KEMERDEKAAN YANG SESUNGGUHNYA (Sebuah Perspeketif Teologis)
by Samuel T. Gunawan.
 
KEMERDEKAAN YANG SESUNGGUHNYA (Sebuah Perspeketif Teologis) . “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (Galatia 5:1)
Di bulan Agustus ini, bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya,
Namun, sangat menyedihkan bahwa banyak orang secara pribadi dan rohani belum mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya. Mengapa? Karena mereka masih dijajah oleh “penjajah” yang lain, yaitu perbudakan dosa. Dosa telah mencengkram manusia dengan kuatnya dan membelenggu manusia sebagai budaknya. Dan, manusia tidak dapat membebaskan dirinya sendiri. Karena itu, kita perlu bertanya “apakah kita telah mengalami kemerdekaan sejati dari perbudakan dosa ini?” Kemerdekaan sejati ini hanya di dapat di dalam Kristus melalui pekerjaan penebusanNya yang sudah selesai di kayu salib. Rasul Paulus sangat menekankan bahwa Kristus telah memerdekakan orang percaya dari pengaruh-pengar
Selain itu, melalui kematian Kristus di kayu salib, orang Kristen tidak hanya telah dibebaskan dari perbudakan dosa tetapi juga telah dibebaskan dari berbagai perbudakan lainnya, yaitu: Pertama, perbudakan hukum Taurat sebagai suatu sistem keselamatan yang membangkitkan dosa dan memberi kekuatan kepadanya (Galatia 4:21 dab; 5:1; Roma 6:14; 7:5-13; 8:2; 1 Korintus 15:56); (2) Kedua, perbudakan Iblis dan kuasa kegelapan yang jahat (1 Korintus 1:13); Ketiga, perbudakan tahyul dan keyakinan kepada ilah-ilah (1 Korintus 10:29; Galatia 4:8 ); (4) Keempat, perbudakan beban seremonial agama Yahudi (Galatia 2:4); dan (5) Kelima, perbudakan prasangka-prasa
Untuk menerima “anugerah kemerdekaan (eleutheria)” itu maka manusia harus datang kepada Kristus dan percaya kepadaNya (1 Korintus 7:22), kemudian secara sukarela menyerahkan dirinya menjadi hamba Allah (Roma 6:22) dan hamba kebenaran (Roma 6:18 ), serta menjadi saluran berkat bagi banyak orang (1 Korintus 9:19-23). Saat ini, kita yang telah dimerdekakan oleh Yesus dari dosa dan maut, Iblis dan kuasa kegelapan, serta dari kehidupan yang sia-sia, dimaksudkan untuk mengisi kemerdekaan itu dalam suatu kehidupan yang benar, mulia, dan penuh makna (Bandingkan Roma 12:1-2; Efesus 2:8-10). Dengan demikian kemerdekaan itu tidak hanya dimengerti secara negatif, yaitu kemerdekaan dari dosa, iblis, dan lain sebagainya, tetapi secara positif harus diisi dan dimaknai dengan sikap dan tindakan yang benar, baik, kudus, dan mulia. Seseorang pernah mengatakan “Real freedom is not only freedom from, but freedom for”, atau kemerdekaan sejati bukan hanya kemerdekaan dari, tetapi kemerdekaan untuk.
Ringkasnya, rasul Paulus menyatakan, “supaya kita sungguh-sungguh
Akhirnya, selamat menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-74! Tuhan menyertai dan memberkati kita sekalian. Amin
KEMERDEKAAN YANG SESUNGGUHNYA (Sebuah Perspeketif Teologis) . “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (Galatia 5:1)
Di bulan Agustus ini, bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya,
Namun, sangat menyedihkan bahwa banyak orang secara pribadi dan rohani belum mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya. Mengapa? Karena mereka masih dijajah oleh “penjajah” yang lain, yaitu perbudakan dosa. Dosa telah mencengkram manusia dengan kuatnya dan membelenggu manusia sebagai budaknya. Dan, manusia tidak dapat membebaskan dirinya sendiri. Karena itu, kita perlu bertanya “apakah kita telah mengalami kemerdekaan sejati dari perbudakan dosa ini?” Kemerdekaan sejati ini hanya di dapat di dalam Kristus melalui pekerjaan penebusanNya yang sudah selesai di kayu salib. Rasul Paulus sangat menekankan bahwa Kristus telah memerdekakan orang percaya dari pengaruh-pengar
Selain itu, melalui kematian Kristus di kayu salib, orang Kristen tidak hanya telah dibebaskan dari perbudakan dosa tetapi juga telah dibebaskan dari berbagai perbudakan lainnya, yaitu: Pertama, perbudakan hukum Taurat sebagai suatu sistem keselamatan yang membangkitkan dosa dan memberi kekuatan kepadanya (Galatia 4:21 dab; 5:1; Roma 6:14; 7:5-13; 8:2; 1 Korintus 15:56); (2) Kedua, perbudakan Iblis dan kuasa kegelapan yang jahat (1 Korintus 1:13); Ketiga, perbudakan tahyul dan keyakinan kepada ilah-ilah (1 Korintus 10:29; Galatia 4:8 ); (4) Keempat, perbudakan beban seremonial agama Yahudi (Galatia 2:4); dan (5) Kelima, perbudakan prasangka-prasa
Untuk menerima “anugerah kemerdekaan (eleutheria)” itu maka manusia harus datang kepada Kristus dan percaya kepadaNya (1 Korintus 7:22), kemudian secara sukarela menyerahkan dirinya menjadi hamba Allah (Roma 6:22) dan hamba kebenaran (Roma 6:18 ), serta menjadi saluran berkat bagi banyak orang (1 Korintus 9:19-23). Saat ini, kita yang telah dimerdekakan oleh Yesus dari dosa dan maut, Iblis dan kuasa kegelapan, serta dari kehidupan yang sia-sia, dimaksudkan untuk mengisi kemerdekaan itu dalam suatu kehidupan yang benar, mulia, dan penuh makna (Bandingkan Roma 12:1-2; Efesus 2:8-10). Dengan demikian kemerdekaan itu tidak hanya dimengerti secara negatif, yaitu kemerdekaan dari dosa, iblis, dan lain sebagainya, tetapi secara positif harus diisi dan dimaknai dengan sikap dan tindakan yang benar, baik, kudus, dan mulia. Seseorang pernah mengatakan “Real freedom is not only freedom from, but freedom for”, atau kemerdekaan sejati bukan hanya kemerdekaan dari, tetapi kemerdekaan untuk.
Ringkasnya, rasul Paulus menyatakan, “supaya kita sungguh-sungguh
Akhirnya, selamat menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-74! Tuhan menyertai dan memberkati kita sekalian. Amin
