Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Ajaran Nikolaus di Wahyu 2:6 ?

Pdt.Budi Asali, M.Div.

Bagaimana Ajaran Nikolaus di Wahyu 2:6 ?. Wahyu 2:6: “Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci”.

1) Apa yang dimaksud dengan ‘pengikut-pengikut Nikolaus’ / golongan Nikolaitan ini?

a) Pendirinya dan ajarannya.
Banyak yang mengatakan bahwa Nikolaus ini sama dengan Nikolaus yang merupakan salah satu dari 7 diaken dalam Kis 6:1-6, yang lalu menjadi sesat, tetapi banyak juga yang menentang pandangan ini.

Pulpit Commentary: “A common belief was that their founder was Nicolaus of Antioch, one of the seven deacons. Ireneaus (i. 26), followed by Hippolytus (‘Refut,’ vii. 24), supported this view; Ignatius (‘Trall,’ 9) and the Apostolic Constitutions (vi. 8) are against it. The Nicolaitans may have claimed him as their founder, or similarity of name may have caused confusion with a different person” [= Kepercayaan yang umum adalah bahwa pendiri mereka adalah Nikolaus dari Antiokhia, salah satu dari tujuh diaken. Ireneaus (i. 26), diikuti oleh Hippolytus (‘Refut’, vii. 24), mendukung pandangan ini; Igna-tius (‘Trall’, 9) dan the Apostolic Constitution (vi. 8) menentang pandangan ini. Pengikut Nikolaus mungkin mengclaim Nikolaus sebagai pendirinya, atau persamaan nama mungkin telah menyebabkan kekacauan dengan orang yang berbeda] - hal 58.

William Barclay: “Ireneaus says of the Nicolaitans that ‘they lived lives of unrestrained indulgence’ (Against Heresies, 1.26.3). Hippolytus says that he was one of the seven and that ‘he departed from correct doctrine, and was in the habit of inculcating indifference of food and life’ (Refutation of Heresies, 7:24). The Apostolic Constitution (6:8) describe the Nicolaitans as ‘shameless in uncleanness.’ Clement of Alexandria says they ‘abandon themselves to pleasure like goats ... leading a life of self-indulgence.’ But he acquits Nicolaus of all blame and says that they perverted his saying ‘that the flesh must be abused.’ Nicolaus meant that the body must be kept under; the heretics perverted it into meaning that the flesh can be used as shamelessly as a man wishes (The Miscellanies 2:20). The Nicolaitans obviously taught loose living” [= Ireneaus berkata tentang pengikut Nikolaus bahwa ‘mereka hidup dengan keinginan hati yang tidak dikekang’ (Against Heresies, 1.26.3). Hippolytus mengatakan bahwa ia adalah salah satu dari tujuh diaken dan bahwa ‘ia menyimpang dari doktrin yang benar, dan mempunyai kebiasaan untuk menanamkan ketidak-acuhan terhadap makanan dan kehidupan’ (Refutation of Heresies, 7:24). The Apostolic Constitution (6:8) menggambar-kan pengikut Nikolaus sebagai ‘memalukan dalam kenajisan’. Clement dari Alexandria mengatakan mereka ‘meninggalkan diri mereka sendiri dalam kesenangan seperti kambing ... membawa pada suatu kehidupan yang memuaskan keinginan sendiri’. Tetapi ia melepaskan Nikolaus dari segala tuduhan dan mengatakan bahwa mereka menyimpangkan kata-katanya ‘bahwa daging harus disiksa / diperlakukan dengan kejam / disalah-gunakan (abused)’. Nikolaus memaksudkan bahwa tubuh harus dikuasai; tetapi orang-orang sesat itu membelokkannya dan mengartikannya bahwa daging bisa digunakan tanpa tahu malu sebagaimana seseorang mengingin-kannya (The Miscellanies 2:20). Pengikut Nikolaus jelas mengajarkan kehidupan yang longgar / tidak ketat] - hal 67.

James B. Ramsey: “The very name of these Nicolaitans has become synony-mous with antinomian and licentious indulgences” (=Nama dari pengikut Nikolaus ini telah menjadi sinonim dengan ‘anti hukum’ dan keinginan-keinginan yang tidak bermoral) - hal 129.

Barclay memberikan kemungkinan-kemungkinan cara mereka berargu-mentasi:
• Hukum Taurat sudah tidak berlaku, dan karena itu orang kristen boleh berbuat sekehendak mereka. Bandingkan ini dengan Gal 5:13 - “Sau-dara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa”.
• Tubuh ini ‘evil’ (=jahat) dan karena itu bagaimanapun seseorang hidup, itu tidak mempengaruhinya.
Penerapan: sejalan dengan pemikiran sesat ini, banyak orang kristen yang tidak lagi berjuang untuk menguduskan dirinya karena berpikir: ‘Bagaimanapun aku berusaha untuk kudus, tetap saja aku banyak berbuat dosa. Jadi lebih baik aku tidak perlu berusaha’.
• Orang kristen dibela oleh kasih karunia Allah, sehingga tidak akan ada ruginya sekalipun hidup berdosa. Bandingkan ini dengan:
 Ro 5:20-6:2 - “Tetapi hukum Taurat ditambahkan supaya pelang-garan menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah ba-nyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jika demikian, apakah yang hendak kita kata-kan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”.
 Ro 6:15-16 - “Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?”.

BACA JUGA: 10 BUKTI KEILAHIAN YESUS KRISTUS

Barclay juga mengatakan bahwa problem yang menyebabkan kesesatan mereka ini adalah bahwa orang kristen harus hidup berbeda dengan orang kafir, khususnya dalam persoalan makan persembahan berhala dan perzinahan yang pada abad pertama itu merupakan hal yang merajalela. Karena itu mereka mengkompromikanajaran Kristen.

William Barclay: “To John the Nicolaitans were worse than pagans, for they were the enemy within the gates. The Nicolaitans were not prepared to be different; they were the most dangerous of all heretics from a practical point of view, for, if their teaching had been successful, the world would have changed Christianity and not Christianity the world” (=Bagi Yohanes pengikut Nikolaus ini lebih buruk dari orang kafir, karena mereka adalah musuh dalam pintu gerbang. Pengikut Nikolaus tidak siap untuk menjadi berbeda; mereka adalah yang paling berbahaya dari semua ajaran sesat dari sudut pandang praktis, karena jika ajaran mereka sukses, maka dunialah yang mengubah kekristenan dan bukannya kekristenan mengubah dunia) - hal 68.

William Barclay: “this danger is coming not from outside the Church but from inside. The claim of these heretics was that they were not destroying Christianity but presenting an improved version” [= bahaya datang bukan dari luar Gereja tetapi dari dalam. Klaim dari orang-orang sesat ini adalah bahwa mereka bukannya menghancurkan kekristenan tetapi memperkenal-kan / mengajukan suatu versi yang lebih baik (versi baru yang merupakan perbaikan dari versi lama)] - hal 66.
Penerapan: ini seperti bahasa Roh, nggeblak, Toronto Blessing, bahwa seluruh ajaran Kharismatik yang dianggap sebagai versi kristen yang telah diperbaiki.
b) Pengikut Nikolaus ini sesat dalam doktrin maupun praktek.
Barnes’ Notes: “The word Nicolaitanes occurs only in this place, and in the 15th verse of this chapter. ... From the two passages, compared with each other, it would seem that they were alike corrupt in doctrine and in practice, for in the passage before us their deeds are mentioned, and in ver. 15 their doctrine” (=Kata ‘Nikolaus’ muncul hanya di sini dan pada ayat 15 dari pasal ini. ... Dari kedua bagian ini, dibandingkan satu dengan yang lain, kelihatannya mereka ini rusak / jahat dalam doktrin dan dalam praktek, karena dalam bagian di depan kita ini tindakan mereka yang disebutkan, dan dalam ay 15 doktrin mereka) - hal 1555.

c) Hubungan ‘golongan Nikolaitan’ dengan ‘penganut ajaran Bileam’ (Wahyu 2:14) dan ‘pengikut wanita Izebel’ (Wahyu 2:20).
Ada pandangan-pandangan yang berbeda-beda tentang hal ini.

William Barclay: “the Nicolaitans and those who hold the teaching of Balaam were, in fact, one and the same. There is a play on words here. The name Nicolaus, the founder of the Nicolaitans, could be derived from two Greek words, NIKAN, to conquer, and LAOS, the people. Balaam can be derived from two Hebrew words, BELA, to conquer, and HA’AM, the people. The two names, then, are the same and both can describe an evil teacher, who has won victory over the people and subjugated them to poisonous heresy” (=‘Pengikut Nikolaus’ dan ‘mereka yang memegang ajaran Bileam’ dalam faktanya adalah satu dan sama. Ada permainan kata di sini. Nama ‘Nikolaus’, pendiri dari sekte Nikolaitan, bisa diturunkan dari 2 kata Yunani, NIKAN, ‘mengalahkan’, dan LAOS, ‘orang-orang’ / ‘bangsa’. Kata ‘Bileam’ bisa diturunkan dari 2 kata Ibrani, BELA, ‘mengalahkan’, dan HA’AM, ‘orang-orang’ / ‘bangsa’. Jadi, kedua nama ini adalah sama dan keduanya bisa menggambarkan seorang guru yang jahat, yang telah mendapat keme-nangan atas orang-orang / bangsa dan menaklukkan mereka kepada ajaran sesat yang beracun) - hal 66.

Pulpit Commentary: “The name Nicolaus may be intended as a Greek equivalent of Balaam, but this is by no means certain” (=Nama Nikolaus mungkin dimaksudkan sebagai kata Yunani yang sama dengan kata Bileam, tetapi ini sama sekali tidak pasti) - hal 58.

Leon Morris setuju dengan William Barclay, tetapi Albert Barnes mengatakan bahwa penyebutan golongan Nikolaitan dan penganut ajaran Bileam secara berurutan dalam Wah 2:14-15 justru menunjukkan bahwa mereka bukanlah golongan yang sama.

William Hendriksen beranggapan bahwa selain ‘golongan Nikolaitan’ dan ‘penganut ajaran Bileam’, ada satu golongan lagi yaitu ‘penganut / peng-ikut Izebel’ (Wahyu 2:20), yang juga menunjuk pada golongan yang sama.

Pulpit Commentary: “The doctrine of the Nicolaitans, and that of Balaam (ver. 14), and that of the woman Jezebel (ver. 20), seem to have this much in common - a contention that the freedom of the Christian placed him above the moral Law. Neither idolatry nor sensuality could harm those who had been made free by Christ” [= Doktrin dari Nikolaitan, dan doktrin dari Bileam (ay 14), dan doktrin dari wanita Izebel (ay 20), kelihatannya mempunyai persamaan ini - suatu pendirian bahwa kebebasan orang Kristen me-nempatkan dia di atas hukum moral. Baik penyembahan berhala maupun pemuasan hawa nafsu tidak dapat merugikan mereka yang telah dibebaskan oleh Kristus] - hal 58.Bagaimana Ajaran Nikolaus di Wahyu 2:6 ?