DOA DAN TINDAKAN NEHEMIA: Nehemia 2:11-20
Pdt. Ir. Andi Halim, M.Th.
DOA DAN TINDAKAN NEHEMIA: Nehemia 2:11-20. Nehemia 2:11-20 2:11 Maka tibalah aku di Yerusalem. Sesudah tiga hari aku di sana,
2:12 bangunlah aku pada malam hari bersama-sama beberapa orang saja yang menyertai aku. Aku tidak beritahukan kepada siapa pun rencana yang akan kulakukan untuk Yerusalem, yang diberikan Allahku dalam hatiku. Juga tak ada lain binatang kepadaku kecuali yang kutunggangi.
2:13 Demikian pada malam hari aku keluar melalui pintu gerbang Lebak, ke jurusan mata air Ular Naga dan pintu gerbang Sampah. Aku menyelidiki dengan seksama tembok-tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang habis dimakan api.
2:14 Lalu aku meneruskan perjalananku ke pintu gerbang Mata Air dan ke kolam Raja. Karena binatang yang kutunggangi tidak dapat lalu di tempat itu,
2:15 aku naik ke atas melalui wadi pada malam hari dan menyelidiki dengan seksama tembok itu. Kemudian aku kembali, lalu masuk melalui pintu gerbang Lebak. Demikianlah aku pulang.
2:16 Para penguasa tidak tahu ke mana aku telah pergi dan apa yang telah kulakukan, karena sampai kini aku belum memberitahukan apa-apa kepada orang Yahudi, baik kepada para imam, maupun kepada para pemuka, kepada para penguasa dan para petugas lainnya.
2:17 Berkatalah aku kepada mereka: "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela."
2:18 Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: "Kami siap untuk membangun!" Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu.
2:19 Ketika Sanbalat, orang Horon, dan Tobia, orang Amon, pelayan itu, dan Gesyem, orang Arab, mendengar itu, mereka mengolok-olokkan dan menghina kami. Kata mereka: "Apa yang kamu lakukan itu? Apa kamu mau berontak terhadap raja?"
2:20 Aku menjawab mereka, kataku: "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami, hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun. Tetapi kamu tak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!"
----------
Kita sudah belajar bagaimana Nehemia yang berada di dalam kenyamanan dan kenikmatannya bekerja sebagai juru minuman raja tetap memikirkan pekerjaan Tuhan. Banyak orang waktu dalam keadaan yang nyaman sudah berpuas diri dan tidak lagi memikirkan pekerjaan Tuhan. Nehemia tidak memikirkan kepentingannya sendiri. Nehemia mengerti apa arti dan tujuan hidup orang yang beriman kepada Tuhan. Tujuan hidup orang yang beriman bukanlah hidup bagi kepuasan diri sendiri tetapi sadar bahwa hidupnya diciptakan oleh Allah yang mempunyai maksud bagi ciptaan-Nya. Nehemia sudah hidup enak tetapi cari susah, sudah mapan tetapi cari perkara. Tentunya cari perkara atau masalah di sini maksudnya adalah tetap meresponi panggilan Tuhan dan berani susah di tengah keadaannya yang nyaman.
Hidup karena anugerah adalah ajaran Reformed. Seorang teolog mengatakan bahwa menerima anugerah bukan sekedar bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan melainkan ada yang namanya tanggung jawab; menerima anugerah harus disertai respons dan disiplin. Jangan karena kita menerima anugerah lalu kita hidup sembarangan dan menyia-nyiakan anugerah Tuhan. Nehemia dalam meresponi anugerah Tuhan tidak hanya diam dan menunggu tetapi ia berdoa, berpuasa, berkabung dan menanti apa yang Tuhan perintahkan untuk ia kerjakan. Bagaimana dengan kita? Sebagai orang yang menerima anugerah Allah ada pekerjaan yang harus kita lakukan, pertama-tama adalah berdoa! Jangan menyia-nyiakan anugerah Tuhan, kita harus tahu diri.
Mengapa Nehemia bisa berbuat demikian? Karena Nehemia punya relasi dengan Tuhan. Orang yang tidak pernah memikirkan panggilan dan pekerjaan Tuhan pasti karena ia tidak punya relasi yang baik dengan Tuhan. Sebaliknya orang yang punya relasi yang baik dengan Tuhan pasti memiliki kepedulian terhadap pekerjaan Tuhan. Orang yang punya relasi dengan Tuhan pasti peduli dan tidak nyaman jika hidup hanya untuk dirinya sendiri. Ia sadar hidupnya adalah untuk meresponi anugerah Allah. Orang yang tidak peduli dengan pekerjaan Allah adalah sama dengan orang yang menghina Allah.
Nehemia tiba di Yerusalem. Perjalanan yang ditempuh mungkin mencapai beberapa bulan. Sekitar 1500 sampai 2000 km. Setelah Nehemia tiba ia mulai menjalankan satu rencananya. Nehemia tidak memberitahukan rencananya kepada siapapun (ayat 12). Nehemia adalah orang yang berdoa sekaligus bertindak. Seringkali kita pincang dalam hal ini. Orang yang terlalu tekun berdoa, biasanya tidak banyak berbuat apa-apa. Ada juga orang yang giat luar biasa tetapi hampir tidak pernah berdoa. Kita termasuk tipe yang mana? Nehemia adalah orang yang mau berdoa dan bekerja. Orang yang bersandar pada Tuhan bukanlah orang yang tidak berbuat apa-apa. Jangan kita salah berpikir bahwa orang yang berserah pada Tuhan adalah orang yang terima nasib, pasrah dan tidak realistis. Karena ternyata Nehemia adalah seorang yang berelasi dengan Tuhan, sungguh-sungguh berdoa tetapi juga memikirkan strategi untuk bertindak.
Nehemia keluar malam-malam. Ia punya strategi. Orang yang bersandar pada Tuhan bukanlah orang yang bertindak sembarangan, tetapi punya strategi. Nehemia punya kerinduan untuk membangun tembok Yerusalem dan memperbaiki gerbang yang dibakar. Itu sebabnya ia keluar malam-malam dengan diam untuk melakukan rencana yang diberikan Allah dalam hatinya. Nehemia yakin bahwa apa yang ia lakukan bukan keinginan atau ambisi pribadinya tetapi karena apa yang diberikan Tuhan dalam hatinya. Inilah hal yang dapat menguatkan kita dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan terlepas dari keadaan yang menyenangkan atau tidak, dihargai atau tidak, karena kita tahu dengan jelas apa yang kita lakukan adalah kehendak Allah. Nehemia yakin bahwa apa yang ia lakukan diberikan Tuhan kepadanya. Banyak orang melayani bukan karena apa yang diberikan Tuhan dalam hatinya melainkan karena diminta oleh majelis / pengurus gereja atau mungkin karena ia menganggur atau karena ikut-ikutan orang lain atau mungkin karena sekedar ingin mengatur. Kita harus bertanya pada diri sendiri apakah pelayanan yang kita lakukan adalah karena Tuhan yang memberikannya dalam hati kita?
Seringkali orang menyalahkan kondisi dan keadaan di luar. Jika lingkungan kita semangat maka kita semangat, jika lingkungan malas kita pun ikut malas melayani. Mari kita membina relasi dengan Tuhan secara pribadi. Mari kita membangkitkan hidup rohani kita dan sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan. Bukan berdoa untuk kepentingan diri dan usaha kita tetapi bagaimana kita menyerahkan hidup untuk dipakai oleh Tuhan. Doa orang Kristen berorientasi demi Kerajaan Allah. Mari evaluasi doa-doa kita selama ini.
Nehemia bertindak dengan hati-hati, penuh keseriusan dan penuh tanggung jawab, juga dengan strategi untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Dalam bekerja kita seringkali menggunakan strategi, tetapi apakah kita memikirkan strategi waktu melayani Tuhan? Seringkali tidak ada kesatuan dan kesehatian antara hamba Tuhan dan jemaat dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Ini adalah hal yang tidak sehat. Mari kita sama-sama meresponi anugerah Allah dengan sungguh-sungguh.
Setelah Nehemia meneliti, ia baru menceritakan rencananya ke beberapa orang. Mengapa Nehemia perlu meneliti dengan seksama (ayat 14-15)? Ini menjadi satu tanggung jawab Nehemia dalam membagikan beban kepada orang-orang di Yerusalem. Orang yang melihat permasalahan dengan lebih sungguh-sungguh dan teliti akan menyadari betapa seriusnya panggilan Tuhan. Mengapa kita seringkali kurang serius? Karena kita kurang menyelidiki dengan seksama apa sebenarnya panggilan Tuhan untuk kita kerjakan. Kita seringkali menganggap tidak penting dan tidak pernah meneliti dengan sungguh-sungguh. Nehemia akhirnya membagikan rencana yang sudah ia teliti dengan seksama itu di ayat 17-18. Respon mereka adalah siap untuk membangun dengan sekuat tenaga. Nehemia juga memberitahu bagaimana Tuhan menjawab doanya, memberikan beban dalam hatinya dan bagaimana raja juga dipersiapkan Tuhan untuk mendukung pekerjaan-Nya.
Hal ini bukan untuk kita jadikan rumus dan bukan berarti kalau kita mengerjakan pekerjaan Tuhan seperti ini akan selalu sukses. Ukuran kesuksesan dalam pelayanan jangan diukur dengan standar duniawi. Kita sering terjebak menilai sukses tidaknya pelayanan berdasarkan jumlah. Mungkin kita melihat contoh Petrus ketika berkotbah dan 3000 orang bertobat. Tetapi bagaimana dengan Stefanus yang kemudian dilempari batu? Apakah berarti Stefanus tidak disertai Tuhan? Tentu tidak. Alkitab jelas mengatakan Stefanus penuh dengan Roh Kudus namun orang-orang justru marah, geram dan melempari Stefanus sampai mati. Ini tidak masuk akal kita, tetapi inilah yang terjadi. Karena itu jangan naif menilai kesuksesan gereja hanya dengan ukuran lahiriah tanpa meneliti hal yang sebenarnya. Jadi apa yang dimaksud Nehemia waktu mengatakan, “Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil?” Kata berhasil di sini berada dalam konteks misi khusus Nehemia yang dipimpin Tuhan bagi Yerusalem.
Di tengah-tengah giatnya mereka mengerjakan pekerjaan Tuhan, kini muncullah penghambat dan pengacau (ayat 19). Nehemia yang disertai Tuhan dan tadinya mengalami kelancaran – mulai dari ijin Raja Artahsasta untuk ia kembali ke Yerusalem, membuat surat perjalanan untuk Bupati-bupati bahkan memberikannya bahan-bahan bangunan untuk membangun tembok Yerusalem, juga prajurit-prajurit yang menyertai Nehemia – kini mengalami hambatan ketika ia tiba di Yerusalem. Kita dapat belajar dari sini bahwa dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan bukan berarti tidak ada masalah. Jangan kita bermimpi waktu melayani semua akan enak dan menghargai kita. Ternyata waktu kita melayani Tuhan mungkin akan ada orang-orang yang tidak suka, yang datang menghambat bahkan meneror kita. Bisa jadi orang-orang yang menghambat adalah orang yang dekat dengan kita. Ini terjadi. Pekerjaan Tuhan bukan pekerjaan yang gampang, tanpa hambatan dan dapat kita lakukan dengan seenaknya.
Mengapa bisa terjadi hal seperti ini? Tuhan mau mengajari kita makin dewasa dengan memberikan masalah-masalah. Jika kita mau pelayanan makin dewasa, pelayanan itu akan diberikan masalah. Jika kita mau pelayanan yang hanya senang-senang maka semua akan berjalan lancar dan baik-baik saja, tetapi ini tidak dewasa. Pelayanan yang membuat kita makin dewasa adalah dengan diijinkannya masalah. Kita sedang dilatih. Dalam keadaan seperti ini jangan kita kehilangan semangat dan goyah. Jika pelayanan yang kita lakukan adalah panggilan Tuhan maka apapun yang terjadi kita akan terus jalankan karena kita bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Hidup memang diijinkan ada masalah supaya kita makin dewasa. Mari belajar bersandar kepada Tuhan dan berjalan dalam jalur yang Tuhan mau. Masa remaja kita mungkin kelihatan menyenangkan, tetapi sebenarnya kita berada dalam masa-masa kebodohan. Sedangkan masa dewasa kelihatan lebih sulit tetapi justru inilah masa realita yang lebih indah karena kita sedang bertumbuh makin dewasa. Bersyukurlah dengan keadaan kita sekarang. DOA DAN TINDAKAN NEHEMIA: Nehemia 2:11-20
Amin.
|