PROVIDENCE OF GOD (26)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
b) Bagaimana pandangan kita terhadap orang yang menganggap diri bukan Arminian ataupun Calvinist / Reformed?
Loraine Boettner: “It must be evident that there are just two theories which can be maintained by evangelical Christians upon this important subject; that all men who have made any study of it, and who have reached any settled conclusions regarding it, MUST BE EITHER CALVINISTS OR ARMINIANS. There is no other position which a ‘Christian’ can take. Those who deny the sacrificial nature of Christ’s death turn to a system of self-salvation or naturalism, and cannot be called ‘Christians’ in the historical and only proper sense of the term.” [= Haruslah jelas / dimengerti bahwa di sana hanya ada dua teori yang bisa diterima /
Catatan: dua teori yang lain adalah Pelagianisme, dan Semi-Pelagianis
Catatan: sebetulnya berkenaan dengan doktrin keselamatan, ada 2 pandangan sesat yang lain, yaitu Universalisme dan Pluralisme.
Loraine Boettner: “Universalism, - which holds that Christ died for all men and that eventually all shall be saved, either in this life or through a future probation. This view perhaps makes the strongest appeal to our feelings, but is un-Scriptural, and has never been held by an organized Christian church.” [= Universalisme, - yang mempercayai bahwa Kristus mati untuk semua orang dan bahwa pada akhirnya semua akan diselamatkan, atau dalam kehidupan ini atau melalui suatu masa percobaan yang akan datang. Pandangan ini mungkin membuat daya tarik terkuat pada perasaan kita, tetapi adalah tidak Alkitabiah, dan tidak pernah dipercayai oleh suatu gereja Kristen yang terorganisir.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’
Sedangkan Pluralisme, yang mempercayai bahwa selain Kristus ada jalan-jalan yang lain (agama-agama lain), harus dianggap sebagai termasuk dalam Pelagianisme, yang jelas mempercayai keselamatan karena perbuatan baik.
Sekarang mari kita melihat konfrontasi antara Agustinus dan Pelagius, pada awal abad 5 M., yang akhirnya menyebabkan adanya 4 pandangan:
1. Pelagianisme.
2. Augustinianisme
3. Pandangan-panda
a. Semi-Pelagianis
b. Semi-Augustinia
KONFRONTASI AGUSTINUS VS PELAGIUS.
Pelagius adalah seorang biarawan Inggris, yang datang ke Roma sekitar tahun 400 M, dan tinggal di Roma selama beberapa tahun. Ia sangat terkejut melihat moral yang begitu rendah di sana, dan ia mulai berusaha untuk mendesak Roma supaya memperbaiki diri mereka. Ia menekankan tanggung jawab dan kemampuan manusia. Ia menolak doktrin tentang dosa asal dan akibatnya pada manusia. Ia berpendapat bahwa semua manusia ada dalam kondisi seperti Adam yang mempunyai kebebasan untuk berbuat dosa atau tidak berbuat dosa. Ia percaya bahwa Allah tidak memilih (Predestinasi),
1. Adam akan mati sekalipun tidak berdosa.
2. Dosa Adam hanya berakibat negatif pada dirinya sendiri dan tidak pada seluruh umat manusia.
3. Bayi yang baru lahir ada dalam keadaan seperti Adam sebelum jatuh ke dalam dosa.
4. Bukan karena dosa atau oleh Adam maka seluruh umat manusia mati, dan bukan oleh kebangkitan (Yesus) maka semua dibangkitkan.
5. Taurat maupun Injil membawa manusia pada Kerajaan Allah. Seseorang bisa masuk surga dengan mentaati hukum Taurat.
6. Bahkan sebelum Kristus, ada orang yang hidup suci / tanpa dosa.
Ini jelas bertentangan dengan pandangan Agustinus, yang berpendapat bahwa:
1. Pada waktu Adam yang suci itu jatuh ke dalam dosa, semua manusia yang diturunkannya dengan cara biasa, jatuh ke dalam dosa dengan dia.
2. Karena kejatuhan Adam dan adanya dosa asal itu, sekarang manusia mati secara rohani, dan terpisah dari Allah, dan layak untuk dihukum.
3. Tetapi, Allah menetapkan sebagian untuk diselamatkan, dan sisanya untuk dibinasakan.
4. Jumlah orang pilihan ini sudah ditetapkan dan tidak bisa berubah.
5. Orang pilihan diselamatkan oleh kasih karunia yang tidak bisa ditolak dan mereka akan terus bertekun sampai akhir.
Semua ini saya ambil dari buku Dr. Albert H. Freundt, Jr., ‘History of Early Christianity’, hal 57.
Setelah pandangan Pelagius ini dikecam dan dinyatakan sebagai sesat, beserta para pengajarnya, lalu muncul pandangan-panda
Schema Augustinianisme
Pelagianisme - Manusia dilahirkan dalam keadaan baik dan bisa melakukan apa yang perlu untuk keselamatan.
Semi-pelagianis
Semi-Augustinia
Augustinianisme
Kalau mau lebih mendetail maka ini schemanya:
Pelagianisme:
1. Tentang Manusia - Kemampuan moral sepenuhnya.
2. Tentang Pemilihan / predestinasi - tidak ada.
3. Tentang kasih karunia - tidak ada, kecuali Allah telah menyatakan kehendakNya dalam Kristus.
1. Tentang Manusia - Kemampuan moral sepenuhnya.
2. Tentang Pemilihan / predestinasi - tidak ada.
3. Tentang kasih karunia - tidak ada, kecuali Allah telah menyatakan kehendakNya dalam Kristus.
Semi-Pelagianis
1. Tentang Manusia - Kemampuan moral sebagian (manusia bisa layak mendapat kasih karunia).
2. Tentang pemilihan / predestinasi - Bersyarat (berdasarkan pengetahuan lebih dulu dari Allah).
3. Tentang kasih karunia - Perlu (manusia bergerak; Allah menolong).
1. Tentang Manusia - Kemampuan moral sebagian (manusia bisa layak mendapat kasih karunia).
2. Tentang pemilihan / predestinasi - Bersyarat (berdasarkan pengetahuan lebih dulu dari Allah).
3. Tentang kasih karunia - Perlu (manusia bergerak; Allah menolong).
Semi-Augustinia
1. Tentang manusia - ketidakmampuan moral (tetapi manusia bisa menerima atau menolak kasih karunia ilahi).
2. Tentang pemilihan / predestinasi - tidak ada penentuan binasa (Allah tidak menentukan siapapun untuk terhilang secara kekal).
3. Tentang kasih karunia - mendahului (iman manusia adalah tanggapan terhadap Allah yang lebih dulu mendekati dia).
1. Tentang manusia - ketidakmampuan moral (tetapi manusia bisa menerima atau menolak kasih karunia ilahi).
2. Tentang pemilihan / predestinasi - tidak ada penentuan binasa (Allah tidak menentukan siapapun untuk terhilang secara kekal).
3. Tentang kasih karunia - mendahului (iman manusia adalah tanggapan terhadap Allah yang lebih dulu mendekati dia).
Augustinianisme
1. Tentang manusia - Kebejatan total (ketidakmampuan
2. Tentang pemilihan / predestinasi - Tidak bersyarat (tidak didasarkan atas pengetahuan lebih dulu dari Allah).
3. Tentang kasih karunia - Tidak bisa ditolak.
1. Tentang manusia - Kebejatan total (ketidakmampuan
2. Tentang pemilihan / predestinasi - Tidak bersyarat (tidak didasarkan atas pengetahuan lebih dulu dari Allah).
3. Tentang kasih karunia - Tidak bisa ditolak.
Loraine Boettner: “Arminianism in its radical and more fully developed forms is essentially a recrudescence of Pelagianism, a type of self-salvation.
Perlu diketahui bahwa ini bukan pertama kalinya terjadi konfrontasi antara ajaran yang benar dan sesat, yang lalu menghasilkan pandangan antara.
Dalam sejarah pada waktu terjadi pertentangan antara pandangan yang benar dan sesat, memang sering lalu muncul pandangan kompromi YANG TIDAK MAU MELEPASKAN KESESATAN SECARA TUNTAS.
Contoh:
a. Dalam persoalan keselamatan karena iman saja.
Orang Yahudi / Yudaisme mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik / ketaatan / usaha manusia. Tetapi Yesus dan rasul-rasul mengajarkan keselamatan hanya karena iman (Yoh 3:16 Ro 3:27-28 Gal 2:16,21 Ef 2:8-9). Lalu muncul orang Yahudi kristen, dengan pandangan komprominya, yang sekalipun beriman kepada Yesus sebagai Juruselamat, tetapi tetap menekankan sunat dan adat istiadat Yahudi (Kis 15:1-2 bdk. seluruh surat Galatia).
Orang Yahudi / Yudaisme mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik / ketaatan / usaha manusia. Tetapi Yesus dan rasul-rasul mengajarkan keselamatan hanya karena iman (Yoh 3:16 Ro 3:27-28 Gal 2:16,21 Ef 2:8-9). Lalu muncul orang Yahudi kristen, dengan pandangan komprominya, yang sekalipun beriman kepada Yesus sebagai Juruselamat, tetapi tetap menekankan sunat dan adat istiadat Yahudi (Kis 15:1-2 bdk. seluruh surat Galatia).
b. Dalam persoalan Allah Tritunggal.
Seorang yang bernama Arius (pendiri dari Arianisme, yang akhirnya ‘ber-reinkarnas
Gereja lalu mengadakan sidang, yaitu The Council of Nicea, pada tahun 325 M, dan menimbulkan Pengakuan Iman Nicea, yang menyatakan bahwa Anak mempunyai hakekat yang sama / satu dengan Bapa (bahasa Yunaninya: HOMO-OUSION).
Tetapi lalu muncul pandangan Semi-Arianisme,
Seorang yang bernama Arius (pendiri dari Arianisme, yang akhirnya ‘ber-reinkarnas
Gereja lalu mengadakan sidang, yaitu The Council of Nicea, pada tahun 325 M, dan menimbulkan Pengakuan Iman Nicea, yang menyatakan bahwa Anak mempunyai hakekat yang sama / satu dengan Bapa (bahasa Yunaninya: HOMO-OUSION).
Tetapi lalu muncul pandangan Semi-Arianisme,
c. Dalam persoalan Kristologi.
Seorang yang bernama Eutyches mengajarkan ajaran sesatnya yang mengatakan bahwa setelah inkarnasi, Kristus hanya mempunyai satu hakekat saja, yaitu hakekat ilahi (karena hakekat manusianya diserap oleh hakekat ilahinya).
Ini menyebabkan terjadinya Sidang gereja di kota Chalcedon, pada tahun 451 M, yang menimbulkan Pengakuan Iman Chalcedon, yang menyatakan bahwa Kristus setelah inkarnasi tetap mempunyai 2 hakekat, yaitu hakekat ilahi dan hakekat manusia, yang masing-masing mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri
Lalu muncul pandangan kompromi yang disebut Monophysitism, yang mengatakan bahwa Kristus mempunyai hanya satu hakekat, yaitu hakekat ilahi, tetapi disertai dengan sifat-sifat manusia tertentu.
Juga muncul pandangan kompromi yang lain yang disebut Monothelitism, yang mengatakan bahwa Kristus memang mempunyai 2 hakekat, yaitu ilahi dan manusia, tetapi hanya mempunyai 1 kehendak.
Seorang yang bernama Eutyches mengajarkan ajaran sesatnya yang mengatakan bahwa setelah inkarnasi, Kristus hanya mempunyai satu hakekat saja, yaitu hakekat ilahi (karena hakekat manusianya diserap oleh hakekat ilahinya).
Ini menyebabkan terjadinya Sidang gereja di kota Chalcedon, pada tahun 451 M, yang menimbulkan Pengakuan Iman Chalcedon, yang menyatakan bahwa Kristus setelah inkarnasi tetap mempunyai 2 hakekat, yaitu hakekat ilahi dan hakekat manusia, yang masing-masing mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri
Lalu muncul pandangan kompromi yang disebut Monophysitism, yang mengatakan bahwa Kristus mempunyai hanya satu hakekat, yaitu hakekat ilahi, tetapi disertai dengan sifat-sifat manusia tertentu.
Juga muncul pandangan kompromi yang lain yang disebut Monothelitism, yang mengatakan bahwa Kristus memang mempunyai 2 hakekat, yaitu ilahi dan manusia, tetapi hanya mempunyai 1 kehendak.
Mungkin saudara bertanya: apa tujuan setan memberi pandangan kompromi yang setengah gila tersebut? Ada 2 kemungkinan alasan dari setan:
1. Setan mungkin bertujuan supaya pandangan yang gila (Pelagianisme) kelihatan sebagai extrim kiri, pandangan yang waras (Augustinianism
Kalau saudara tergoda untuk berpikir begitu, maka pikirkan hal ini: itu berarti bahwa pada awal abad ke 5 itu terjadi pertentangan antara 2 pandangan extrim, extrim kanan (Augustinianism
Masuk akalkah bahwa ada 2 ajaran sesat, yang sama-sama berasal dari setan, bertempur, lalu sebagai akibatnya muncul ajaran yang benar / dari Tuhan?
Apakah tidak lebih masuk akal kalau pada abad ke 5 itu terjadi pertentangan antara ajaran benar (Augustinianism
2. Setan tahu bahwa ajaran yang setengah sesat lebih mudah diterima manusia dari pada ajaran yang sesat secara total.
Sama saja kalau saudara mau meracuni seseorang, jauh lebih mudah memberi dia makan yang dicampur racun dari pada memberi dia racun 100 %.
Dalam faktanya memang jaman sekarang boleh dikatakan tidak ada gereja yang menganut Pelagianisme, tetapi ada banyak gereja (mungkin mayoritas) yang menganut Arminianisme.
Sama saja kalau saudara mau meracuni seseorang, jauh lebih mudah memberi dia makan yang dicampur racun dari pada memberi dia racun 100 %.
Dalam faktanya memang jaman sekarang boleh dikatakan tidak ada gereja yang menganut Pelagianisme, tetapi ada banyak gereja (mungkin mayoritas) yang menganut Arminianisme.
c) Apakah hanya orang Reformed yang akan masuk surga, sedangkan orang Arminian / non Reformed akan masuk neraka?
Kebenaran dari doktrin Calvinisme (termasuk Providence of God, dan doktrin tentang penentuan segala sesuatu), dan kesalahan dari doktrin Arminianisme, tidak berarti bahwa hanya Calvinist yang bisa masuk surga, atau bahwa semua orang Arminian akan masuk neraka. Mengapa? Karena masuk surga atau tidak hanya tergantung pada apakah orang itu percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat SECARA BENAR ATAU TIDAK.
Loraine Boettner: “While the Presbyterian Church is preĆ«minently a doctrinal Church, she never demands the full acceptance of her standards by any applicant for admission to her fold. A credible profession of faith in Christ is her only condition of Church membership. She does demand that her ministers and elders shall be Calvinists; yet this is never demanded of lay members. As Calvinists we gladly recognize as our fellow Christians any who trust Christ for their salvation, regardless of how inconsistent their other beliefs may be. We do believe, however, that Calvinism is the only system which is wholly true. And while one can be a Christian without believing the whole Bible, his Christianity will be imperfect in proportion as he departs from the Biblical system of doctrine. In this connection Prof. F. E. Hamilton has well said: ‘A blind, deaf and dumb man can, it is true, know something of the world about him through the senses remaining, but his knowledge will be very imperfect and probably inaccurate. In a similar way, a Christian who never knows or never accepts the deeper teachings of the Bible which Calvinism embodies, may be a Christian, but he will be a very imperfect Christian, and it should be the duty of those who know the whole truth to attempt to lead him into the only storehouse which contains the full riches of true Christianity.’ ... We are not all Calvinists as we travel the road to heaven, but we shall all be Calvinists when we get there. It is our firm conviction that every redeemed soul in heaven will be a thorough-going Calvinist. Christians in general must admit that when we all ‘attain unto the unity of the faith’ (Eph. 4:13), and know the full truth, we shall be either all Calvinists or all Arminians.” [= Sementara Gereja Presbyterian secara unggul merupakan suatu Gereja yang bersifat doktrinal, ia tidak pernah menuntut penerimaan penuh dari standard-standa
Catatan: menurut saya kata-kata “tak peduli betapa tidak konsistennya kepercayaan-kep
-o0o-
