Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ETOS KERJA KRISTEN

Pdt. Sutjipto Subeno.
ETOS KERJA KRISTEN

ETOS KERJA KRISTEN. Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. (2Tes. 3:10-11) 

A. Apa itu Etos Kerja? 
Etos adalah suatu karakteristik dari semangat satu atau sekelompok orang. Maka yang disebut etos adalah gabungan dari filosofi dasar, pemikiran, dan tindakan dari orang atau kelompok tersebut. Etos kerja adalah dasar pemikiran, semangat, cara kerja seseorang atau sekelompok orang di dalam ia bekerja. Ada banyak motivasi atau landasan mengapa seseorang bekerja. Hal itu akan memengaruhi bagaimana ia bekerja, apa yang menarik dan memberi semangat kerja baginya, dan apa pula yang akan melemahkan atau merusak cara kerjanya.

B. Mengapa Bekerja? 
1. Mencari nafkah Berdasarkan ayat yang kita baca di atas, sering diasumsikan bahwa tujuan, landasan, dan motivasi kerja yang paling umum dan paling rendah dari hidup manusia adalah mencari nafkah. Memang mencari nafkah bukanlah hal yang sepenuhnya salah, karena itu adalah tugas dan naluri hidup manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Namun, ini bukanlah motivasi utama dan bahkan bukan sebuah definisi kerja yang benar dan baik. Jika kita mendefinisikan bekerja berarti mencari nafkah atau mencari uang, maka kita harus menyetujui kerja para perampok atau para pelacur. Mereka bekerja keras, berkeringat, penuh persiapan, pemikiran, kerjasama, dan keterampilan yang sangat luar biasa demi untuk mendapatkan nafkah mereka. Tetapi manusia normal tentu tidak akan memasukkan perampokan atau pelacuran sebagai salah satu bidang 
kerja. Maka, bekerja harus lebih dari sekedar mencari uang atau mencari nafkah. Bahkan bekerja dengan cara korupsi, penindasan atau pemerasan, penipuan dan sejenisnya, sekalipun akan memberikan nafkah yang besar bagi keluarga, tetap tidak bisa disebut sebagai kerja. Maka kerja menurut iman Kristen bukan mencari nafkah.

2. Aktualisasi diri. Semangat humanistik yang dipacu oleh pemikiran psikolog humanis Abraham Maslow, menyadarkan adanya unsur dan kepentingan aktualisasi diri di dalam kehidupan manusia. Manusia akan kehilangan nilai hidupnya ketika tidak bisa mengaktualisasikan dirinya di tengah masyarakat. Ia harus menunjukkan siapa dirinya dan membuat orang melihat dirinya. Salah satu hal utama yang membawa aktualisasi diri manusia adalah bekerja. Motivator-motivator masa kini banyak menggunakan asumsi ini di dalam membangun etos kerja seseorang. Tanpa Tuhan, seseorang membutuhkan pengakuan dari manusia. Maka upaya kerja menjadi salah satu cara seseorang mendapat pengakuan dari manusia. Ada usaha dan motivasi yang lebih baik daripada sekadar mencari nafkah. Namun, di balik hal positif yang bisa didapat, sebenarnya kerja bukan sekadar aktualisasi diri, karena manusia akan kecewa, ketika dia sudah bekerja keras dan tidak memenuhi harapan dari pimpinannya. Ia tidak tahu bagaimana bisa menyenangkan semua orang, karena hal seperti itu jelas mustahil. Sering kali juga etos yang dibangun dengan landasan ini membuat kita bekerja menurut apa yang lagi tren, dianggap hebat, dan diperhatikan masyarakat. Ia tidak mengembangkan talentanya, tetapi mengikuti keinginan orang lain. Dan yang paling bermasalah, etos kerja yang dibangun adalah etos kerja egoistik. Ia hanya bekerja untuk dihargai. Dan sering kali ia akan tidak suka kalau ada orang lain lebih dihargai daripada dirinya. Sifat egoistik ini 
akhirnya bisa merusak seluruh kerjanya bahkan dirinya.

BACA JUGA: AJARAN TENTANG INKARNASI YESUS KRISTUS

3. Menggenapkan kehendak Allah. Dari sejak di taman Eden, manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk bekerja. TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej. 2:15 ITB). Kerja bukanlah akibat dosa. Kerja adalah natur manusia, seturut rencana Allah ketika mencipta manusia. Tuhan mencipta manusia untuk bisa bekerja menggenapkan mandat yang Ia telah siapkan. Seperti yang dimengerti Paulus, karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:10 ITB). Tuhan ingin kita mengerjakan pekerjaan baik yang sudah Tuhan siapkan, bukan bekerja untuk mencari nafkah atau mengaktualisasi diri menurut kehendak kita sendiri. Maka, etos kerja yang benar hanya mungkin dimiliki dan dilakukan oleh orang percaya. Bekerja yang sejati adalah karena kita ingin menggenapkan mandat atau kehendak Allah. Untuk tujuan inilah Allah menyelamatkan umat pilihan-Nya (Ef. 2:8-10). 

C. Kerja dan Kehendak Allah? 
Apakah keistimewaan dan keunggulan etos kerja Kristen ketika kita menggarapnya di dalam kehidupan kita? Memperkembangkan etos kerja Kristen membawa kita kepada banyak keunggulan yang telah Tuhan siapkan.

1. Kembali ke Natur Asli Manusia. Manusia dicipta oleh Tuhan agar bisa menggenapkan rencana Allah, baik secara kolektif maupun individual. Jadi ketika manusia tidak mau melakukan hal itu, manusia sedang menyangkali naturnya sendiri. Manusia tidak dicipta untuk menganggur. Manusia dicipta untuk hidup produktif. Maka berkalikali Tuhan Yesus maupun Paulus menekankan bagaimana hidup harus “berbuah”. Pohon bukan sekadar gemuk, tetapi harus berbuah. Pohon yang gemuk berdaun lebat, subur, dan begitu ranum, namun tidak berbuah, dikutuk mati oleh Tuhan Yesus (Mrk. 11:12-14). Kegagalan dunia kerja saat ini adalah orientasi kerja bukan kepada panggilan Allah terhadap diri seseorang, tetapi panggilan uang bagi diri seseorang. Tanpa sadar manusia sudah menjadi budak Mamon, ketika manusia meninggalkan kedaulatan Allah. Manusia menyangkali naturnya sendiri, yang seharusnya ada di atas Mamon dan dunia materi. Dengan bekerja keras menggenapkan mandat Tuhan, maka kita telah menjadi manusia seperti yang Tuhan rindukan dan idamkan ketika Ia mencipta manusia. Dan itulah yang akan sangat dihargai oleh Tuhan. 

2. Kembali ke Natur Kerja yang asli. Kerja adalah mengaplikasikan talenta yang Tuhan beri, untuk kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan dunia ini seperti yang Tuhan kehendaki, dan pada akhirnya semua itu membawa kemuliaan bagi Tuhan yang memberikan mandat atau tugas itu. Jika kita mengerjakan hal yang salah, tidak cocok dengan talenta, merugikan atau mencelakakan orang lain, maka kita mempermalukan Allah yang telah mencipta dan memberi mandat kepada kita. Seperti ketika kita menugaskan seorang pegawai untuk bekerja, lalu dia bekerja tidak beres, merugikan atau mencelakakan orang lain, kerjanya sembarangan dan tidak memenuhi kualitas yang kita tugaskan, maka pegawai itu akan mempermalukan perusahaan dan pimpinannya. Kita bukan sekadar bekerja untuk diri kita, karena kita adalah ciptaan Allah yang menerima mandat Allah. Inilah pengertian kerja yang benar.

3. Pencapaian aktualisasi hidup sejati. Manusia dicipta untuk menggenapkan tujuan yang Allah tetapkan. Sukses adalah kemampuan mencapai titik akhir dan penggenapan tugas yang diberikan. Salah satu kegagalan manusia yang paling bodoh adalah penetapan sukses menurut diri sendiri (self-deterministic success). Alangkah aneh dan mustahil bila kita menentukan sukses kita sendiri. Bayangkan seorang anak SD yang memikirkan bagaimana dia menetapkan kriteria dan kesuksesannya sendiri sebagai seorang anak SD. Dia menetapkan apa itu sukses bagi dirinya, yaitu harus lulus SD. Lalu menetapkan bagaimana kriteria lulus SD, yaitu menyelesaikan ujian SD. Kemudian ia sendiri yang membuat soal ujian, dan mengerjakan jawabannya. Lalu ia memeriksa hasil ujiannya dan menetapkan apakah dirinya sukses atau gagal. Sungguh suatu hal yang menggelikan. Tetapi itulah yang kita kerjakan tanpa Tuhan. Tidak ada kesuksesan yang pernah manusia capai dengan menetapkan sendiri kriteria dan hasil kesuksesannya. Hanya Tuhan yang memberi tugas dan menetapkan kita berhasil menyelesaikan tugas tersebut dengan baik atau tidak. Hal ini yang dilukiskan oleh Tuhan Yesus melalui perumpamaan talenta. Allah akan menuntut semua hasil yang baik sesuai kehendak-Nya. Kita sukses bukan karena punya uang banyak. Kita sukses bukan karena punya gelar Doktor. Kita juga bukan sukses karena berhasil mencapai jabatan tertinggi di perusahaan. Kita sukses apabila semua yang kita kerjakan sesuai dengan kriteria dan tuntutan Allah. Biarlah setelah selesai kita bekerja, Allah akan mengatakan: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Matius. 25:21, 23). Inilah aktualisasi hidup yang sejati.

4. Puncak ultimat seluruh nilai hidup manusia. Aktualisasi hidup, berarti pencapaian nilai dan harkat hidup yang tertinggi. Di sinilah kita belajar hidup yang sungguh-sungguh bernilai. Apa yang kita perjuangkan, dilihat oleh Tuhan dan dinilai oleh Tuhan. Di hadapan Tuhan, kita betul-betul belajar bertanggung jawab kerja. Paulus memberikan anjuran: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah 
dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose. 3:23). Hal ini membuat seorang yang beriman dan mengerti etos kerjanya, akan bersungguh-sungguh menggarap hidupnya. Ia tidak akan sembarangan dengan hidup, talenta, termasuk waktu dan kesempatan yang ia miliki. Seluruh perjuangannya bukan untuk bersaing dengan orang lain, atau mau menyombongkan diri, tetapi seluruh perjuangannya adalah untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhannya. Etos kerja Kristen memiliki semangat kerja keras dan efisiensi tinggi demi mencapai hasil yang terbaik agar bisa menjadi berkat bagi sebanyak mungkin orang dan memuliakan Allah di sorga. Di sinilah seluruh nilai hidup manusia dibangun dan dituntaskan. Paulus mengatakan: “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis. 20:24). 

D. Aplikasi Etos Kerja Kristen. 
Seluruh aplikasi etos kerja Kristen dapat diringkas menjadi 4 prinsip penting: 1) Bekerja keras; 2) Kualitas maksimal; 3) Hemat; 4) Menjadi berkat. Terapan ini didasarkan pada bagaimana kita membangun satu jiwa kerja yang mau menggenapi rencana Allah bagi hidup kita. Kita rela belajar atau bekerja keras karena kita tidak mau meloloskan setiap detik dan potensi hidup kita secara sia-sia. Kita mau mengejar kualitas yang maksimal sesuai apa yang Tuhan beri karena kita tidak mau melakukan sesuatu sembarangan. Dan kita tidak boleh memboroskan apalagi foya-foya dengan apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Semua itu harus kembali dipakai untuk pekerjaan dan kemuliaan Tuhan, menjadi berkat bagi banyak orang, baik di dalam gereja maupun dalam masyarakat. Dengan jiwa sedemikian, maka kita akan senantiasa diberkati dan dipimpin Tuhan di dalam seluruh pekerjaan kita. Soli Deo Gloria.
Pimpinan Tuhan tanpa kebenaran itu omong kosong, pimpinan Roh Kudus tanpa sesuai dengan Kitab Suci itu bohong. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran.” -