NERAKA (6)
Oleh:Pdt.Budi Asali, M.Div.
3) Semua
hukuman ini berlangsung kekal / selama-lamanya.
a) Kekalnya
hukuman di neraka, digambarkan oleh Alkitab dengan:
1. Tidak bisanya orang kaya menyeberang ke surga karena adanya jurang
yang tidak terseberangi.
Luk 16:26 - “Selain
dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak
terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun
mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”.
Charles
Haddon Spurgeon: “Human
ingenuity has done very much to bridge great gulfs. Scarcely has the world
afforded a river so wide that its floods could not be overleaped; or a torrent
so furious that it could not be made to pass under the yoke. High above the
foam of Columbia ’s glorious cataract, man has
hung aloft his slender but substantial road of iron, and the shriek of the
locomotive is heard above the roar of Niagara .
This very week I saw the first chains which span the deep rift through which
the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge
across the chasm, and men will soon travel where only that which hath wings
could a little while ago have found a way. There is, however, one gulf which no
human skill or engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm
which no wing shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the
world of joy in which the righteous triumph, from that land of sorrow in which
the wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed,
so that there can be no passage from the one world to the other.” [= Kepandaian manusia telah menjembatani
banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa
diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air
terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif
terdengar di atas gemuruh Niagara . Minggu yang
baru lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan
Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga
manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi
oleh burung yang bersayap. Tetapi
ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh kepandaian dan
teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh
sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia sukacita dalam mana
orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana orang-orang jahat
merasakan tajamnya pedang Yehovah.
... di sana
terbentang suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu
dunia ke dunia yang lain.] - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 414.
Charles
Haddon Spurgeon: “heaven’s
blessings cannot cross from the celestial regions to the infernal prison-house.
No, it is sorrow without relief, misery without hope, and here is the pang of
it - it is death without end.”
[= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke rumah
penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan
tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir.] - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 422.
Charles
Haddon Spurgeon: “There
is only one thing that I know of in which heaven is like hell - it is eternal.
‘The wrath to come, the wrath to come, the wrath to come,’ for ever and for
ever spending itself, and yet never being spent.” [= Hanya ada satu hal yang saya ketahui
dimana surga itu seperti neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang
akan datang, murka yang akan datang, murka yang akan datang’ untuk
selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak
pernah habis.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of
Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.
2. Bermacam-macam
kata-kata di bawah ini:
a. Kata-kata ‘api yang tidak terpadamkan’ (Mat 3:12b Mark 9:43b,48).
b. Kata-kata ‘api yang kekal’ (Mat 25:41
Yudas 7).
c. Kata-kata ‘siksaan yang kekal’ (Mat 25:46).
d. Kata-kata ‘siang malam tidak henti-hentinya’ (Wah 14:11).
e. Kata-kata ‘siang malam sampai selama-lamanya’ (Wah 20:10).
f. Kata-kata ‘ulat-ulatnya tidak akan mati’ (Mark 9:44,46,48).
‘Api yang tidak bisa padam’ dan ‘ulat yang
tidak bisa mati’ diambil dari Yes 66:24 - “Mereka akan keluar dan akan
memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ
ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan
menjadi kengerian bagi segala yang hidup.”.
E. J. Young
(vol 3, hal 537) mengatakan bahwa ini jelas menunjuk pada lembah anak HINNOM
atau GEHENNA.
Wycliffe Bible Commentary
(tentang Mark 9:48): “‘The worm that dieth not’
is a figure of speech drawn from the actual valley of Hinnom ,
where worms were continually at work. It is a picture of the unending torture
and destruction of hell.” [= ‘Ulat yang tidak mati’ merupakan suatu kiasan yang diambil
dari lembah Hinnom yang sesungguhnya, dimana ulat-ulat terus menerus bekerja. Itu
adalah suatu gambaran tentang siksaan dan penghancuran yang tanpa akhir dari
neraka.].
William G. T. Shedd: “Had Christ intended to teach
that future punishment is remedial and temporary, he would have compared it to
a dying worm, and not to an undying worm; to a fire that is quenched, and not
to an unquenchable fire.” [= Andaikata Kristus bermaksud
untuk mengajar bahwa hukuman yang akan datang itu bersifat memperbaiki dan
sementara, Ia akan membandingkannya dengan ulat yang bisa mati, dan bukannya
dengan ulat yang tidak bisa mati; dengan api yang bisa padam, dan bukannya
dengan api yang tidak dapat dipadamkan.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.
3. Tidak ada pengurangan ataupun istirahat dari hukuman / penderitaan
di neraka, dan ini terlihat dari:
a. Tidak bisanya Lazarus memberi air kepada orang kaya.
Luk 16:24-26 - “(24)
Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus,
supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab
aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata:
Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau
sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau
terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini
kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat
menyeberang.”.
Andaikata Lazarus bisa memberikan air itu,
itu menunjukkan adanya istirahat dari penderitaan atau pengurangan penderitaan
di dalam neraka. Tetapi ternyata hal itu tidak bisa dilakukan.
Charles
Haddon Spurgeon: “As
nothing can come from hell to heaven, so nothing heavenly can ever come to
hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to dip the tip of his finger in water
to administer the cooling drop to the fire-tormented tongue. Not a drop of
heavenly water can ever cross that chasm. See then, sinner, heaven is rest,
perfect rest - but there is no rest in hell; it is labour in the fire, but no
ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet; everlasting storm; eternal
hurricane; unceasing tempest. In the worst disease, there are some respites:
spasms of agony, but then pauses of repose. There is no pause in hell’s
torments.” [= Sebagaimana
tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada
apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak
diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan
penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa
menyeberangi jurang itu. Maka,
lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna -
tetapi tidak ada istirahat di neraka;
itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada
damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin topan
selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam
penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu
istirahat yang tenang. Tetapi
tidak ada istirahat dalam siksaan neraka.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal
421.
b. Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu
naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu
mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah
menerima tanda namanya.’”.
Kata-kata ‘tidak
henti-hentinya’ ini oleh
KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘no rest’ [= tidak ada istirahat].
Barnes’ Notes: “‘Day and night’ include all time;
and hence, the phrase is used to denote perpetuity - ‘always.’ The meaning here
is, that they never have any rest - any interval of pain. This is stated as a
circumstance strongly expressive of the severity of their torment. Here, rest
comes to the sufferer. The prisoner in his cell lies down on his bed, though
hard, and sleeps; the overworked slave has also intervals of sleep; the eyes of
the mourner are locked in repose, and for moments, if not hours, he forgets his
sorrows; no pain that we endure on earth can be so certain and prolonged that nature
will not, sooner or later, find the luxury of sleep, or will find rest in the
grave. But it will be one of the bitterest
ingredients in the cup of woe, in the world of despair, that this luxury will
be denied forever, and that they who enter that gloomy prison sleep no more,
never know the respite of a moment, never even lose the consciousness of
their heavy doom. Oh how different from the condition of sufferers here! And oh
how sad and strange that any of our race will persevere in sin, and go down to those
unmitigated and unending sorrows!” [= ‘Siang dan malam’ mencakup semua waktu; dan
karena itu, ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan kekekalan - ‘selalu’.
Artinya di sini adalah, bahwa mereka tidak pernah mempunyai istirahat apapun -
waktu istirahat apapun dari rasa sakit. Ini dinyatakan sebagai suatu keadaan
yang menyatakan dengan kuat kekerasan dari siksaan mereka. Di sini, istirahat
datang kepada si penderita. Orang-orang yang ada di penjara berbaring di
ranjangnya, sekalipun keras, dan tidur; budak yang bekerja kelewat batas juga
mempunyai waktu tidur; mata dari orang yang berkabung dikunci dalam tidur, dan
untuk suatu waktu, mungkin berjam-jam, ia melupakan penderitaannya; tak ada
rasa sakit yang kita tahan di bumi bisa begitu pasti dan diperpanjang sehingga
alam tidak, cepat atau lambat, mendapatkan kemewahan dari tidur, atau akan
mendapatkan istirahat dalam kuburan. Tetapi akan merupakan salah satu dari
unsur-unsur yang paling pahit dalam cawan kesengsaraan, dalam dunia
keputus-asaan, bahwa kemewahan ini tidak akan didapatkan selama-lamanya, dan
bahwa mereka yang memasuki penjara yang suram tidak akan tidur lagi, tidak
pernah mengenal istirahat sejenakpun, bahkan tidak pernah kehilangan kesadaran
dari nasib / hukuman mereka yang berat. O alangkah berbedanya dari keadaan dari
penderita-penderita di sini! Dan betapa menyedihkan dan aneh bahwa ada siapapun
dari bangsa kita akan bertekun dalam dosa, dan turun pada kesedihan /
penderitaan yang tak berkurang dan tak ada akhirnya!].
Illustrasi: Seorang wanita yang mau melahirkan anak, juga mengalami kesakitan
yang hebat, tetapi rasa sakit itu tidak datang terus menerus. Ada ‘istirahat’ dari rasa sakit itu, dan ini
tentu menyebabkan penderitaan itu jauh berkurang dibandingkan kalau sama sekali
tidak ada istirahat.
b) Hukuman
kekal / selama-lamanya.
Neraka adalah tempat penyiksaan / penderitaan
yang bersifat kekal / selama-lamanya, tanpa ada akhir, pengurangan (ingat bahwa
hukuman di neraka bukanlah hukuman yang bersifat memperbaiki, tetapi
betul-betul hukuman, dan karenanya tidak ada pengurangan) ataupun istirahat
dari hukuman tersebut.
Barnes’ Notes
(tentang Mat 25:46): “In
regard to the meaning of the word ‘everlasting’ in this place, it is to be
observed: 1. that the LITERAL meaning of the word expresses absolute eternity -
‘aways being,’ Matt 18:8; 19:16; Mark 3:29; Rom. 2:7;
Heb 5:9. 2. that the obvious and plain interpretation of the word demands this
signification in this place. The original word
- aionion - is employed in the
New Testament 66 times. Of these, in 51 instances it is used of the happiness
of the righteous; in two, of God’s existence; in six, of the church and the
Messiah’s kingdom; and in the remaining seven, of the future punishment of the
wicked. If in these seven instances we attach to the word the idea of limited
duration, consistency requires that the same idea of limited duration should be
given it in the 51 cases of its application to the future glory of the
righteous, and the two instances of its application to God’s existence, and the
six cases of its appropriation to the future reign of the Messiah and the glory
and perpetuity of the church. But no one will presume to deny that in these
instances it denotes unlimited duration, and therefore, in accordance with the
sound laws of interpretation and of language itself, the same sense of
unlimited duration must be given it when used of future punishment - Owen,
in loc.” [= Berkenaan dengan arti dari kata ‘kekal’ di tempat ini,
harus diperhatikan: 1. bahwa arti HURUFIAH dari kata itu menyatakan ‘kekekalan
yang mutlak’ - ‘selalu berada’, Mat 18:8; 19:16; Mark 3:29; Ro 2:7; Ibr 5:9. 2.
bahwa penafsiran yang jelas dari kata itu menuntut arti ini di tempat ini. Kata bahasa aslinya - aionion
- digunakan dalam Perjanjian Baru 66 kali. Dari 66 kali ini, dalam 51 kejadian
itu digunakan tentang kebahagiaan dari orang-orang benar; dalam 2 kejadian,
tentang keberadaan Allah; dalam 6 kejadian tentang gereja dan Kerajaan Mesias;
dan dalam 7 kejadian sisanya, tentang hukuman yang akan datang dari orang-orang
jahat. Jika dalam 7 kejadian ini kita memberikan pada kata itu gagasan / arti
tentang masa / waktu yang terbatas, konsistensi menuntut bahwa gagasan / arti
yang sama tentang masa / waktu yang terbatas harus diberikan padanya dalam 51
kasus dari penggunaannya pada kemuliaan yang akan datang dari orang-orang
benar, dan dalam 2 kasus dari penggunaannya pada keberadaan Allah, dan dalam 6
kejadian dari penggunaannya pada pemerintahan yang akan datang dari sang Mesias
dan kemuliaan dan kekekalan dari gereja. Tetapi tak seorangpun akan beranggapan
untuk menyangkal bahwa dalam kejadian-kejadian ini kata itu berarti masa /
waktu yang tak terbatas, dan karena itu, sesuai dengan hukum-hukum penafsiran
yang sehat dan bahasa itu sendiri, arti yang sama tentang masa / waktu yang tak
terbatas harus diberikan padanya pada waktu digunakan tentang hukuman yang akan
datang - Owen, dikutip di tempat.].
Catatan: bagian yang berwarna hijau tak ada dalam buku fisik dari Barnes’
Notes, tetapi ada dalam Barnes’ Notes dalam PC Study Bible versi 5. Dikatakan dikutip
dari buku Owen (John Owen) tetapi tidak diberitahu dalam buku yang mana,
sehingga saya tak bisa mengecheck.
Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Mat 18:8 - “Jika tanganmu
atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik
bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan
utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal.”.
Mat 19:16 - “Ada seorang datang
kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat
untuk memperoleh hidup yang kekal?’”.
Mark 3:29 - “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia
tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.’”.
Ro 2:7 - “yaitu hidup kekal
kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan
ketidakbinasaan,”.
Ibr 5:9 - “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi
pokok keselamatan yang abadi bagi semua
orang yang taat kepadaNya,”.
Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang
berjudul ‘Sinners in the Hands of an Angry God’ [= Orang-orang berdosa
dalam tangan Allah yang murka], berkata:
1. “It is everlasting wrath. It
would be dreadful to suffer this fierceness and wrath of Almighty God one
moment; but you must suffer it to all eternity.” [= Ini
adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan / mengerikan untuk
menderita kehebatan dan murka Allah yang
mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus menderitanya sampai seluruh
kekekalan.].
2. “... you will absolutely despair
of ever having any deliverance, any end, any mitigation, any rest at all.” [= ...
kamu akan benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan apapun, akhir
apapun, pengurangan / peringanan hukuman apapun, istirahat apapun sama sekali.].
3. “You will know certainly that you
must wear out long ages, millions of millions of ages, in wrestling and
conflicting with this almighty merciless vengeance; and then when you have so
done, when so many ages have actually been spent by you in this manner, you
will know that all is but a point to what remains. So that your punishment will
indeed be infinite.” [= Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan
menjalani zaman-zaman yang panjang, berjuta-juta zaman, dalam pergumulan dan
pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini; dan bila kamu
telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini,
maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan
waktu yang tersisa. Dengan demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas.].
Catatan: khotbah lengkap dari Jonathan Edwards ini bisa saudara baca di: http://www.jonathan-edwards.org/Sinners.pdf