalam keluarga Allah tongkat tidak dihemat, atau anak-anak
akan dimanjakan / dirusak.] - hal 32.
C. H.
Spurgeon (tentang Maz 89:34): “Ver.
33. ‘Nevertheless.’ And a glorious nevertheless too! ‘Nevertheless
my lovingkindness will I not utterly take from him.’ O glorious fear killing sentence! This crowns the covenant with
exceeding glory. Mercy may seem to depart from the Lord’s chosen, but it shall
never altogether do so. Jesus still enjoys the divine favour, and we are in
him, and therefore under the most trying circumstances the Lord’s
lovingkindness to each one of his chosen will endure the strain. If the
covenant could be made void by our sins it would have been void long ere this;
and if renewed its tenure would not be worth an hour’s purchase if it had
remained dependent upon us. God may leave his people, and they may thereby
suffer much and fall very low, but utterly and altogether he never can remove
his love from them; for that would be to cast a reflection upon his own truth,
and this he will never allow, for he adds, ‘nor suffer my faithfulness
to fail.’ Man fails in all points, but
God in none. To be faithful is one of the eternal characteristics of God, in
which he always places a great part of his glory: his truth is one of his
peculiar treasures and crown jewels, and he will never endure that it should be
tarnished in any degree. This passage sweetly assures us that the heirs of
glory shall not be utterly cast off. Let those deny the safety of the saints who
choose to do so, we have not so learned Christ. We believe in the gospel rod,
but not in the penal sword for the adopted sons.” [= Ay 34. ‘Tetapi’. Dan
suatu ‘tetapi’ yang mulia! ‘Tetapi kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan Kuambil sama sekali dari
dia’. Betul-betul suatu kalimat mulia yang membunuh rasa takut! Ini memahkotai
perjanjian dengan kemuliaan yang berlimpah-limpah. Belas kasihan bisa kelihatannya meninggalkan orang-orang
pilihan Tuhan, tetapi itu tidak akan pernah sepenuhnya
berbuat demikian.
Yesus tetap menikmati kebaikan ilahi, dan kita ada dalam Dia, dan karena itu,
di bawah keadaan yang paling mencobai, kebaikan yang penuh kasih dari Tuhan
kepada setiap orang pilihanNya akan menahan ketegangan itu. Seandainya perjanjian itu bisa
dibatalkan oleh dosa-dosa kita, perjanjian itu akan sudah batal jauh sebelum
ini; dan jika diperbaharui kedudukannya tidak akan mempunyai nilai pembelian 1
jam jika itu tetap tergantung kepada kita. Allah bisa meninggalkan umatNya, dan oleh hal itu mereka bisa
banyak menderita dan jatuh sangat dalam, tetapi Ia tidak pernah bisa sepenuhnya
menyingkirkan kasihNya dari mereka; karena itu akan memberikan suatu bayangan / celaan pada
kebenaranNya sendiri, dan ini Ia tidak akan pernah mengijinkan, karena Ia
menambahkan, ‘ataupun mengijinkan kesetiaanKu untuk gagal’. Manusia gagal dalam
banyak hal, tetapi Allah tidak pernah gagal dalam apapun. Setia adalah salah
satu dari karakteristik yang kekal dari Allah, dalam mana Ia selalu menempatkan
sebagian besar dari kemuliaanNya: kebenaranNya merupakan salah satu harta
khusus dan permata terbaikNya, dan Ia tidak akan pernah tahan bahwa itu dinodai
/ dipudarkan dalam tingkat apapun. Text ini dengan manis menjamin / meyakinkan
kita bahwa pewaris-pewaris dari kemuliaan tidak akan sepenuhnya dibuang.
Biarlah mereka menyangkal keamanan dari orang-orang kudus yang memilih untuk
bersikap demikian, tetapi kami tidak belajar demikian dari Kristus. Kami percaya kepada tongkat
Injil, tetapi tidak kepada pedang hukuman bagi anak-anak yang diadopsi.] - hal 32.
Maz 89:32 (KJV): ‘Nevertheless
my lovingkindness will I not utterly take from him, nor suffer my faithfulness
to fail’ [= Tetapi kebaikanKu yang penuh kasih tidak
akan Kuambil sama sekali dari dia, ataupun mengijinkan kesetiaanKu untuk gagal].
C. H.
Spurgeon (tentang Maz 89:34): “Ver.
33. ‘Nevertheless my
lovingkindness,’ etc. Except the
covenant of grace had this article in it for remission of sin and for fatherly
correction, to drive unto repentance, that the penitent person coming to God by
faith might have sin forgiven him and lovingkindness shown to him; this
covenant should fail us no less than the covenant of works. - David
Dickson.” [= Ay 34. ‘Namun
/ sekalipun demikian kebaikanKu yang penuh kasih’, dsb. Kecuali perjanjian kasih karunia mempunyai bagian ini di
dalamnya untuk pengampunan dosa dan untuk koreksi kebapaan, untuk mendorong
pada pertobatan, supaya orang-orang bertobat yang datang kepada Allah oleh iman
bisa diampuni dosanya dan kebaikan yang penuh kasih ditunjukkan kepadanya; maka
perjanjian ini akan menjatuhkan kita sama seperti perjanjian perbuatan baik.
- David Dickson.] - hal 50.
Catatan: ‘covenant of
works’ [= perjanjian perbuatan baik] merupakan lawan dari ‘covenant of grace’ [= perjanjian kasih
karunia]. ‘Covenant of works’ [=
perjanjian perbuatan baik] hanya ada pada saat Adam masih belum jatuh ke dalam
dosa.
C. H. Spurgeon (tentang Maz 89:34): “Ver.
33. ‘I will not
utterly take from him.’ Why ‘from him?’
Because all God’s lovingkindness to
his people is centred in Christ. Does God love you? it is because he loves
Christ; you are one with Christ. Your transgressions are your own; they are
separate from Christ; but God’s love is not your own; it is Christ’s: you
receive it because you are one with him. How beautifully that is distinguished
here - ‘If they transgress, I will punish them; but my lovingkindness will I not take from him’ - in whom alone they find it; and in union
with whom alone they enjoy it. - Capel Molyneux.” [= Ay 34. ‘Aku tidak akan sepenuhnya mengambil dari Dia’. Mengapa ‘dari Dia’?
Karena seluruh kebaikan yang penuh kasih dari Allah kepada umatNya berpusat
kepada Kristus. Apakah Allah mengasihi kamu? itu karena Ia mengasihi Kristus;
kamu adalah satu dengan Kristus. Pelanggaran-pelanggaranmu adalah milikmu
sendiri; pelanggaran-pelanggaran itu terpisah dari Kristus; tetapi kasih Allah
bukanlah milikmu sendiri; itu adalah milik Kristus: kamu menerimanya karena
kamu satu dengan Dia. Betapa dengan indahnya hal itu dibedakan di sini - ‘Jika
mereka melanggar, Aku akan menghukum mereka; tetapi kebaikanKu yang penuh kasih
tidak akan Aku ambil dari Dia’ - dalam Dia saja mereka mendapatkannya; dan
dalam persatuan dengan Dia saja mereka menikmatinya. - Capel Molyneux.] - hal 50-51.
Catatan:
a. Kata-kata
“Tetapi
kasih setiaKu tidak akan Kujauhkan dari padanya” dalam ay 34, kelihatannya diterapkan baik kepada
Salomo maupun kepada Kristus sebagai anti-TYPE dari Salomo. Demikian juga
dengan kutipan-kutipan di bawah.
b. Saya
berpendapat bahwa ada sesuatu yang tidak tepat dalam kata-kata di atas ini,
karena Allah bukannya mengasihi kita sejak kita percaya kepada Kristus atau
menjadi satu dengan Kristus. Ia sudah mengasihi kita pada waktu kita masih ada
dalam dosa (Ro 5:8 - “Akan
tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa.”).
Tetapi mungkin orang ini meninjaunya dari sudut rencana Allah / predestinasi.
Bdk. Ef 1:4-5 - “(4)
Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya
kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam
kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk
menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya,”.
C. H. Spurgeon (tentang Maz 89:34): “Ver.
33. ‘From him.’ The words, ‘Nevertheless my
lovingkindness will I not utterly take from him,’ are worthy of consideration; for the question being about those who are
chastised, it would appear that he should have written, ‘from them,’ and not
‘from him.’ But the prophet has thus worded it, because, being the children and
members of his Christ, the favours which God bestows upon us belong to him in
some manner; and it seems that the Psalmist wishes to show us hereby, that it
is in Jesus Christ, and for love of him alone, that God bestows favours on us.
And that which follows, in Psalm 89:34 verse, agrees herewith, - ‘My
covenant will I not break’ - for it is
properly to Jesus Christ, on account of his admirable obedience, that God the
Father has promised to be merciful to our iniquities, and never to leave one of
those to perish who are in covenant with him. - Jean Daille.” [= Ay 34. ‘Dari Dia’. Kata-kata ‘Tetapi kebaikanKu
yang penuh kasih tidak akan sepenuhnya Aku ambil dari Dia’,
merupakan sesuatu yang layak direnungkan; karena persoalan tentang mereka yang dihajar,
kelihatannya ia seharusnya menuliskan ‘dari mereka’, dan bukan ‘dari Dia’.
Tetapi sang nabi memberi kata-kata seperti itu, karena sebagai anak-anak dan
anggota-anggota dari KristusNya, kebaikan yang Allah berikan kepada kita adalah
milikNya dalam cara tertentu; dan kelihatannya sang
Pemazmur ingin menunjukkan kepada kita melalui hal ini, bahwa adalah dalam
Yesus Kristus, dan demi kasih untuk Dia saja, bahwa Allah memberikan kebaikan
kepada kita. Dan yang selanjutnya, dalam Maz 89:35, sesuai dengan
ini, - ‘PerjanjianKu tidak akan Aku langgar’ - karena adalah benar bagi Yesus
Kristus, karena ketaatanNya yang patut dikagumi, bahwa Allah Bapa telah
berjanji untuk bersikap penuh belas kasihan pada kesalahan-kesalahan kita, dan
tidak pernah meninggalkan satupun dari mereka untuk binasa, yang ada dalam
perjanjian dengan Dia. - Jean Daille.]
hal 51.
Calvin
(tentang Maz 89:34): “‘My lovingkindness or mercy will I not
withdraw from Him.’ It ought
surely to have been said, ‘them’ instead
of ‘him,’ since it is children
in the plural number who are before
spoken of. But it is very probable that this form of expression is purposely
employed to teach us that we are reconciled to God only through Christ; and
that if we would expect to find mercy, we must seek for it from that source
alone.” [= ‘KebaikanKu yang penuh kasih atau belas kasihanKu tidak akan
Aku tarik dari Dia’.
Pasti seharusnya dikatakan ‘mereka’ dan
bukannya ‘Dia’, karena adalah ‘anak-anak’ dalam
bentuk jamak yang sebelumnya dibicarakan. Tetapi
adalah mungkin bahwa bentuk ungkapan ini secara sengaja digunakan untuk
mengajar kita bahwa kita diperdamaikan dengan Allah hanya melalui Kristus; dan
bahwa jika kita ingin mengharapkan untuk mendapatkan belas kasihan, kita harus
mencarinya dari sumber itu saja.].
-bersambung-