Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MARTIN LUTHER (1483 - 1546):The Father of Reformation

 MARTIN LUTHER (1483 - 1546):The Father of Reformation

Martin Luther merupakan tokoh pertama dan terbesar dalam sejarah reformasi gereja. Luther lahir dalam suasana Roma Katolik di sebuah kota kecil Eisleben, Jerman, pada tanggal 10 November 1483. Martin Luther merupakan anak kedua dari pasangan Hans dan Margarette Luther. Ayahnya merupakan seorang penambang tembaga yang dengan kerja kerasnya berhasil menaikkan status ekonomi keluarga mereka, sampai menjadi seorang pengusaha yang cukup terpandang di daerahnya.  

Sejak tahun 1490, Luther telah dikirim untuk belajar bahasa Latin di Mansfeld, kemudian berlanjut ke Magdeburg dan Eisenach. Pada Tahun 1501, Luther terdaftar di dalam Universitas Erfurt, dan meraih gelar Sarjana Seni pada tahun 1502, dan Master Seni pada tahun 1505. Pada tahun yang sama Luther pun didaftarkan ayahnya ke dalam Fakultas Hukum dan dipersiapkan untuk menjadi seorang pengacara, agar dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga yang telah dibangun oleh ayahnya. 

Pada Juli 1505, dalam perjalanannya kembali ke Erfurt, Luther terjebak dalam sebuah badai yang mengerikan. Dalam ketakutannya akan kematian karena sebuah petir yang nyaris menyambar dirinya, Luther meneriakkan sebuah sumpah, “Selamatkanku, Santa Anna, dan aku akan menjadi seorang biarawan.” Santa  Anna merupakan ibu dari Maria ibu Yesus dan dipercaya sebagai santa pelindung para penambang. 

Banyak yang memperdebatkan bahwa komitmennya untuk menjadi seorang biarawan tidaklah muncul mendadak dalam peristiwa tersebut melainkan telah terformulasikan di dalam pikirannya sejak lama. Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, Luther masuk ke dalam biara ordo Agustinus dan menjadi seorang biarawan di sana.

Keputusannya untuk masuk ke dalam biara merupakan suatu keputusan yang sulit. Luther menyadari bahwa dirinya akan sangat mengecewakan kedua orang tuanya, tetapi dia juga mengetahui bahwa seseorang harus memegang janjinya terhadap Tuhan. Selain itu, dirinya juga memiliki alasan internal yang kuat untuk bergabung ke dalam biara. Luther diburu oleh ketakutannya akan neraka, akan murka Allah, dan akan ketidakpastian mengenai keselamatannya. 

Bagi Luther, biara merupakan tempat yang sempurna untuk menemukan kepastian. Akan tetapi, meskipun menjalani kehidupan sebagai biarawan dengan penuh kesungguhan hati, kepastian itu tidak kunjung datang,  bahkan sampai pada penahbisannya pada tahun 1507. Dalam masa kekelamannya, mentornya mengatakan bahwa dia harus berfokus kepada Kristus dan hanya kepada Kristus saja dalam pencariannya mengenai kepastian. 

Meskipun teror kekhawatiran masih tetap mengikutinya selama beberapa tahun setelahnya, namun benih dari kepastiannya kemudian terletak pada percakapannya saat itu. Pada tahun 1510, Luther mengunjungi Roma sebagai bagian dari utusan biaranya. Dia tidak terlalu terkesan dengan apa yang dilihatnya – amoralitas dan kerusakan para pendeta Katolik. Pada tahun 1511, dia dipindahkan ke Wittenberg, di mana setelah mendapatkan gelar Doktor Theologi, dirinya menjadi Profesor di bidang Biblical Theology di Universitas Wittenberg.

Sekitar tahun 1515-1516, jaminan atas keselamatan yang dicarinya selama bertahun-tahun datang menghampirinya saat mendalami surat Paulus kepada jemaat di Roma. Selama ini Luther melihat kebenaran Allah sebagai suatu penghakiman yang menuntut kebenaran manusia. Saat ini, Luther dapat mengerti kebenaran sebagai anugerah Tuhan. “Aku mulai mengerti tentang kebenaran… diberikan pengertian bahwa Allah yang murah hati membenarkan kita melalui iman… saat ini aku merasakan diriku dilahirbarukan, dan masuk ke dalam pintu yang terbuka menuju sorga.” Luther sekarang melihat bahwa Kristus adalah satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia, dan hanya oleh anugerah, bukan melalui perbuatan, manusia dibenarkan dan diampuni dosanya. 

Pencerahan akan keselamatan ini, mengubah seluruh kehidupan Luther, dan bahkan seluruh sejarah gereja setelahnya.  Pada tahun 1517, Luther memakukan 95 Tesis ke pintu gereja Wittenberg yang juga berfungsi sebagai papan pengumuman universitas sebagai bentuk tantangan dan kritik terhadap para pemimpin gereja yang mempraktikkan penjualan Surat Pengampunan Dosa. Saat itu, Kepausan menjual Surat Pengampunan Dosa untuk menutupi biaya pembangunan gedung. 

Mereka yang membeli Surat Pengampunan Dosa ini dijanjikan akan menerima pengurangan hukuman atas dosa mereka, atas dosa orang-orang yang telah meninggal, dan pada beberapa kasus pengampunan total atas seluruh dosa mereka. Luther menyatakan pertentangannya terhadap praktik ketidakjujuran dan penyalahgunaan kekuasaan gereja, serta menjelaskan bahwa keselamatan dan pembenaran hanya melalui iman. 

Peristiwa pemakuan 95 Tesis ke pintu gereja ini merupakan satu momen dalam sejarah kekristenan, simbol lahirnya Reformasi Gereja.Kritik tajam Luther terhadap gereja ini dilihat sebagai suatu ancaman terhadap otoritas Kepausan. Pada tahun 1518, Luther diperingatkan Kardinal Cajetan, wakil kepausan di Ausburg, untuk menarik kembali tesisnya, namun Luther menolak untuk mengubah pendiriannya kecuali kesalahannya dapat dibuktikan melalui Alkitab. 

Setelah itu, selama tahun 1519, Luther kembali mengajar dan menulis di Wittenberg. Pada Juni dan Juli 1519, dirinya berpartisipasi dalam perdebatan yang lain mengenai Surat Pengampunan Dosa dan Kepausan di Leipzig. Sampai pada akhirnya, pada tahun 1520, Paus mengeluarkan surat ancaman ekskomunikasi terhadap Martin Luther. Martin Luther resmi diekskomunikasikan dari gereja Katolik Roma pada Januari 1521. 

Pada Maret 1521, Martin Luther diperintahkan untuk menghadiri pertemuan kekaisaran Roma  oleh Kaisar Charles V, yang dikenal dengan “diet of worms”. Luther dibawa ke sebuah ruangan di mana seluruh tulisannya ditumpuk dan diperintahkan untuk menyangkali mereka. Di dalam pertemuan itu, Luther tetap menolak untuk menarik kembali seluruh tulisannya dan berkata “Di sini aku berdiri, aku tidak dapat berbuat yang lain” (Here I stand,  I can do no other). Sebagai akibat dari tindakannya, Luther saat itu dinyatakan sebagai seorang yang melawan hukum dan seorang bidat. 

Luther meninggalkan Worms dan dibawa ke sebuah Kastil di Wartburg, demi keamanannya, dan mulai menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman dan membuat banyak tulisan. Luther kembali ke Wittenberg pada tahun 1522, dan pada tahun 1525 menikah dengan seorang mantan biarawati, Katharina von Bora, dan dikaruniai 6 orang anak.
Tidak hanya menghadapi Kepausan dan kekaisaran Roma, di dalam arus reformasi yang terjadi,  Luther juga harus berhadapan dengan orang orang yang menggunakan namanya untuk membenarkan pemberontakan yang mereka lakukan sekitar tahun 1524-1526. 

Dia menolak untuk mendukung pemberontakan tersebut dan menegakkan otoritasnya untuk menekan pemberontakan yang terjadi meski dengan demikian dirinya harus kehilangan banyak pendukung. Seiring dengan bertambahnya usia, Luther menderita banyak penyakit seperti arthritis, penyakit jantung, dan gangguan pencernaaan. 

Meskipun demikian, Luther tidak pernah berhenti mengajar di universitas, dan menulis banyak tulisan menentang penyalahgunaan gereja, dan terus berjuang untuk reformasi. Pada tahun 1530, Pengakuan Iman Ausburg yang menjadi pengakuan iman utama gereja Lutheran dipublikasikan, di mana Luther berbagian di dalam penulisannya. Pada tahun 1534, untuk pertama kalinya Alkitab terjemahan dalam bahasa Jerman dipublikasikan Luther kepada masyarakat Jerman dengan harapan setiap orang dapat membaca Alkitab di dalam bahasa mereka sendiri. Martin Luther meninggal di Eisleben, kota kelahirannya, pada tanggal 18 Februari 1546. 

Luther melihat bahwa Kristus adalah satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia, dan hanya oleh anugerah, bukan melalui perbuatan, manusia dibenarkan dan diampuni dosanya.